Share

Flashback 1

Menjadi putri semata wayang dari seorang pengusaha kaya tentunya menjadi satu-satunya harapan besar bagi setiap orang tua. Meski di dunia ini tidak semua sama, namun alur hidup yang biasanya orang dapati dalam sebuah cerita dongeng nyatanya benar bisa terjadi di dunia nyata.

Aturan, kekangan, orangtua super protektif, dan perjodohan, bukanlah hal yang tabu bagi keluarga kalangan atas seperti mereka.

Contoh salah satunya adalah Seraphina.

Sera adalah satu dari sebagian banyak anak yang telahir dengan sendok emas. Pun dengan statusnya sebagai anak tunggal, mau tak mau harus mejalani hidup selayaknya gaya hidup orang kaya pada cerita dongeng pada umumnya.

Sejak kecil setiap langkah anak itu selalu diiringi oleh aturan ini itu oleh kedua orangtuanya.

Hal itu tentu bukanlah sebuah masalah bagi Sera kecil. Tapi seiring berjalannya waktu, Sera semakin tumbuh besar, dan pikirannya pun kian kritis.

"Ayah kenapa Sera tidak boleh main bersama anak itu?"

"Ayah kenapa Sera tidak boleh jajan makanan disana?"

"Ayah kenapa Sera tidak boleh ikut ke rumah teman Sera?"

Pertanyaan polos yang bagi Sera itu suatu tanda tanya besar yang perlu penjelasan tidak pernah mendapatkan jawaban yang memuaskan.

Ayahnya maupun sang Ibu seringkali memakai alasan tak masuk akal. Sampai pada masa dimana dia dapat mengerti akan keadaan sekitar dan tahu bagaimana pola hidup yang sebenarnya sudah dia jalani sejauh ini, Sera mencoba berontak.

Tapi, bagaimanapun, Sera yang tidak cukup pengalaman tetap akan berakhir tunduk pada perintah Ayahnya.

Beliau sungguh punya kuasa yang besar pada kendali hidup Sera.

"Ayah tidak mau kamu membuang waktu untuk hal tidak penting.."

"Tidak penting apa maksud ayah? Sera hanya ingin membantu teman Sera —"

"Kamu cukup katakan apa yang kamu mau pada ayah dan ayah akan lakukan semua untukmu. Kamu tidak perlu terjun langsung dan bergabung bersama mereka."

"Ayah mereka temanku."

"Berteman lah dengan orang yang pantas, Sera."

"Pantas? Mereka semua pantas ayah, mereka semua baik sama Sera."

"Dengar, Sera...." Ketukkan telak pada meja seketika membuat anak itu bungkam. Rahadian menatap lamat manik anaknya dalam.

Sera yang semakin dewasa semakin sulit sekali untuk di kendalikan.

"Ayah sudah menemukan banyak sekali orang yang berbuat baik pada kita karena memiliki alasan buruk. Seringkali pula ayah di kecewakan karena ternyata tidak ada satupun dari mereka yang benar-benar tulus berteman dengan orang seperti kita, dan harusnya kamu tau batasan mu, Sera. Jangan terlalu berbaur dengan mereka, jangan terlalu berbaik hati dan terlalu memberi mereka harapan karena bisa saja mereka sudah menyiapkan timbal balik yang menyakitkan untukmu."

Mendengar penuturan dari sang Ayah. Sera mengerti satu hal.

Bahwa ayahnya dulu telah mengalami hal buruk sehingga membuat wataknya menjadi seperti sekarang ini.

Hidup itu penuh misteri, dan setiap manusia memiliki rahasianya masing-masing. Ayahnya mungkin benar, bisa saja mereka berteman dengan Sera karena memiliki tujuan yang buruk, tapi Sera pun tidak mau berburuk sangka karena dia tidak bisa memukul rata setiap orang seperti apa yang ayahnya tuduhkan.

"Ayah sudah mengatur semuanya Sera. Sekolahmu, pendidikan tinggi mu, bahkan akan dengan siapa kamu hidup nantinya. Ayah sudah mempersiapkan semuanya."

Sera tak mampu berkata. Isi pikirannya begitu rumit bagai bola kusut yang memerlukan waktu untuk kembali rapi.

"Jadi jangan buang waktu mu untuk hal yang sia-sia."

Setelah itu, Sera menjadi pribadi yang lebih pendiam. Dia bahkan tidak menerima teman dan mencari teman. Pola hidupnya sudah tertata dan harus tetap seperti itu pada setiap harinya.

Sampai rasa jenuh datang memenuhi dada, dengan penimbangan yang cukup lama, Sera dewasa dengan berani meminta satu hal sebelum dia berpindah sangkar ke sangkar emas lain yang telah sang Ayah persiapkan.

"Boleh Sera meminta waktu 2 tahun buat jalanin hidup yang Sera mau?" Manik Sera menatap Ayahnya dengan begitu yakin. Tolong, ini adalah keinginan Sera yang terakhir sebelum hidupnya kembali di ambil oleh keluarga lain yang kelak akan meminang dirinya.

"Nak, maksud kamu apa sayang?" Ibu Sera bersuara. Biasanya beliau tidak akan ikut campur pada tuntutan suaminya pada sang anak. Tapi setelah mendengar permintaan putrinya ini, beliau merasa sedikit khawatir.

"Sera mau coba hidup jadi orang biasa, bu. Sera mau coba hidup kayak gadis lainnya di luar sana. Bekerja di perusahaan orang lain, tinggal di rumah sederhana," Sera menghela nafas ketika menjeda ucapannya.

"Sera cuma mau ngerasain gimana rasanya hidup di luar zona Sera."

"Dan setelah itu kamu akan beralasan untuk menolak peraturan ayah?"

"Tidak..tidak ayah.. cuma 2 tahun. Sera janji..setelah itu, Sera bakal behenti main-main."

Ibu Sera menoleh cemas pada suaminya. Suasana tegang bagai mencekik satu isi ruangan tersebut.

"Tolong...ayah..."

Tidak ada keraguan dan kebohongan dimata anak itu. Rahadian pun mau tak mau mengizinkan Sera untuk berbuat semau dia selama 2 tahun ke depan.

"Dengan satu syarat. Kau harus bisa jaga diri."

Senyum Sera lantas mengembang cantik di wajahnya.

"Baik ayah, Sera janji."

Setelah itu, Rahadian mengutus salah satu pelayannya yaitu Bi Siti untuk menemani Sera selama anak itu menjalankan kemauannya.

•••

Sera memandang gedung perusahaan pakaian yang kini menjulang di depannya. Rencananya dia ingin melamar pekerjaan dimana hal ini adalah satu dari sekian banyak hal yang sudah lama ingin Sera lakukan.

Dengan kemeja dan rok rapi, serta sepatu flat hitam mengkilat, tak lupa map berisikan berkas pribadi miliknya, dia berjalan dengan percaya diri memasuki lingkungan perusahaan tersebut.

Maniknya berbinar senang, menelusuri setiap sisi area itu. Bahkan dalam hatinya sudah menerka dimanakah gerangan dia akan di tempatkan untuk bekerja nanti?

Tawa kecil lolos begitu saja diiringi dengan fokusnya yang mulai goyah. Hingga tak sengaja pundaknya menubruk seseorang yang entah sejak kapan berjarak dekat dengannya.

"Aduh!"

"Akh!!"

Map keduanya terjatuh. Dengan sigap Sera mengambil map—yang menurutnya— miliknya. Kemudian matanya bergulir pada sosok di didekatnya.

"Maaf ya, gak sengaja.."

"Eh iya, gak papa.." kepala pemuda itu mengangguk sopan. Sera jadi malu.

"Mau ngelamar juga ya?" Tanya Sera melihat map yang sama persis seperti miliknya sudah berada di genggaman pemuda itu kembali.

"Iya.." lagi...setiap menjawab kepala pemuda itu selalu mengangguk sopan. Pandangannya pun lebih sering menunduk seolah segan untuk menatap Sera terlalu lama.

Seperti bukan orang kota. Batin Sera.

"Kalau gitu bareng aja. Saya juga mau ngelamar kerja di sini."

Mengangguk lagi, dan Sera hanya bisa nyengir garing.

Begitu mereka sampai, ternyata bukan hanya mereka saja yang datang hari ini untuk melamar. Cukup banyak orang yang nampak sudah duduk menunggu untuk masuk ke salah satu ruangan disana secara bergantian.

Butuh hampir 45 menit Sera menunggu, sampai dimana Harsa dengan sopannya mempersilahkan Sera untuk masuk terlebih dahulu. Sera yang senang tentu saja tak lupa untuk berterimakasih. Setelah itu dia bergegas masuk ke ruangan tersebut.

"Selamat pagi, silahkan duduk."

Sera pun mengambil duduk, kemudian menyerahkan map miliknya ketika karyawan di depannya membuat gesture seolah meminta barang yang tengah di genggamnya.

Di bukanya lah map tersebut. Membuat Sera yang duduk tegak terlihat was-was.

Ini yang pertama kali baginya, wajar saja kan kalau dia takut melakukan kesalahan walau sekecil apapun itu?

Karyawan yang merupakan seorang wanita itu menatap berkasnya dengan pandangan menyipit.

Kenapa?

"Jangan bilang aku melakukan kesalahan?"

Sera menelan ludahnya ketika manik wanita itu menatap ke arahnya.

"Kamu bawa map siapa ini?"

"Hah?" Jujur, Sera tidak mengerti.

Wanita itu menarik nafas dalam, menyimpan berkas milik Sera kembali pada map, lalu menggeser benda tersebut ke depan Sera.

"Coba kamu lihat isi map kamu. Takutnya mata saya doang yang lagi error."

Sera menurut dan lekas mengambil map itu. Bola mata Sera sontak melebar ketika menyadari bahwa dia mendapati foto dan data diri yang ada di dalam map itu bukanlah miliknya.

"Harsa Anggara?" Pekiknya.

Dari sanalah awal Sera mengenal Harsa dan memulai petualangannya sebagai Sera si gadis sederhana. Bukan putri dari Rahadian Bagaskara.

Tbc.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status