Share

Bab 5 - Itu Rumahku, Om

Author: EYN
last update Last Updated: 2025-11-03 17:08:39

“Kita mampir dulu, ya?” putus Lionel kemudian.

Mobil yang dia kendarai berbelok ke sebuah coffee shop yang buka dua puluh empat jam.

“Ya…” angguk Meilissa, bertepatan dengan mobil berhenti di area parkir yang disediakan.

“Tunggu. Sebentar saja,” ucap Lionel, langsung keluar tanpa menunggu respon Meilissa.

Meilissa menatap punggung Lionel yang masuk ke dalam coffee shop. Dia heran pada dirinya sendiri. Meski canggung, tapi Meilissa menyadari satu hal. Dia tidak takut pada Lionel. Lelaki itu berbeda sekali dengan pacar-pacar Mamanya yang kurang ajar. Tatapan Lionel sopan. Gerak gerik dan tutur katanya pun lembut.

Tidak lama, Lionel kembali muncul dengan satu kantung besar dan satu kantung kecil.

“Makan yang ini.” Dia memberikan kantong kecil pada Meilissa, kemudian dia mengangkat kantong besar, “Bawa pulang. Jadi, kamu tidak perlu masak untuk sarapan.”

Meilissa melongok kantong kecil, yang ternyata berisi satu gelas cokelat hangat dan croissant. Hatinya berdesir saat mengambil kantong itu dari Lionel.

“Terima kasih, Om,” ucapnya, menatap Lionel dengan tatapan terharu. Ternyata, lelaki ini memberinya sarapan pagi. Senyum perlahan merekah bersamaan dengan sesuatu yang asing menyelinap masuk ke dalam hatinya.

Lionel tersenyum. “Habiskan sekarang,” perintahnya lembut tapi tegas.

Meilissa mengangguk pelan, lalu menyesap cokelatnya. Rasa hangat dan manis terasa di lidah lalu turun ke hati dan menjalar ke seluruh tubuh.

Perjalanan pun berlanjut. Meilissa makan tanpa bicara, demikian pula dengan Lionel yang mengendarai mobilnya dalam diam.

Dokter tampan itu sengaja memberikan waktu bagi Meilissa untuk menikmati makanannya. Hingga, tibalah mereka di depan rumah Meilissa.

“Itu rumahku, Om. Terima kasih untuk tumpangan dan makanannya. Maaf merepotkan,” ucap Meilissa, sedikit membungkukkan tubuh.

"Denga senang hati." Lionel menganggukkan kepala sambil tersenyum tipis, lalu perlahan menjalankan mobilnya.

Meilissa menunggu beberapa saat di pinggir jalan sambil menatap mobil mewah milik Lionel hingga menghilang di tikungan.

Saat mobil itu menghilang, Meilissa menunduk dan berbalik badan dengan lesu. Langkahnya gontai menuju rumah. Berat rasanya kembali ke dunia nyata setelah sekian jam merasakan hangat dan aman.

Begitu membuka pintu rumah, Meilissa tersentak. Kondisi rumah sangat berantakan! Seperti baru diterjang tornado.

Rumah mereka sangat sederhana dan kecil. Saat pintu terbuka semua ruang langsung tampak dalam satu pandangan mata.

Ruang tamu, ruang makan, dapur dan tempat menonton TV menyatu tanpa sekat. Di lantai dan meja ruang tamu, botol dan kaleng minuman berserakan di lantai dan meja. Pakaian dalam wanita dan pria tersebar di sofa, berikut dengan kondom bekas pakai dan tisu.

Di meja makan ada bekas kotak-kotak makanan dari restoran siap saji, serta puntung-puntung rokok.

“Ya Tuhan…,” desis Meilissa, tidak bisa berkata-kata lagi.

Menelan ludah, Meilissa berjalan beberapa langkah lalu menurunkan kantong makanannya perlahan di meja makan. 

Di lantai dekat meja makan, ada pecahan kaca. Hati-hati, Meilissa berjinjit dan berjalan melewati serpihan itu supaya kakinya tidak terluka. Dia mengambil sapu dan bersiap membersihkan semua kekacauan itu.,

Tapi, telinganya menangkap suara benda dijatuhkan ke lantai dari arah kamarnya.

Bugh!

Prak!

Serta merta Meilissa menoleh, matanya terbelalak saat mendapati pintu kamarnya terbuka lebar. Handle pintu tampak rusak karena dibuka paksa.

Jantung Meilissa berdebar kencang karena emosi dan terkejut. Dia bergegas ke kamar dengan perasaan campur aduk.

“Mama, apa yang Mama lakukan?!” seru Meilissa dari ambang pintu. Kamarnya tidak kalah berantakan dengan ruangan yang lain. Barang-barangnya bertebaran di lantai. Pakaian-pakaian keluar dari lemari kecilnya.

Miranda berbalik, lalu menatap Meilissa seperti singa yang hendak menerkam buruan. Saat dia melangkah mendekat, Meilissa mundur.

Tapi ternyata, Miranda lebih cepat. Dia menyambar tangan Meilissa dengan sengit, mencegah gadis itu untuk kabur.

“Dasar kurang ajar!” teriak Miranda menggelegar. Tangannya bergerak cepat, mencengkeram rahang Meilissa dengan kuat. “Kamu tahu aku paling tidak suka dibohongi.”

“Ugh… sakit!” rintih Meilissa saat kuku panjang Miranda menancap di pipinya tanpa ampun.

"Dasar pembohong!"

“Aku tidak bohong,” bantah Meilissa, meringis menahan perih di pipi. Ada banyak hal yang dia tutupi dari Mamanya, semua demi melindungi diri.

“INI APAAA?!” teriak Miranda histeris. Dia mengacungkan lembaran-lembaran uang dengan tangan satunya yang bebas. “Beraninya kamu main sembunyi-sembunyian sama Mama!”

Meilissa menelan ludah. Uang simpanannya ditemukan oleh Miranda. “Itu untuk bayar uang sewa rumah, Mama. Jumlahnya masih kurang. Jangan diambil,” geramnya antara putus asa dan kesal. Seketika lupa pada perih di pipinya. Sekali uang itu jatuh ke tangan Miranda, pasti habisnya hanya hitungan menit. 

“Bayar sewa masih bulan depan. Kamu bisa cari tambahan penghasilan. Jangan sibuk kuliah! Buang-buang uang saja!” ketus Miranda sambil melepaskan rahang Meilissa dengan kasar yang menghentak.

Meilissa sedikit terhuyung ke belakang. Namun sebelum dia kembali berdiri tegak... SRET!

Tas kecil di bahunya lenyap. Meilissa terbelalak saat melihat tasnya sudah ada di tangan Miranda.

Wanita paruh baya itu membuka Meilissa. Tangannya terjulur mengambil dompet Meilissa, lalu melemparkan tas itu ke sembarang arah. Tisu, hand sanitizer dan ponsel jatuh berserakan di lantai.

“Mama! Itu dompetku?!” seru Meilissa marah. Dia mencoba merebut dompetnya, tapi Miranda dengan cepat berkelit.

Miranda berdiri memunggungi puterinya, lalu dengan sangat cepat membuka dompet dan mengambil semua lembaran uang yang ada di dalamnya. Tanpa menyisakan apa pun.

“Cih! Masih kurang,” gerutu Miranda, menjatuhkan dompet itu ke lantai.

Meilissa menatap pilu pada dompet yang teronggok di lantai. Bahunya luruh. Dia tahu kalau seluruh uangnya dirampas, termasuk uang-uang yang dia selipkan diantara tumpukan pakaian.

“Mama benar-benar keterlaluan,” desis Meilissa. Dadanya bergemuruh karena luapan emosi.

“Kamu yang tidak tahu diri!” bentak Miranda. “Ingat! Aku yang melahirkan kamu. Merawatmu saat kecil hingga besar. Uang segini tidak cukup untuk membalas budi!”

Setelah mengatakan itu, Miranda keluar dari kamar. Meninggalkan Meilissa yang terluka hati dan pipinya.

BRAK!

Suara pintu rumah dibanting dengan keras terdengar, menyentak hati Meilissa. Air mata mengalir membasahi pipi, bersamaan dengan tubuhnya yang merosot ke lantai.

“Om Lionel, kenapa rumahmu terasa lebih nyaman dari rumah Mama?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Terlarang : Terjerat Pesona Papa Temanku   Bab 5 - Itu Rumahku, Om

    “Kita mampir dulu, ya?” putus Lionel kemudian.Mobil yang dia kendarai berbelok ke sebuah coffee shop yang buka dua puluh empat jam.“Ya…” angguk Meilissa, bertepatan dengan mobil berhenti di area parkir yang disediakan.“Tunggu. Sebentar saja,” ucap Lionel, langsung keluar tanpa menunggu respon Meilissa.Meilissa menatap punggung Lionel yang masuk ke dalam coffee shop. Dia heran pada dirinya sendiri. Meski canggung, tapi Meilissa menyadari satu hal. Dia tidak takut pada Lionel. Lelaki itu berbeda sekali dengan pacar-pacar Mamanya yang kurang ajar. Tatapan Lionel sopan. Gerak gerik dan tutur katanya pun lembut.Tidak lama, Lionel kembali muncul dengan satu kantung besar dan satu kantung kecil.“Makan yang ini.” Dia memberikan kantong kecil pada Meilissa, kemudian dia mengangkat kantong besar, “Bawa pulang. Jadi, kamu tidak perlu masak untuk sarapan.”Meilissa melongok kantong kecil, yang ternyata berisi satu gelas cokelat hangat dan croissant. Hatinya berdesir saat mengambil kantong i

  • Cinta Terlarang : Terjerat Pesona Papa Temanku   Bab 4 - Selamat Malam, Om

    Meski ingin, tapi ternyata Meilissa tidak sanggup bercerita.“Hm…, iya, Om. Terima kasih atas perhatiannya," kata Meilissa akhirnya. Dia memilih menyimpan kembali uneg-uneg ke dalam hatinya.Lionel menghela napas sambil menatap Meilissa dengan sorot yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.“Minum, Om? Tadi katanya haus,” ucapnya berusaha mengalihkan topik. Dia mengangkat gelas lalu sengaja memasang mimik menggemaskan sambil menggoyangkan gelasnya perlahan.Tidak ingin memaksa, Lionel mendekatkan gelas ke bibir dan meminum isinya hingga habis. "Hhh… lega….," katanya sembari mengangkat gelas, meniru gaya Meilissa.Meilissa tersenyum lebar. "Lagi, Om?" tawarnya, siap sedia mengisi ulang gelas yang sudah kosong.Lionel menggelengkan kepala. "Tidak. Terima kasih."“Kalau begitu, berikan gelasnya padaku. Aku cucikan.” Meilissa langsung mengambil alih gelas, dan bergerak ke wastafel untuk mencuci gelas-gelas tadi.Diam-diam Lionel memperhatikan gerak-gerik Meilissa. Cara mencucinya begit

  • Cinta Terlarang : Terjerat Pesona Papa Temanku   Bab 3 - Om, Belum Tidur?

    Lionel berdehem pelan. Hati boleh jedag jedug karena celetukan puterinya, tapi ekspresi wajahnya tetap tenang. “Liora,” panggil Lionel dengan nada berwibawa. Serempak Liora dan Meilissa menoleh.“Papa bukan barang yang bisa dibagi-bagi, Sayang. Tapi kalau kamu mau, Papa bisa menyayangi Meilissa. Sama seperti Papa mencintaimu," katanya kemudian. Matanya yang teduh kembali menatap Meilissa.Liora tersenyum puas, lalu menghambur ke pelukan Papanya. "I love you, Papa," ucapnya manja - mencium pipi Lionel yang langsung membalasnya dengan peluk dan cium.Baik Liora maupun Lionel itu tidak sadar kalau Meilissa terpaku di tempatnya dengan perasaan membuncah.Lionel bisa menyayanginya?Meilissa menunduk, menyembunyikan merah yang semburat di pipinya.Kalimat itu berhasil menyentuh relung hatinya yang terdalam, mengisinya dengan sebuah kehangatan yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.Sedangkan Lionel?Saat melihat rona merah di pipi Meilissa, ada desiran aneh yang muncul, namun cepat-cepat

  • Cinta Terlarang : Terjerat Pesona Papa Temanku   Bab 2 - Berbagi Om Tampan

    Lionel tampak tercengang. Pria itu menatap Meilissa yang tegang dan kaku. Dan anehnya, sepasang mata gadis itu memancarkan sesuatu yang berbeda. Entah gugup. Tersipu. Atau, sesuatu yang tidak bisa Lionel terjemahkan dalam kata-kata.Beberapa detik seolah terhenti bagi mereka. Hanya ada debaran jantung Meilissa dan jarak yang kian menipis serta tatapan yang sulit dialihkan.Lalu—Lionel mengerjap, mencoba memulihkan diri dari situasi yang cukup mengejutkan baginya. Awalnya dia ingin mencari putrinya, siapa sangka malah Meilissa yang ada di kamar.Pria itu menarik napas panjang, menurunkan tangannya perlahan, lalu menyentakkan Meilissa dengan lembut.“Kamu baik-baik saja?” Suaranya rendah, tapi tetap terdengar hangat. Kedua tangannya berjaga di bahu Meilissa kanan dan kiri, memastikan gadis itu tidak kembali oleng.“Ehm... i-iya, Om. Aku benar-benar tidak sengaja. Maafkan aku, Om.” Meilissa menundukkan kepala dalam-dalam, berusaha menyembunyikan rona merah di wajahnya.Menghela napas, L

  • Cinta Terlarang : Terjerat Pesona Papa Temanku   Bab 1 - Om, Kamu Tampan

    "Engh... yes... di situ... mmh…."Suara desahan seorang pria terdengar menembus dinding tipis yang membatasi antara kamar Meilissa dan mamanya.Tubuh Meilissa menegang. Bunyi decit ranjang yang bergerak secara teratur sangat mengganggu akal sehatnya."Aaah, Ron. Di sana... enak sekali… oh...." Desahan seorang wanita menyusul. Itu suara mamanya.Selanjutnya, desahan dan erangan terdengar bersahutan. Semakin lama semakin kencang dan intens.Meilissa lekas menyambar headset bluetooth dari atas meja dan menyumpal telinganya dengan benda itu. “Dasar tidak tahu malu!” gerutunya jijik. Jemarinya bergetar saat memilih lagu. Detik berikutnya, musik berirama cepat dan menghentak memenuhi telinga gadis itu, menggantikan suara-suara yang membuatnya ingin muntah.Ini bukan pertama kalinya Meilissa menyaksikan dan mendengarkan hal tidak senonoh macam ini. Ibunya kerap membawa pacar-pacarnya ke rumah dan bercinta seolah mereka adalah pemilik dunia. Tapi, tetap saja, Meilissa tidak pernah terbiasa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status