Di suatu pagi yang cerah, wanita dengan rambut hitamnya yang panjang ini, menjalani harinya seperti biasanya yang di awali dengan keberangkatannya ke kantor. Kicau burung-burung yang berterbangan di atas langit, membuat suasana kota yang padat itu bertambah ramai. Lucia Navitan, itulah nama dari seorang wanita yang kini bekerja sebagai direktur di sebuah perusahaan besar di ibu kota. Di usianya yang baru menginjak 21 tahun ini, ia berhasil meraih posisi tersebut dengan kerja kerasnya selama ini.
Lucia berlari dengan cepat, hendak mengejar bis yang sebentar lagi akan berangkat. "Permisi, permisi." Kata Lucia sambil terus berlari, menerobos kerumunan orang-orang yang tengah berlalu lalang di sepanjang jalan menuju halte bis.
Namun saat hampir tiba di halte bis, Lucia tidak sengaja menabrak seseorang sehingga membuat tas yang semula ia dekap di dada kini terjatuh ke atas tanah. Lucia pun membungkukkan tubuhnya, meraih kembali tasnya yang terjatuh itu dengan tangan kanannya.
Lucia pun menatap ke atas, melihat siapa sebenarnya orang yang tengah ia tabrak. "Maafkan saya," Ujar Lucia meminta maaf, pada seorang wanita paruh baya yang terlihat seperti orang kaya dari gaya dan merk pakaian yang tengah ia kenakan saat ini.
Bukannya memaafkan Lucia dan membiarkannya untuk langsung pergi, wanita tua ini pun justru menatap Lucia dengan tatapan tajam. "Apakah kamu benar Lucia Navitan?" Tanya wanita tua tersebut sambil melibatkan kedua tangannya di bawah dada.
Sambil membawa tasnya kembali, Lucia pun menatap wanita itu dan bertanya tanya, bagaimana bisa wanita tua yang baru pertama kali ia temui itu mengetahui namanya. "Benar, saya adalah Lucia Navitan. Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Tanya Lucia dengan kebingungan.
Meskipun Lucia bertanya apakah mereka berdua pernah bertemu sebelumnya hanya untuk sekedar basa basi, Lucia pun mengingatnya dengan betul, jika ini adalah merupakan pertemuan mereka untuk yang pertama kalinya. Entah dari mana wanita tua dengan penampilan glamor di depannya ini sampai bisa mengetahui namanya, itulah yang tengah muncul di dalam benak Lucia saat ini.
Tanpa menjawab pertanyaan yang Lucia lontarkan padanya, wanita tua itu justru langsung menggenggam lengan Lucia dengan paksa. "Ayo ikuti aku," Tuturnya dengan singkat.
Lucia pun merasa takut, dengan orang asing yang tiba-tiba menggenggam tangannya dengan kasar ini. "Tung, tunggu dulu. Anda mau membawa saya ke mana? Saya harus pergi bekerja." Ucap Lucia meronta ronta meminta agar tangannya di lepaskan.
Tentu saja jika Lucia benar-benar mengikuti wanita tua di depannya sekarang ini, ia akan terlambat sampai di kantor. Lucia yang selama ini sudah bekerja keras sehingga bisa mencapai posisi direktur di usianya yang semuda ini, tentu saja tidak ingin menjadi contoh yang buruk dengan terlambat masuk bekerja.
Wanita tua di depannya ini tentu saja mengerti, apa yang tengah Lucia khawatirkan saat ini. Wanita tua itu pun merogoh sakunya, kemudian mengeluarkan ponsel. "Atasanmu adalah pak Kedrey, bukan? Aku akan bilang padanya bahwa kamu akan masuk terlambat hari ini, jadi jangan khawatir." Katanya setelah berkutik dengan ponselnya.
Lucia tentu saja di buat tercengang dengan kejadian aneh yang menimpanya di pagi hari seperti ini. Tak hanya mengetahui namanya, tapi wanita tua di depannya ini juga mengetahui dengan sangat baik, siapa nama atasannya di kantor. Tentu saja hal ini membuat Lucia merasa takut, karna sepertinya wanita tua di depannya ini bukanlah orang sembarangan.
"Dari tadi saya merasa penasaran, sebenarnya anda ini siapa? Bagaimana bisa anda mengetahui nama saya dan juga atasan saya di kantor?" Tanya Lucia yang menyampaikan rasa penasarannya.
Namun lagi-lagi, wanita tua itu tidak menjawabnya dan justru tetap memaksa Lucia untuk ikut dengannya. "Aku tau saat ini pasti kamu sedang bingung. Aku akan mengatakannya tapi bukan di sini, jadi ikutilah aku dengan tenang. Aku tidak memiliki niat buruk terhadapmu," Ucapnya menenangkan Lucia.
Untuk menjawab rasa penasarannya, Lucia pun terpaksa mengikuti wanita tua di depannya ini secara suka rela. "Baiklah, saya akan mengikuti anda dengan tenang. Maka dari itu, lepaskan tangan saya." Kata Lucia menatapnya dengan tajam.
Wanita tua itu pun seolah merasa takjub dengan sikap berani yang di tunjukkan Lucia kepadanya, ia pun dengan senang hati langsung melepaskan genggaman tangannya dari Lucia dan membiarkannya untuk berjalan sendiri. Lucia pun mengikuti wanita tua itu sampai ke sebuah restoran mahal di dekat jalanan yang mereka lewati.
Perasaan curiga Lucia pada wanita tua yang kini tengah berjalan di depannya pun bertambah, entah apa maksud sebenarnya dari wanita tua itu sampai sampai membawanya masuk ke dalam restoran kelas atas, yang bahkan tidak pernah ia bayangkan bisa masuk ke dalamnya seumur hidupnya.
Berbeda dengan Lucia yang dari tadi terus saja merasa curiga dan bersikap waspada, wanita tua yang kini tengah duduk di depannya sambil melihat lihat daftar menu itu, justru terlihat santai sekali dengan pembawaannya yang tenang.
"Tak perlu bersikap waspada seperti itu padaku, bukankah aku sudah pernah bilang bahwa aku tidak memiliki niat buruk terhadapmu? Maka dari itu, santai saja." Ujarnya sambil membolak balik daftar menu di depannya.
Lucia pun mengeryitkan dahinya, tentu saja di saat seperti ini, ia tidak bisa bersikap tenang. "Cepat katakan saja, ada urusan apa anda dengan saya?" Kata Lucia yang segera ingin mengakhiri hal ini.
"Tidak perlu terburu buru seperti itu, lebih baik pesan dulu makanan yang sedang ingin kamu makan saat ini, dan kita akan membicarakannya setelah makan." Kata wanita tua di depan Lucia saat ini sambil menyerahkan daftar menu ke arah Lucia.
Lucia pun mengepalkan tangannya, ia merasa geram dengan orang asing di depannya saat ini yang dari tadi terus berbicara berputar putar, seolah dengan sengaja menghindari topik yang ingin ia bahas.
"Sudahlah! Jangan bicara berbelit belit dan cepat katakan saja siapa anda." Teriak Lucia yang kini tak bisa lagi menahan emosinya. Lucia merasa, bahwa orang aneh di depannya ini hanya sedang dengan sengaja membuang buang waktunya saja.
Wanita tua ini pun tersenyum. "Baiklah, kalau memang kamu memang ingin segera mendengarnya. Padahal aku bermaksud mengataknnya pelan-pelan agar kamu tidak terlalu terkejut. Tapi mau bagaimana lagi? Kamulah yang memintaku seperti ini," Ujarnya yang lagi-lagi tidak menjawab pertanyaan Lucia.
"Jangan bicara berbelit belit." Ujar Lucia sambik menggertakkan giginya.
Entah apa yang Arsyad pikirkan sampai bisa memiliki kekasih yang tidak sopan dengan orang tua, itulah yang Rosalina nilai dari Lucia saat ini. "Akhiri hubunganmu dengan putraku." Perkataannya yang meskipun terasa singkat itu, tetap saja membuat Lucia terkejut mendengarnya.
Tentu saja Lucia yang mendengarnya pun seolah merasa kaget dan di buat tak percaya. Ia pasti kini merasa bingung, dengan ucapan yang baru saja di katakan oleh orang yang baru pertama kali ia temui itu secara tiba-tiba, memintanya memutuskan hubungan dengan kekasihnya yang selama ini baik-baik saja. Lucia Merasa ada yang aneh dengan wanita tua di depannya. Mulai dari namanya hingga nama atasannya di kantor, wanita tua di depannya ini mengetahuinya dengan sangat betul.Apalagi dengan ucapannya yang menekankan kata putraku pada Lucia, tentu saja hal itu sempat membuatnya tercengang. Tapi Lucia tetap berfikir bahwa tidak mungkin wanita yang kini duduk di depannya adalah ibu dari kekasihnya, mengingat kembali akan perbedaan di antara keduanya yang dapat di lihat dari penampilan mereka.Saya tidak tau anda ini siapa tapi yang jelas, anda tidak punya hak untuk ikut campur dalam hubungan saya dan kekasih saya. Lagi pula hubungan kami selama ini berjalan baik-baik saja, tidak ada alasan yang m
"Tapi ... apa alasan anda meminta saya untuk memutuskan hubungan dengan Arsyad? Selama ini hubungan kami baik-baik saja, ssya tidak memiliki alasan untuk mengakhiri hubungan kami." Tolak Lucia yang berfikir bahwa, tidak masuk akal jika ia langsung memutuskan hubungannya dengan Arsyad yang selama ini berjalan baik hanya karna permintaan ibu dari kekasihnya itu.Rosalina pun tersenyum, melihat Lucia yang dengan polosnya tak dapat langsung mengerti dengan masalah yang sebenarnya. "Bukankah kamu yang lebih tau jika, kamu tidak pantas bersanding dengan putraku? Hanya dengan alasan seperti ini saja sudah cukup untuk mengakhiri hubungan kalian." Katanya menyindir secara langsung.Meskipun Rosalina sampai berkata seperti itu, tentu saja Lucia tetap berfikir sesuai dengan pendiriannya. Ia tidak akan melepaskan Arsyad, meskipun ibunya secara terang terangan menentang keras hubungan mereka. Karna Lucia berfikir, bahwa tentunya ia akan sangat menyesal jika sampai harus melepaskan cinta pertamanya
Lucia pun dengan cepat memasukkan kartu nama yang di berikan oleh nyonya Rosalina padanya ke dalam tas. Karna ia tau, semakin lama berbincang dengan nyonya Rosalina, bukanlah hal yang bagus untuknya. "Baiklah, saya akan menerimanya. Tapi saya tidak ingin anda terlalu merasa kecewa, karna sepertinya kartu nama ini tidak akan berguna." Ucapnya.Nyonya Rosalina hanya tersenyum, tanpa menjawab apapun. Ia membiarkan Lucia pergi untuk berangkat ke kantornya. Lagi pula, jika Lucia menolak tawarannya, Rosalina hanya perlu membuat situasi agar Lucia, merasakan perbedaan dengan jelas di antara dirinya dan Arsyad. Dan dengan begitu, Lucia pasti akan pergi dan meninggalkan Arsyad dengan sendirinya.****Lucia berjalan, menaiki bis yang kebetulan dengan lewat dengan perasaan yang campur aduk. Karna di pagi hari, ia bahkan sudah mengetahui kenyataan yang begitu pahit. Di dalam hatinya pun sampai saat ini masih saja merasa terkejut, dirinya bagai terkena petir di siang bolong. Lucia pun menatap ke j
Sikap Lucia yang tidak senang dengan pembohong itulah, yang membuat Arsyad selama ini berusaha dengan keras untuk menutupi kebohongan yang telah ia ciptakan sendiri. Karna Arsyad tidak bisa membayangkan, seperti apa nanti jadinya jika Lucia suatu hari nanti mengetahui semua kebohongan tentang dirinya. Arsyad bahkan tidak menyangka, jika hal yang dari dulu sangat ia khawatirkan justru terjadi hari ini atas ulah dari ibunya sendiri."Apa yang sudah ibuku katakan padamu?" Tanya Arsyad dengan panik, merasa khawatir jika ibunya sampai mengatakan hal yang macam-macam pada Lucia.Lucia tentunya sangat memahami perasaan Arsyad yang tengah panik saat ini. Karna kebohongan yang selama ini sudah berhasil ia sembunyikan dengan baik, justru jadi terbongkar karna perbuatan ibunya. "Yang terpenting bukanlah hal itu, sekarang. Aku memerlukan penjelasan darimu." Tegas Lucia.Arsyad pun menarik nafas panjang, kini ia tidak bisa lagi lari kemanapun. "Aku tidak tau apa saja yang ibuku katakan padamu. Tap