Share

4. Perdebatan Suami Istri

Catalina mengambil pedang Daniel dan menumbangkan gerombolan musuh yang tersisa. Perempuan itu benar-benar ahli dalam menggunakan pedang sehingga tidak butuh waktu lama musuhnya jatuh dan tersungkur terkena sabetan pedang darinya.

"Anda tidak apa-apa?" Catalina mengecek pria yang terlihat kesakitan memegangi punggungnya.

"Suaramu, aku seperti pernah mendengarnya" ucap Daniel.

"Benarkah?, apa ini sakit?" tanya Catalina menyentuh punggung Daniel.

"Kalau itu tidak perlu ditanya" ucap Daniel singkat.

Catalina mencoba membuat penerangan, dan betapa kagetnya saat dia melihat Daniel. Laki-laki yang telah ia selamatkan ternyata pria yang amat dibencinya.

"Kau?" bagaimana kau bisa ada di sini?" tanya Catalina pada Daniel yang juga terlihat kaget.

"Seharusnya aku yang menanyaimu, kau kan yang menyuruh mereka menyerangku?" tanya Daniel.

Catalina mendengkuskan nafas, "kalau aku tahu orang-orang ini menyerangmu akan lebih baik aku tidak lewat sini" ucap Catalina kesal.

"Bisa jadi kau pura-pura mengalahkan mereka untuk membuatku bersimpati padamu kan?" tuduh Daniel.

"Dasar gila di saat hampir mati pun otakmu masih dipenuhi rasa curiga" Catalina berdiri dan berajak akan pergi.

"Mau kemana kau?" tanya Daniel.

"Bukan urusanmu, lebih baik aku mencari jalan pulang dan tidak bersama dengan orang gila sepertimu" ucap Catalina kesal.

"Aduh sakit" ucap Daniel memegangi punggungnya.

"Kau ini benar-benar" Catalina membalikkan badan dan mendekati Daniel yang terduduk lemah.

"Buka bajumu!" perintah Catalina.

"Untuk apa?" tanya Daniel.

"Kau benar-benar bodoh atau pura-pura bodoh" ucap Catalina kesal.

"Aku tidak kuat membuka kancing pakaianku" ucap Daniel lemas.

"Kalau bukan karena terpaksa, aku tidak akan melakukan ini" Catalina membantu membuka kancing baju Daniel.

"Pelan sedikit sakit tahu" ucap Daniel.

"Diam, tutup mata dan mulutmu" perintah Catalina.

Daniel menuruti perintah Catalina, pria itu diam dan tidak banyak bicara. Catalina menyuntuh punggung Daniel yang terluka meskipun tidak terlalu dalam.

"Aku akan membantu memperban lukamu supaya darahmu tidak terus mengalir" Catalina merobek baju Daniel dan mulai membalut luka di punggung pria itu.

"Sudah selesai, pakai mantel ini untuk mengahangatkan badanmu" Catalina melemparkan mantel yang ia pakai tepat di wajah Daniel.

"Kau sengaja kan?" tanya Daniel matanya berair terkena mantel Catalina.

"Apa ada bagian tubuhmu yang kena?, maaf aku tidak sengaja?" Catalina memegangi wajah Daniel dan meniup mata pria itu.

Daniel memegangi tangan Catalina, "sudah cukup, tidak apa-apa" ucap Daniel.

"Kalau begitu aku pergi dari sini, anggap saja kita tidak pernah bertemu" ucap Catalina berdiri dari hadapan Daniel.

"Ini sudah malam, jangan lanjutkan perjalanan" Daniel memegangi tangan Catalina.

"Tidak, aku harus pulang. Lagi pula kita tidak ada urusan" tolak Catalina.

Daniel masih memegang tangan Catalina, pria itu tiba-tiba menarik tangan Catalina dan membuat Catalina terjatuh dalam pelukan Daniel.

"Kalau terjadi apa-apa padamu, kau mau menyalahkanku" bisik Daniel di telinga Catalina.

"Siapa bilang? aku tidak akan menyalahkan siapa pun?" Catalina mendorong tubuh Daniel pelan dan membenarkan posisi duduk nya.

"Mereka masih belum sadar?" tanya Catalina pada Daniel.

"Sepertinya baru besok mereka akan sadar" ucap Daniel.

"Kenapa malam-malam seperti ini kamu ada di hutan, dan mana asisten pribadimu?" tanya Daniel.

"Aku tidak perlu dan tidak mau menjawab pertanyaanmu, kau sendiri kenapa bisa ada di sini?" tanya balik Catalina.

"Aku baru saja mengunjungi makam Alicia dan kemudian kami diserang segerombolan orang tidak dikenal" jelas Daniel.

 "Lain kali bawalah pengawal lebih banyak, kalau aku tidak lewat sini mungkin besok pagi aku sudah dapat berita tentang kematianmu" ucap Catalina.

"Bukankah itu yang kamu inginkan? dengan begitu kamu bisa bebas menjalani hidup mu sebagai janda raja" ucap Daniel.

"Kau gila!, sebenci apapun aku padamu, tidak pernah sekalipun aku berpikir hidup bebas dengan mendengar berita kematianmu" Catalina mendorong tubuh Daniel.

"Aku sudah menolongmu hari ini dari kematian, hiduplah lebih baik dan tolong kabulkan permintaanku, ceraikan aku sekarang" pinta Catalina pada Daniel.

"Kenapa kau gigih sekali minta cerai? apa kau punya pria lain di luar sana?" tanya Daniel.

"Bukan urusanmu, tolong ceraikan aku itu adalah hadiah tidak ternilai yang sangat aku nantikan darimu. Lagi pula aku lihat Aurora yang cerdas dan cantik lebih berhak mendampingi mu" ucap Catalina tanpa ragu.

"Sudahlah ini sudah malam, jangan bahas itu lagi, beristirahatlah" Daniel menepuk pundak Catalina.

"Dasar kau ini, apa salahku sebenarnya bukankah mudah bagimu mengabulkan permintaan yang tidak berat ini?, aku tidak minta yang lain aku hanya ingin cerai dan hidup dengan tenang di luar istana" ucap Catalina kesal.

"Diam dan jangan bicarakan itu lagi!" teriak Daniel. Pria itu menopangkan kepalanya di pundak Catalina.

"Aku hampir mati, jangan bahas masalah perceraian, biarkan aku istirahat sebentar" ucap Daniel dengan suara lembut.

"Kalau kau tidak sakit, aku tidak akan meminjamkan pundak ku" ucap Catalina sewot.

Catalina menutupi tubuh Daniel dengan mantelnya, pria itu tidur dengan nyaman di pundak Catalina.

Pagi hari Eberardo dan Benicio sudah siuman mereka menunggu Daniel dan Catalina yang masih tertidur. Daniel membuka matanya terlebih dahulu, pria itu menutupi tubuh Catalina dengan mantel yang ia pakai dan meletakkan kepala Catalina di pundaknya.

Daniel memberikan kode pada Benicio dan Eberardo untuk tidak bersuara. Mereka bertiga terdiam menunggu Catalina bangun. Perempuan dengan rambut hitam, wajah tirus dan kulit putih itu masih nyenyak dalam tidurnya.

"Sudah pagi ya?" tanya Catalina sembari membuka matanya perlahan-lahan. Perempuan menarik kepalanya dari pundak Daniel.

"Kau sudah bangun?" tanya Daniel.

"Baiklah kalau begitu aku bisa pergi sekarang" Catalina berdiri.

"Selamat pagi yang mulia" Eberardo dan Benicio memberi salam pada Catalina dan Daniel.

"Kalian sudah siuman?" tanya Catalina.

"Sudah yang mulia, terima kasih anda sudah menjaga dan membantu yang mulia Daniel" ucap Benicio.

"Oh, tidak, aku hanya kebetulan lewat saja" ucap Catalina.

"Sudahlah jangan berdebat di sini, aku antar kamu pulang sekarang" Daniel memegangi tangan Catalina. Pria itu merasa berterima kasih pada Catalina.

"Aku kira tidak perlu yang mulia, aku bisa pulang sendiri, anda lanjutkan perjalanan anda dengan mereka" tolak Catalina.

 "Kalian berdua pulanglah dulu ke istana, aku akan menemani Catalina pulang ke rumahnya" perintah Daniel yang berubah baik pada Catalina.

"Lepaskan, sudah aku bilang tidak mau" Catalina melepaskan tangannya dari genggaman Daniel.

Daniel memberi kode agar Benicio dan Eberardo pergi segera.

"Kami pamit yang mulia" ucap Benicio dan Eberardo meninggalkan Daniel dan Catalina.

"Kau ini benar-benar menjengkelkan" Catalina menyikut perut Daniel dengan keras.

"Owh, sakit" ucap Daniel.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status