Share

Bab 4 [Diantar Pulang]

๐ŸŒธ๐Ÿ’ ๐Ÿ’ ๐ŸŒธ

"Apa?" tanyanya begitu melihat tatapan anak - anak tertuju padanya. "Kau serius, Kak?" Tanya Naufal yang masih kurang percaya. Orang tadi pun mendengus pelan "Iya lah, kenapa kalian menatapku begitu? Memangnya ada yang aneh dari ucapanku?" Semuanya menggeleng pelan kecuali Reta dan orang tadi itu.

"Ya sudah. Kau antarkan saja Reta pulang. Tapi ingat harus sampai tempat tinggalnya, oke!" Perkataan dari Hana diberi tanda oke๐Ÿ‘Œ dari Shandy. Ternyata orang itu adalah si Shandy.

"Ayo Ta ikut aku," ajak Shandy sambil berdiri dari posisi duduknya tadi. Reta masih terbengong mendengar ada yang ingin mengantarnya pulang. Menyadari kalau Reta tak ikut berdiri membuat Shandy langsung menatap kearahnya.

"Kenapa diam saja? Ayo pergi." Reta masih menatap Shandy dan tak menyahuti ucapannya tadi.

"Ayo," Shandy yang kurang sabar itupun segera menarik tangan Reta, membuat Reta spontan langsung berdiri mengikuti kemana sang penarik itu pergi. Bahkan dia sampai lupa tidak pamitan dengan yang lainnya. Semua yang ada disana menatap kepergian 2 orang dengan tatapan berbeda.

Satu menit...

Dua menit...

Tiga menit...

Empat me ...

Hingga suara kursi berdecit mengalihkan eksistensi mereka pada sang pelaku.

"Kau mau kemana?" Tanya Cakra pada Tama yang tadi mengeser kursinya itu. "Aku ada urusan, aku pergi dulu." Tanpa mendengarkan jawaban sahabat - sahabatnya itu. Tama langsung pergi melewati pintu yang tadi ditutup oleh Shandy itu.

Beberapa menit sebelumnya.

Kesadaran Reta sepertinya kembali, begitu ia menyadari kalau Shandy menarik tangannya.

"Ka ... u ti ... dak per ... lu meng ... antarku. Aku bisa pu ... lang sen ... diri." Perkataan itu membuat langkah Shandy terhenti dan ia menengok kearah Reta.

"Tidak apa - apa. Anggap saja sebagai bentuk pertemanan kita." Shandy mengatakannya sambil tersenyum kecil.

"Aku ha ... nya ti ... dak ingin mere ... potkanmu." sahut Reta yang tak berani menatap kearah Shandy. Ditambah lagi posisi tangannya masih dalam genggaman Shandy.

Shandy menghela nafas pelan. "Tidak apa - apa. Aku akan sangat marah kalau kau menolak tawaranku ini." ucapan itu membuat Reta menatap kearah Shandy. Nisa tak lagi membantah, ia hanya takut membuat masalah. Apalagi ia hanya berstatus sebagai anak baru disini.

"Ya sudah, ayo." Tarikan itu kembali terjadi begitu Shandy melangkah diikuti oleh Reta karena Tangannya masih terkait oleh tangan Shandy.

Keduanya melangkah menuju kearah parkiran mobil. Begitu tiba didepan mobil berwarna hijau, segera Shandy melepaskan genggamannya itu.

Ia segera menyuruhnya untuk masuk. Lagi - lagi Nisa tidak bisa menolaknya. Ia hanya menuruti apa yang diucapkan oleh Shandy. Dirinya juga ikut masuk namun dia itu duduk di kursi pengemudi.

Tak begitu lama, mobil berwarna hijau itu keluar dari parkiran menuju kearah gerbang kampus. Sedetik setelah hilangnya mobil yang dikendarai oleh Shandy itu. Muncul sosok pemuda dengan nafas yang agak memburu. Sepertinya pemuda itu berlari mengejar sesuatu atau mungkin seseorang?

"Kemana Kak Shandy itu?" desah pemuda tadi sambil mengedarkan pandangannya ke penjuru parkiran. Tapi nihil tak ada mobil kesayangan milik kakak senior itu. Setelah itu pemuda tadi berlari menuju kearah mobil berwarna orange miliknya. Tanpa menunggu lama, ia segera menyalakan mobilnya menuju kearah gerbang. Begitu sampai didepan gerbang, ia menghentikan sebentar mobilnya itu.

"Pak Jo, mobil hijau jalan kearah mana?" Tanya pemuda itu dengan tak sabaran.

"Ooh tuan Tama. Mobil hijau tadi berjalan kearah timur." jawab pak satpam pada salah satu anak donatur kampus ini.

"Terimakasih," tanpa menunggu jawaban dari satpam tersebut, segera pemuda tadi siapa lagi kalau bukan si Tama, melajukan mobilnya kearah jalan yang baru dilalui oleh Shandy itu.

"Kemana dia pergi." Tama segera mengedarkan pandangannya kearah jalanan tapi tak ada satupun mobil yang dicarinya ada di jalanan itu. Dirinya semakin bingung saat ada perempatan di depannya.

"Issh, ini kemana lagi," desisnya sambil memukul stir mobil dengan kesal.

Bahkan ia tak sadar kalau dirinya tengah berhenti ditengah jalan, membuat beberapa mobil dibelakangnya mengklaksoni dirinya. Hal itu semakin membuat Tama bertambah kesal.

Dengan cepat ia mengambil jalan ke kanan. Setelahnya ia mengemudi dengan kecepatan diatas rata, padahal saat itu jalanan tak bisa dibilang sepi. Membuat beberapa pengendara mengumpat kearahnya yang tak diperdulikan oleh Tama sana sekali.

Tapi kekesalannya itu tak berlangsung lama, sebab apa yang dicarinya tak jauh dari posisinya saat ini. Melihat hal itu senyum mulai terulas di bibirnya. "Akhirnya ketemu juga."

โ‡โคโ‡

Keadaan di dalam mobil hijau.

Kedua manusia yang baru saling mengenal itu dalam keadaan canggung, bahkan tak ada satupun dari keduanya yang membuka bicara membuat suasana kian menyepi. Karena tak tahan, akhirnya Shandy memilih untuk membuka bicaranya. "Kau tinggal dimana?" Pertanyaan itu Shandy layangkan untuk Nisa yang sedari tadi duduk diam di sampingnya.

"Di Orchid Garden Hotel." jawab Reta sambil menatap lurus kearah jalanan.

"Hah, dihotel?" Shandy sepertinya terlalu kaget begitu mendengar jawaban dari Nisa, membuat membuat si empunya nama menoleh kearahnya. Reta menganggukan kepalanya pertanda iya.

"Kau tidak salah sebut?" pertanyaan itu mendapat gelengan dari Reta.

"Tapi kenapa hotel?".

"A..ku orang baru disini. Dan kebetulan aku melihat hotel tersebut, jadi aku menginap disana." Jawaban dari Reta langsung di pahami oleh Shandy.

"Ooh begitu," sahut Shandy sambil mengangguk - anggukan kepalanya. Kembali keadaan menjadi hening bahkan sampai mobil yang di kendari oleh Shandy telah tiba di pelataran hotel.

"Terima kasih sudah mau mengantar saya." ucap Reta membuat Shandy menoleh dan tersenyum ke arahnya.

Shandy tersenyum kearahnya, "Tidak perlu berterimakasih. Dan santai saja, anggap saja aku ini adalah kakakmu." Shandy tertawa membuat Nisa ikut tertawa pelan.

"Nah, begitu. Jadikan kita tidak terlalu canggung." Nisa hanya tersenyum menangapi perkataan Shandy barusan. Ia sebenarnya agak bingung harus menjawab apa tadi itu.

"Sekali lagi terimakasih atas tumpangannya, Kak Shandy" Ujar Reta pada Shandy sedangkan respon Shandy hanya menganggukkan kepalanya.

"Nah begitu, panggil aku dengan sebutan kakak. Anak pintar." sahut Shandy sambil mengelus lembut rambut Reta membuat yang dielus tersentak kaget.

Dan sepertinya Shandy cepat menyadari hal itu, membuatnya melepaskan usapan pada rambut Reta. "Ya, sudah kau masuklah. Dan istirahat, ya. Aku pamit dulu." Setelahnya Reta turun dari mobil dan mulai melambaikan tangannya kearah Shandy yang kini mulai menjauh dari area hotel itu.

Dan sepertinya mereka berdua tidak sadar kalau sedari tadi itu mereka sedang diikuti oleh seseorang. "Kenapa malah ke hotel?" pertanyaan itu yang kini bersarang dibenak sang penguntit itu. Dan tak lama, si penguntit itu juga meninggalkan lokasi hotel ini.

Setelahnya Reta masuk kedalam hotel dan segera berjalan kearah lift, tapi sebelum itu dia terlebih dahulu menyapa resepsionis yang tadi dilewatinya itu. Setelah barulah dia naik lift untuk sampai di kamarnya yang berada di lantai 3.

Ting

Nisa segera keluar dari lift dan menuju kearah kamar no.56. Ia mengeluarkan kartu kamar hotel dan setelah pintu terbuka ia masuk kedalam tak lupa kembali menutup dan mengunci pintu tersebut.

โ‡โคโ‡โคโ‡

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status