Home / Romansa / Cinta Setelah Luka / Bab 5 Sepertinya Bukan Dia?

Share

Bab 5 Sepertinya Bukan Dia?

Author: Tri naya
last update Huling Na-update: 2023-12-26 11:48:45

Satu bulan berlalu, kondisi Kaivan semakin membaik. Pria itu sudah mulai bisa menggerakkan tangan dan kakinya. Meskipun masih harus menggunakan kursi roda sebagi alat bantu berjalannya. Ferdinan menjaga Kaivan dengan baik, walau ia harus mondar-mandir ke kantor, rumah, dan rumah sakit. Namun, tidak sedikitpun mengeluh.

Bahkan, ia rela kehilangan waktu banyak bersama kekasih hatinya, demi merawat Kaivan. Ferdinan sebagai pengganti kedua orang tua Kaivan yang tinggal jauh di negeri sakura mengurus bisnis mereka di sana.

Kaivan tampak duduk di balkon ruangan kamar rumah sakit. Menikmati udara pagi hari yang sudah cukup lama tidak di rasakan, semenjak dirinya masuk rumah sakit. Ferdinan sedang berada di kafe membeli kopi dan kudapan. Begitu damai Kaivan merasakannya.

Namun, kesenangannya terusik karena kehadiran seorang wanita seksi dengan menggunakan kaos putih lengan pendek ketat berkerah dan rok tutu selutut. Rambut panjang sebahunya ia ikat tinggi, anting panjang yang akan bergoyang ketika perempuan itu berjalan.

Sepatu hells setinggi lima centi meter membuatnya terlihat jenjang, menghampiri Kaivan di balkon setelah mengetuk pintu kamar, tetapi tidak ada jawabannya. Wanita itu menutup kedua mata Kaivan dengan kedua tangan yang kukunya dicat berwarna merah menyala.

"Tebak, siapa aku?" tanya wanita seksi itu sambil menempelkan sebelah pipinya ke wajah Kaivan.

"Tasya!" seru Kaivan dengan terkejut.

"Aku pikir kau tidak akan mengenali aku lagi," ucap Tasya melepaskan kedua tangannya dari mata Kaivan dan berdiri di samping pria tersebut.

"Kapan kau tiba? Bagaimana kau tahu aku ada di sini?" tanya Kaivan dengan penasaran.

"Tadi pagi. Aku ke rumahmu, tapi Mbok Ijah bilang kau masuk rumah sakit karena kecelakaan. Aku mencoba meneleponmu. Namun, ponselmu mati," jelas Tasya sambil menatap Kaivan dalam.

"Oh," jawab Kaivan dengan malas.

"Kau sepertinya tidak suka aku datang. Padahal, aku datang jauh-jauh khusus untukmu. Kenapa reaksimu seperti itu?" omel Tasya yang kesal dengan sikap datar Kaivan.

"Lalu, aku harus bagaimana? Aku sedang sakit, tidak bisa menyambutmu dengan baik," ucap Kaivan datar. Sebenarnya, Kaivan memang malas berbicara dengan Tasya.

"Kai, tidak bisakah kau lembut padaku sedikit saja?" tanya Tasya dengan manja sambil menyandarkan sebelah tangannya ke pundak kanan Kaivan.

"Sebaiknya kau pulang dan istirahatlah. Kau pasti lelah seharian dalam perjalanan."

Kaivan menepis tangan Tasya dari pundaknya dan mengusir secara halus wanita manja dan seksi itu. Kaivan terlalu lelah menghadapi Tasya.

"Aku masih ingin bersamamu. Aku ...."

"Pulanglah," pinta Kaivan lembut.

"Tapi ...."

"Aku akan mengantarmu," sela Ferdinan yang tiba-tiba muncul di tengah-tengah mereka.

"Kau ...."

"Tidak usah banyak bicara. Kau tidak ingin scurity yang mengusirmu, bukan?" ucap Ferdinan yang kembali menyela kalimat Tasya.

"Aku bisa pulang sendiri!" seru Tasya sambil menghentakkan kakinya dan melangkah keluar ruangan dengan kesal.

Ferdinan dan Kaivan hanya mengulas senyum tipis melihat tingkah Tasya. Sepertinya mereka senang sekali melihat Tasya seperti itu.

~~~~~~

"Karin, apa kau masih belum menemukannya?" tanya Kayana menatap dalam ke arah putri keduanya.

"Masih belum, Ma. Karin bingung harus mencarinya ke mana lagi. Sudah hampir semua tempat di sini di kelilingi untuk mencari, tapi sama sekali tidak menemukannya. Bahkan, jejaknya saja tidak ada," jelas Karin dengan sedikit kesal.

"Ke mana anak itu pergi? Kenapa tidak ada kabar sama sekali?" tanya wanita tua itu dengan sedih.

"Sudahlah, Ma. Tidak perlu mencari anak itu lagi. Bukankah kita sudah mengusirnya? Jika dia kembali, rumah ini akan menjadi sial kembali," tukas Karin semakin kesal. Tiap kali papa atau mamanya membahas anak tersebut, pasti Karin sangat kesal dan ingin marah.

"Bagaimana Mama tidak memikirkannya? Mama ini ibu kandung yang melahirkannya dan kau adalah kakak kandungnya. Apa kau tidak peduli sama sekali dengan adikmu itu?" ucap Mama Kayana dengan nada pelan. Namun, cukup menohok.

"Kalau Karin tidak peduli dengannya, untuk apa ke sana ke mari mencarinya?" ucap Karin semakin kesal dengan perkataan mamanya.

Wanita tua itu menekan tombol di kursi rodanya dan meninggalkan Karin, ia tidak ingin berdebat dengan anak keduanya tersebut.

"Kenapa mama selalu memikirkannya? Bukankah lebih baik jika dia tidak kembali ke rumah ini lagi? Kalau sampai dia kembali, bagaimana nasib rumah tanggaku dengan Erlan?" monolog Karin dengan perasaan khawatir.

~~~~~~

Dua bulan kemudian. Karin dan Erlan ke Rumah Sakit Kusuma Pratama Hospital untuk menemui Dokter Sintya. Dokter spesialis kandungan. Melanjutkan diskusi tentang program hamil.

Karin dan Erlan menikah sudah hampir sembilan tahun. Namun, belum juga diberi momongan. Mereka berencana untuk program hamil dengan berbagai pemeriksaan, sebagai upaya memastikan bahwa rahim Karin sehat dan bisa memiliki keturunan. Begitu pun dengan tubuh Erlan.

Mereka sudah melakukan berbagai cara untuk bisa memiliki anak. Namun, belum satu pun membuahkan hasil. Bahkan tes kesuburan keduanya pun bagus. Akan tetapi, tetap saja nihil.

Karin dan Erlan melangkah menuju ruangan Dokter Sintya. Namun, langkah mereka sempat terhenti ketika mata mereka melihat seseorang yang mirip sekali dengan adik yang sedang keluarga Karin cari.

"Ada apa? Kenapa kau berhenti?" tanya Karin dengan penasaran.

"Karin, coba lihat ke sana. I--itu, itu, Kaira, bukan?" ucap Erlan sambil menunjuk ke arah wanita cantik dengan rambut sepinggang yang terikat rapi dan poni tipis, melangkah anggun sedang tersenyum berbincang dengan Dokter Harun.

"Iya, itu Kaira. Ayo kita ke sana untuk memastikan," ajak Karin dengan yakin.

"Tapi, apa mungkin? Barangkali hanya mirip saja," ucap Erlan ragu.

"Kita ke sana untuk memastikannya," ucap Karin yang begitu penasaran sekali dengan sosok wanita cantik tersebut.

"Nyonya Karin, Tuan Erlan. Kalian sudah datang?" tanya Dokter Sintya yang baru saja datang hendak ke ruangannya.

"Do--Dokter Sintya," jawab Karin dengan gugup. Kedua matanya masih memperhatikan ke arah wanita cantik di sebrang sana.

"Mari ke ruangan saya," ajak Dokter Sintya sambil melangkah terlebih dahulu.

"I--iya, Dok."

'Sial, aku jadi gagal mengetahui siapa wanita itu sebenarnya. Apa benar dia Kaira? Aku sudah sering ke sini, tapi baru melihatnya. Apa dia baru di rumah sakit ini?' monolog Karin dalam hati penuh rasa penasaran.

Setelah selesai melakukan pemeriksaan, Karin dan Erlan berkeliling rumah sakit sebelum pulang. Mereka menyusuri setiap lorong dan ruangan di sana. Mencari keberadaan wanita yang keduanya sempat lihat sebelum bertemu Dokter Sintya.

Cukup lama mereka berkeliling. Namun, tak menemukan wanita itu. Mereka sangat kecewa karena berharap itu adalah Kaira, orang yang tengah keduanya cari. Akan tetapi, tidak ada bukti untuk itu. Sebab sama sekali tidak berhasil menemukannya.

"Ke mana perginya perempuan itu? Tadi bukankah kita melihatnya? Cepat sekali menghilangnya," monolog Erlan sambil terus mengedarkan pandangan mencari.

"Mungkin salah lihat. Kenapa kau begitu semangat sekali? Apa kau masih mengharapkannya?" ucap Karin dengan tatapan penuh selidik.

"A--apa maksudmu, Karin?"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Cinta Setelah Luka   Bab 94 Ibu Sumiati

    Setelah cukup lama terlelap, Kaira membuka mata perlahan dan terkejut, melihat suaminya duduk di sofa sambil memainkan ponselnya. Wanita berparas cantik itu pun bangkit dari kursi."Mas Kaivan. Sejak kapan ada di sini?" tanya Kaira sambil melangkah menuju Kaivan.Pemuda itu mendongak dan menaruh ponselnya di meja. Kemudian, tersenyum sambil menatap Kaira lembut."Sejak tadi. Kau tertidur lelap sekali. Jadi, aku tidak membangunkan-mu," ucap Kaivan dengan lembut.Kaira menghela napas dalam. "Kau ini selalu begitu," ucap Kaira sambil duduk di sofa panjang.Kaivan mendekat ke arah Kaira dan duduk di sebelahnya. Mengulurkan sebelah tangannya dan merangkul Kaira. Mengusap lembut rambut panjangnya yang terurai dan mengecup puncak kepalanya.Sebelah tangan Kaivan merogoh saku jasnya dan mengambil sesuatu di sana. Kemudian, ia menyodorkannya pada Kaira."Ini, untukmu," ucap Kaivan menyodorkan dua buah cokelat kepada Kaira."Untukku? Tumben sekali," ucap Kaira sambil memicingkan sedikit matanya

  • Cinta Setelah Luka   Bab 93 Mengurus Pasien

    Kaira tampak tergesa keluar kamar. Bahkan, tidak menghampiri Kaivan yang sudah menunggunya di ruang makan. Kaivan memperhatikan istrinya, kemudian ia berdiri dan menghampiri Kaira."Sayang, kau mau ke mana? Buru-buru sekali, apa ada hal penting?" tanya Kaivan dengan penasaran."Aku harus ke rumah sakit segera. Aku harus mengecek kondisi pasien pasca operasi kemarin dan membuat laporan," jelas Kaira sambil berusaha melangkah.Kaivan menarik pelan sebelah tangan Kaira hingga wanita itu sedikit tumbang dan dengan cepat Kaivan menangkapnya."Mas ....""Sarapan dulu," ucap Kaivan lembut."Nanti di rumah sakit aku sarapan," ucap Kaira berusaha melepaskan dekapan suaminya."Dokter juga manusia, Sayang. Bukan robot yang kuat tanpa istirahat dan makan. Kau baru pulang tengah malam dan tidur dini hari, pagi-pagi sudah harus berangkat lagi, belum sarapan," jelas Kaivan yang masih mendekap Kaira."Mas, aku harus bertanggung jawab atas mereka. Aku ....""Bagaimana tanggung jawabmu pada Keluarga i

  • Cinta Setelah Luka   Bab 92 Teramat Lelah

    Rumah sakit dalam keadaan sibuk sekali, pasien terus berdatangan di ruang IGD, bahkan ada yang di tempatkan pada tenda darurat karena keterbatasan ruangan. Para pasien juga sudah menggunakan tanda berupa pita di lengan sesuai dengan kondisi masing-masing.Wajah Harun dan Kaira tampak lelah sekali karena telah lakukan operasi lebih dari enam kali sehari. Bukan hanya kedua orang itu, para perawat yang membantu jalannya operasi pun terlihat letih. Namun, mereka harus tetap bersemangat demi menyelamatkan raga yang lain.Kaira dan Harun baru saja keluar dari ruang operasi untuk beristirahat sejenak, setelah operasi terakhir di lakukan. Sudah sekitar hampir dua puluh jam melakukan operasi dengan sekitar tujuh pasien korban tanah longsor yang dibawa ke rumah sakit kemarin siang. Ke tujuh korban mengalami luka berat tertimpa reruntuhan dan matrial. Menjalankan operasi sekitar dua sampai tiga jam per pasien. Meski tampak leah, tetapi Kaira dan Harun berusaha tegar dan kuat. Beruntung, kali in

  • Cinta Setelah Luka   Bab 91 Penjelasan Harun

    Harun semakin mendekati Kaira. Pemuda itu sedikit berjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan wanita itu. Meraih kepala Kaira dan menghadapkan ke arahnya."Maafkan aku. Aku tidak bermaksud membentakmu apalagi di depan yang lain. Aku hanya sedang panik dengan kondisi pasienku," jelas Harun sambil menangkupkan wajah Kaira.Kaira terdiam. Mulutnya enggan bersuara. Wanita cantik itu masih kesal dengan sikap Harun meski pemuda tersebut sudah memberikan penjelasan.Harun kembali menghela napas. "Kau masih merajuk meski aku sudah meminta maaf dan menjelaskan semuanya padamu?" tanyanya dengan wajah serius.Kaira masih bergeming, ia masih merajuk pada Harun. Pasalnya, pemuda itu memang tidak pernah membentaknya, apalagi di depan umum. Kaira merasa sakit hati dan malu sekali dibuat oleh Harun."Aku akan menebus kesalahanku. Aku traktir kau belanja di mal. Kau boleh membeli apa saja yang kau mau. Aku akan bayar semuanya, asal kau tidak marah lagi denganku," ucap Harun berusaha membujuk Kaira."Per

  • Cinta Setelah Luka   Bab 90 Marah

    Kaira melangkah menuju ruangannya usai mengumpulkan laporan di ruang IGD. Wajahnya tampak sedikit lelah. Pandangannya pun tidak fokus sampai ia menabrak seseorang yang tengah berjalan berlawanan arah dengannya."Ups, ma--maaf, saya tidak ... Kak Erlan." "Kaira ...." Ternyata Kaira menabrak Erlan. Mantan pacar Kaira sekaligus mantan suami Karin. Keduanya terdiam sejenak. Menata hati masing-masing yang bergemuruh menahan rasa."Ma--maaf, Kak. Aku tidak fokus melangkah sampai menabrak Kak Erlan," jelas Kaira memulai kembali pembicaraan.Erlangga tersenyum. "Tidak apa. Kau tampak lelah sekali, apa kau baik-baik saja?" tanya Erlan dengan curiga."Aku baik-baik saja. Hanya kurang fokus saja," jelas Kaira sambil menunduk. Tidak berani menatap Erlan."Baiklah. Emm, omong-omong, bagaimana kabar keluargamu? Aku dengar, belum lama ini, kau baru melahirkan anak keduamu?" Erlan mengubah topik pembicaraan karena tidak ingin berdebat dengan Kaira. Wanita berparas cantik itu mendongak dan berusaha

  • Cinta Setelah Luka   Bab 89 Kembali Melakukan Aktivitas Rutin

    Kaira mulai melakukan aktivitas seperti biasa, setelah hampir empat bulan beristirahat di rumah pasca melahirkan. Wanita berparas cantik itu melangkah dengan anggun di lorong Rumah Sakit Kusuma Pratama Hospital. Mengenakan dress berwarna biru langit, dipadukan dengan jas putih, seragam rumah sakit.Rambut sepinggangnya ia sanggul dan hells berwarna senada dengan pakaiannya, di tambah anting kecil menghiasi kedua telinga Kaira, menambah pesona perempuan tersebut. Meski sudah memiliki dua anak. Akan tetapi, Kaira masih terlihat cantik dan menawan. Wanita itu merawat tubuhnya dengan sangat baik. Mengatur pola makan yang baik pula demi kesehatan dirinya.Wanita berparas cantik itu memasuki ruang IGD. Semua mata tertuju padanya. Mereka tetap mengagumi Kaira yang memiliki postur tubuh bak model internasional. Senyum terukir di bibirnya. Membalas sapaan dari petugas yang berada di ruangan tersebut.Kaira terus melangkah ke dalam. Memasuki sebuah ruangan yang menjadi tempatnya untuk mengecek

  • Cinta Setelah Luka   Bab 88 Berkumpul

    Setelah mendapatkan perawatan selama satu Minggu, Kaira sudah diizinkan pulang ke rumah. Kaivan tampak sedang menimang-nimang putranya, sementara Kaira berbaring di ranjang karena merasakan nyeri pada perutnya.Harun tampak memeriksa obat-obatan Kaira dan memberikan beberapa butir pada adiknya tersebut agar di minum, untuk meredakan nyeri pada perutnya.Usai minum obat, Kaira tertidur di samping putranya. Kaivan dan Harun keluar kamar dan berbincang di ruang tamu sambil menikmati teh dan kudapan buatan Bi Inah."Kenapa Kaira tampak kesakitan sekali?" tanya Kaivan dengan penasaran.Harun menghela napas. "Itu biasa terjadi pasca operasi. Penyebabnya bisa karena terlalu banyak melakukan pergerakan sehingga ada bagian otot yang terluka ikut tertarik. Oleh karena itulah, rasa nyeri itu datang," jelas pemuda berkumis tipis itu dengan wajah serius."Sampai kapan itu terjadi?" tanya Kaivan kembali semakin penasaran."Sampai luka bekas operasi itu mengering. Bahkan terkadang sudah kering dan b

  • Cinta Setelah Luka   Bab 87 Kelahiran

    Kaira sedang merapikan mainan milik Kiara, tiba-tiba, perutnya terasa sakit. Wanita itu menghentikan aktivitasnya dan meringis sambil memegangi perutnya. Bi Inah yang baru saja hendak membantu Kaira terkejut melihat majikannya tampak kesakitan."Nyonya, Nyonya kenapa?" ucap Bi Inah dengan raut wajah panik."Pe--perut aku sakit, Bi. Aww!" ucap Senja sambil terus memegangi perutnya."Sebentar, Nyonya. Bibi telepon Tuan Kaivan dulu," ucap Bi Inah sambil merogoh saku bajunya dan mengambil benda pipih di dalamnya."Halo, Bi. Ada apa?""Tu--Tuan. Ny--Nyonya ....""Kaira kenapa, Bi? Pelan-pelan saja bicaranya.""Nyonya, Tuan. Nyonya kesakitan. Sepertinya mau melahirkan." "Apa? Ya sudah, Bibi jaga Kaira, saya telepon ambulans.""Baik, Tuan."Sambungan telepon pun terputus. Kaivan segera menelepon rumah sakit dan meminta mengirimkan ambulans untuk membawa istrinya. Pemuda itu langsung gegas menyusul sang istri bersama dengan Ferdinan yang menemani karena khawatir terjadi sesuatu pada Kaivan.

  • Cinta Setelah Luka   Bab 86 Pengiriman Barang

    Karin dan Tasya tampak melangkah menuju gagang pintu ruang tamu setelah mendengar deru mobil dan mengintip siapa yang datang. Begitu pintu terbuka, seorang pria mengenakan jaket hitam, celana panjang hitam, masker, serta topi, dan kacamata berwarna sama langsung masuk ke dalam."Kenapa lama sekali? Kita sudah hampir mati kelaparan di sini," omel Karin sambil mengambil kardus yang dibawa orang itu dan meletakkannya di meja."Kau pikir mudah untuk bisa sampai ke sini? Aku harus memastikan situasi aman. Lagipula, askes ke sini juga sulit, butuh waktu lama untuk bisa sampai," jelas orang itu sambil mengambil lagi kardus yang lain."Kau sudah pastikan aman selama perjalanan ke sini? Tidak ada yang mengikutimu?" tanya Tasya curiga."Aku pastikan aman. Sepertinya, Kaivan dan anak buahnya belum mencium keberadaan kalian di sini," jelas orang yang ternyata lelaki tersebut kembali."Syukurlah. Kapan kami bisa keluar dari sini? Kami sudah tidak betah tinggal di hutan belantara ini. Tidak ada sin

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status