Share

Cinta Suami yang Dingin
Cinta Suami yang Dingin
Author: FDL22

Bab 1 Pernikahan

Author: FDL22
last update Last Updated: 2023-03-26 18:16:07

Menikah.

Satu kata yang bagiku penuh makna dan nilai. Sebuah pernikahan adalah ikatan yang sakral antara seorang laki-laki dan perempuan yang saling mencintai. Sebuah jalinan benang kuat yang akan menuntun pada sebuah kebahagiaan. Menurut ku itulah makna dari sebuah pernikahan.

Aku adalah seorang perempuan yang telah menikah. Dia melamar ku dengan penuh keseriusan tanpa banyak basa-basi lagi. Kami menikah tepat di hari ulang tahun ku yang ke 18. Jangan tanya apakah aku syok, tentu saja aku syok sekali. Aku menikahi pria yang usianya dua kali lipat dariku. Dia seorang laki-laki dewasa yang masih lajang dan terlihat bijaksana.

Aku dan dia dipertemukan Tuhan dengan cara yang mengejutkan. Dia adalah seorang narasumber di seminar yang pernah aku hadiri bersama orang tuaku dan akhirnya terpikat denganku. Itu terjadi begitu cepat hingga akhirnya kami memutuskan untuk menikah saat aku berulangtahun. Sebuah kenangan yang tidak terduga.

Namun, ada satu hal yang masih mengganjal. Suamiku jarang berucap mesra bahkan tidak pernah sekali pun dia mengatakan dia mencintaiku. Meski begitu, suamiku sangat bertanggung jawab. Dia memenuhi semua kebutuhan ku dan jarang sekali mengingkari janji yang dia buat padaku. Sikapnya terkesan dingin dan jarang sekali tersenyum. Hanya pada momen-momen tertentu saja aku bisa melihat senyum di wajahnya.

"Jovita?"

Aku tersentak begitu mendengar suara serak di belakang ku. Segera aku menoleh, menatap suamiku yang berdiri bingung sambil memegangi cangkir kopi nya.

"Kenapa, mas?"

"Nggak, kamu melamun. Rama tadi bangun, tapi saya tinggal di boks bayi. Kamu liatin dulu dia ya?" jelasnya. Aku lekas mengangguk kemudian meninggalkannya di ruang makan untuk menjenguk bayi kecil ku di kamar.

Ramaa dalah anak pertama kami, dia baru berusia sepuluh bulan. Kata orang, usia segini masih lucu-lucunya. Putraku memang menggemaskan, ibu angkat ku sering berkata kalau Rama sangat mirip denganku daripada suamiku, Mas Endrick.

"Anak mama pasti laper kan ya? Kita mamam yuk?" ajak ku seraya menggendong tubuh gemuk Rama yang wangi khas bayi.

Wajah Rama tampak berseri-seri, suaranya yang lucu memenuhi seisi kamar. Aku sampai tidak tahan untuk tidak mencium pipi montoknya.

Kubawa Rama ke ruang makan, di situ Mas Endrick duduk sendirian di kursi makan sembari memakan sarapan yang sudah aku siapkan di atas meja. Begitu melihat ku, tatapan Mas Endrick langsung tertuju kepada Rama. Bibirnya sedikit melengkung dan aku sungguh terpana oleh senyumannya. Sudah kubilang, hanya di momen-momen tertentu aku bisa melihat senyum tampan suamiku ini. Dia terlalu pelit untuk mengumbar senyum bahkan kepada istrinya sendiri. Sampai hari ini pun aku masih meraba-raba perasaannya terhadapku. Entah apa dia ini sebenarnya mencintaiku atau tidak?

"Rasanya berat ninggalin Rama dua hari ini, tapi saya harus kerja," keluhnya. Ya Tuhan, aku pikir dia merasa berat hati meninggalkan aku. Rupanya hanya untuk anaknya saja.

"Sebentar kok itu, mas. Kan bisa teleponan juga," balasku tapi dia tidak menanggapi apapun. Jika sedang seperti ini, aku merasa jauh darinya. Walau dia tepat di depanku, rasanya Mas Endrick seperti berada di kutub-- sangat jauh dan dingin sekali. Hanya jika sedang bercinta, aku bisa melihat sisi lain dari suamiku. Dia bisa berubah menjadi lelaki yang panas, buas, dan cerewet sekali. Mulutnya tidak bisa berhenti berkata-kata entah memuji atau menggeram.

Aku menyuapi Rama makan dan sesekali melayani suamiku yang ingin diambilkan air putih atau lainnya. Beginilah keseharian ku, mengurus suami dan anak. Mas Endrick memang tidak membatasi aktivitas ku di luar rumah, tapi tetap saja aku merasa bosan sekali. Entah apa yang harus aku lakukan dengan uang di rekening yang tersimpan banyak.

Mas Hendrick adalah seorang dosen di salah satu Universitas besar di Jakarta. Tidak jarang aku mendapati mahasiswa yang berada di bawah bimbingan suamiku, bertamu ke rumah untuk meminta hal-hal yang berhubungan dengan akademik. Aku lihat dia sangat serius dengan pekerjaannya sehingga cukup disegani. Wajar saja, tampangnya saja sangat bijaksana dan tidak pernah bermain-main. Mungkin banyak mahasiswa nya yang menganggap kalau Mas Endrick adalah salah satu dosen killer.

"Barang-barang saya sudah siap, vita?"

"Udah kok, mas. vita masukin baju tidur sama kemeja yang mas minta. Kan cuma dua harian, jadi bajunya gak banyak," jelasku. Dia mengangguk-angguk mengerti, aku sudah paham dengan cara dia berkomunikasi. Jika sudah sesuai dengan keinginannya, maka obrolan selesai.

Selepas sarapan, aku pun mengantar Mas Endrick ke teras sambil tetap menggendong Rama. Lihat wajah sedih yang dibuat Mas Endrick untuk putra kami, aku jarang sekali diberikan ekspresi seperti itu. Yang aku tahu hanya wajah bergairahnya tadi malam. Astaga, apa yang ku pikirkan?

"Papa berangkat kerja dulu ya, nak? Kamu baik-baik di rumah, nanti papa telepon terus," pamitnya kepada Rama. Mas Endrick menciumi kedua pipi Rama sebelum mata setajam silet itu memandang ku.

"Saya berangkat dulu. Kalo ada apa-apa sama Rama , segera telepon saya."

"Iya, mas." Aku segera meraih pergelangan tangannya lalu mengecup punggung tangannya. Walaupun Mas Endrick tidak pernah bersikap romantis, aku tetap akan berusaha dekat dengannya. Aku mencintai suamiku, aku ingin dia juga memiliki rasa yang sama.

Ku pandangi mobilnya yang hilang di tikungan lalu segera aku mengunci pagar dan menutup pintu rumah. Sekarang aku harus mengurus Rama dan membereskan rumah. Jika ada waktu, biasanya aku mengunjungi rumah orang tua angkat ku. Biasa, hanya mereka yang aku punya sedangkan hubungan ku dengan mertua sedikit tidak akrab. Maksudku, sikap ibu mertuaku sama persis seperti suamiku. Sangat dingin dan jarang berekspresi. Aku jadi takut jika membuat kesalahan dan berujung dia memelototi ku.

"Kamu nenen di sebelah kiri aja ya, nak? Soalnya yang satunya ngilu," sesalku. Jujur, ini semua gara-gara Mas Endrick yang kadang suka lepas kendali.

Hanya Rama temanku di rumah. Bersama dia, aku menjadi merasa sangat dekat dengan Mas Endrick karena Rama adalah anak kami berdua. Terkadang aku iri sekali, Rama mendapatkan semua perhatian Mas Hendrick sedangkan aku sebagai istrinya sendiri jarang dia tanyai. Aku masih tidak mengerti, dulu dia mengajakku menikah dengan alasan dia tertarik kepadaku dan ingin serius. Memang, dia sangat bertanggung jawab tapi aku butuh penjelasan darinya. Hah, membicarakan suamiku sungguh tidak ada ujungnya. Ada saja sikap darinya yang membuat aku penasaran sekali.

...

Dua hari berlalu, di malam itu aku bersiap-siap untuk menyambut suamiku pulang. Beberapa jam sebelumnya dia menelepon dan mengatakan kalau dia sedang dalam perjalanan pulang ke Jakarta. Aku paham sekali kalau urusan kerja yang padat mungkin membuat dia penat, jadi aku berinisiatif untuk memberinya hiburan.

Oleh karena itu, aku sedikit berdandan malam ini. Aku mencari lingerie hitam yang baru aku beli lalu memakainya setelah selesai mandi. Aku menyisir rambut panjang ku dan menyampirkannya ke pundak kiri sehingga sebagian leherku terekspos. Tidak lupa juga aku memakai wewangian yang disukai Mas Endrick. Dia pernah bilang kalau dia suka parfum yang aku pakai. Walaupun cuma sekali mengatakannya, aku selalu ingat akan hal itu.

Setelah siap, aku pun menunggu di ranjang sambil memainkan ponsel ku. Rama sudah tidur, jadi kesibukan ku sedikit berkurang.

Ku pandangi terus jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Setiap detik membuatku begitu gugup meski kami sudah menikah selama dua tahun ini.

Suara klakson mobil terdengar di telingaku. Aku terperanjat, buru-buru memakai jubah tidurku agar sedikit tertutup lalu segera keluar untuk membukakan pagar dan pintu rumah.

Aku mengumbar senyum kepadanya begitu dia selesai memarkirkan mobil. Kulihat wajahnya sedikit lelah karena menempuh perjalanan menaiki mobil ke luar kota. Mungkin urusan kerjanya berat dan dia langsung pulang tanpa beristirahat. Pastilah dia lelah sekali.

"Gimana sama kerjaannya, mas?" tanyaku berbasa-basi sambil membawa tas berisi pakaian kotornya.

"Baik, Rama gimana dua hari ini?" balasnya dan tepat sasaran sekali. Padahal aku berdiri di sini menyambutnya, tapi yang dia tanya malah putra kami. Huh, sudah biasa sebenarnya.

"Gak rewel kok, mas. Makannya lahap, tidurnya cepet juga," jelasku dan dia hanya mengangguk. Astaga, sulit sekali menarik perhatian suamiku ini.

Aku menaruh tas berisi pakaian kotor tadi di dekat kamar mandi belakang agar bisa aku cuci besok pagi. Segera aku menghampiri suamiku yang duduk di ruang keluarga sambil melepas jam tangannya. Inilah kesempatan ku untuk tetap dekat dengan Mas Endrick.

Aku berdiri di belakangnya lalu kedua tanganku menyentuh bahunya yang terasa kaku. Mungkin sedikit pijatan akan menghilangkan rasa lelahnya.

"Jovita pijetin ya, mas? Pasti capek banget kan?" tawar ku dan dia hanya mengangguk sambil merilekskan badannya di sandaran sofa. Aku tersenyum simpul, ku beranikan untuk mendekatkan wajahku ke sisinya lalu mencuri satu ciuman di sudut bibir Mas Hendrick.

Iris hitamnya kembali terbuka, menatapku lapar seolah aku adalah makan malamnya atau memang iya?

"Jangan pakai jubah tidur. Itu mengganggu mata," titahnya. Aku hanya terkekeh, dia memang cerewet kalau sedang bergairah.

Aku berjalan mengitari sofa dan berhenti tepat di depannya lalu ku lepaskan jubah tidurku sehingga tubuhku yang terbalut lingerie hitam menjadi santapan empuk untuknya.

"Sini kamu."

Aku langsung bersikap manja dengan duduk menghadapnya di atas pangkuannya. Mas Endrick meraih pinggangku, meremasnya pelan sebelum menyatukan bibir kami. Aku tahu dia tidak bisa menolak rayuan ku. Walaupun tidak ada kata cinta yang terucap di bibirnya, tetap aku akan selalu percaya bahwa dia pasti cinta padaku.

.

Bersambung ...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Suami yang Dingin    Bab 26

    Penulis POV*Kok rumah sepi? Bik Sari dan Mang Sofyan mana?" tanya Endrick jadi dia masuk ke rumah setelah bekerja."Pulang lebih awal, mas. Katanya nanti malem ada hajatan di dekat rumahmereka jadi harus dateng," jawab Vania sembari membantu suaminyamembuka kancing kemeja, ini adalah kebiasaan Vita, dia selalu ingin ikut andil dalam setiap kesibukan Endrick termasuk melepas pakaian. "Hmm," balas Endrick. Dia menatap wajah Vita yang tampak tengah berpikir,tidak seperti biasanya Vita bermuka masam seperti ini."Ada apa?""Hmm? Kenapa mas?""Kamu kenapa?" balas Endrick Vita yang menyadarinya lantas menggeleng kecil. Dia cuma memikirkan soal wanita yang mencurigakan itu. Bagaimana jika selama ini Chika mencoba untuk dekat dengan Endrick tapi Vita tidak ada di sana untuk menghentikannya?"Jangan dipendam, Cepat bilang kalo ada yang mengganggu pikiran kamu," ucap Endrick lagi tapi Vita cuma diam saja. Dia meraih plastik berisi cemilan untuk Rama lalu menyimpannya di lemari dapur. Nanti

  • Cinta Suami yang Dingin    Bab 25

    Penulis POVSeperti rencana Vita kemarin, pagi ini dia dan suaminya menjemput kedua anak mereka yang dititipkan di rumah keluarga Vita. Sebenarnya Vita agak sedikit cemas meninggalkan kedua anaknya karena dia tahu seberapa rewelnya Shafira jika sudah malam dan Rama terkadang ikut gelisah jika adiknya rewel"Nah, itu mama papanya dateng.." Mamanya Vita sumringah menatap kedatangan anak dan menantunya di pagi hari yang cerah itu.Kedua tangan dan kaki Shafira bergerak lincah saat melihat orang tuanyadatang. Dia yang paling terlihat tidak sabar dipeluk oleh papanya lagi "Untung banget gak macet loh ma di jalan, biasanya kan daerah sini sukamacet kalo pagi," seru Vita setelah dia mencium punggung tanganmamanya. Endrick pun melakukan hal yang sama lalu segera pria itu meraihtubuh gembul Shafira yang semakin tidak sabar ingin dipeluk olehnya. "Hei, sayang..." Dikecupnya pipi Shafira, padahal baru berpisah tapi rasa rindunya sangat besar sekali. Rasanya seperti Endrick tidak melihat anak-

  • Cinta Suami yang Dingin    Bab 23

    Penulis POV"Bagus kan gaunnya, Vit? Mbak sengaja pilihkan yang itu buat kamu. Momennya pas kan buat nanti malem?"Vita tertawa kecil menanggapi ocehan saudari iparnya di panggilan video.Sepuluh menit yang lalu ada paket yang datang dan ditujukan untuk Vita.Dia lekas menelepon Rara dan mengucapkan terima kasih karena telah memberikan hadiah yang sangat indah, yaitu sebuah gaun pesta"Sekali lagi makasih ya mbak. Vita gak perlu bongkar lemari deh buatmilih gaun hehe," balas Vita.Malam ini dia memang ingin membuat sebuah pesta kecil-kecilan untuknya dan Endrick, hanya berdua saja. Vita berpikir itu bukan sesuatu yang berat mengingat cuma ada mereka berdua nanti malam.Sebentar lagi mamanya Vita datang menjemput Rana dan Shafira. Hanya untuk malam ini saja, Vita ingin menikmati keromantisan bersama suaminya. Ini adalah harijadi pernikahan mereka yang ketiga, Vita inginkenangan yang manis་ Ya udah deh, mbak tutup dulu ya teleponnya? Soalnya mau ke dokter kandungan, Vit. Biasalah, jad

  • Cinta Suami yang Dingin    Bab 23

    Penulis POVEndrick mengakui bahwa dirinya punya rasa cemburu yang terkadang sangat menakutkan dan juga menyebalkan. Dia bisa melakukan apapun untuk membuktikan kebenciannya bahkan sampai mengulik semua kejadian- kejadian mencurigakan demi mendukung praduga aneh di kepalanya.Seperti malam ini misalnya, Endrick tidak lepas memandangi Vita yang sibuk dengan ponselnya. Dia curiga, belum lagi Vita tersenyum-senyum sendiri Tadi siang Vita bertemu dengan seorang kenalan laki-laki dan bertukar nomor telepon. Ada kemungkinan malam ini mereka berbincang-bincang di telepon kan?"Berhenti main ponsel Ini udah malem, titah Endrick. Vita menoleh, dia menatap bingung ke arah suaminya. Wajah Endrick terlihat suram sekaliseperti kurang tidur."Masih jam setengah delapan malem, Mas Rama aja masih asyik nonton tv," balas Vita sambil melirik putra sulung mereka yang terbaring di kasur sambil menonton acara kartun yang dia lihat melalui saluran tv anak-anak"Makanya ajak anak tidur, bukannya sibuk bale

  • Cinta Suami yang Dingin    Bab 22

    Author POVSejak mendengar pengakuan cinta dari Endrick, Vita merasa hubungan antaramereka berdua makin erat dan berbeda dari sebelumnya. Pengakuan cintaitu telah menembus dinding kokoh yang selama ini berdiri transparan di antara mereka berdua. Vita merasakan hari-harinya kian bebas dan bahagia karena mengetahui perasaan yang sebenarnya di dalam hati Endrick.Ini sudah tepat tiga bulan sejak Shafira lahir dan ini adalah tiga bulan terbaik dalam pernikahannya. Vita tidak menginginkan hal lain di dunia ini selain cinta suaminya. Dia sudah cukup bersyukur kepada Tuhan karena telahmelembutkan hati sang suami yang sekeras batu.Grep!Vita mendekap Endrick dari belakang. Pria itu sedang sibuk memasang paku di dinding karena ada beberapa bingkai foto terbaru yang hendak dipajang.Tentu saja foto-foto itu merupakan foto anak-anak mereka. "Jangan di sini, Vita. Nanti kamu kena paku," titah Endrick. Vita menggeleng kecil, dia menempelkan pipinya di punggung Endrick yang menurut Vitasangat

  • Cinta Suami yang Dingin    Bab 21

    Author POVDi pertengahan bulan Mei, Vita akhirnya siap untuk melahirkan anak keduanya bersama Endrick. Sesuai dengan tanggal perkiraan yang ditentukan di masa awal kehamilan, Minggu ini Vita akan melahirkanSejak satu Minggu sebelumnya, Endrick sudah mempersiapkan semuakebutuhan untuk sang istri. Dia sudah menyiapkan kamar perawatan yangnyaman di rumah sakit, beberapa perlengkapan ibu yang baru melahirkandan juga perlengkapan bayi. Semuanya sudah terorganisir dengan baik danVita sangat berterima kasih sekali kepada suaminya. Tengah malam di hari Jum'at Vita masih meringis kesakitan di bagian bawah tubuhnya yang terasa seperti ingin robek saja. Dia menangis dan mengadu betapa rasa sakitnya yang luar biasa sekali. Endrick bahkan tidak sempat makan dan minum lagi demi menemani istrinya berjuangmelahirkan bayi mereka.Endrick memanjatkan doa di dalam hati, dia mengusap perut besar Vita berharap melalui itu rasa sakit yang dialami istrinya perlahan berkurang Vita pun tidak berhenti m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status