Share

Telah resmi

Penulis: Aini Sabrina
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-13 12:42:32

Di dalam kamar, Veronika menatap pantulan dirinya di cermin. Gaun putih berpotongan off-shoulder itu membalut tubuhnya sempurna. Helaian renda halus dan detail mutiara di sepanjang kerah membuatnya tampak begitu anggun, seperti putri dalam kisah dongeng. Namun, jantungnya berdetak begitu kencang, seolah ingin meloncat keluar.

Seorang MUA yang meriasnya sejak pagi menepuk bahu Veronika pelan. "Tuan Noah pasti tidak akan bisa berpaling dari Anda, Nona Veronika," katanya dengan senyum penuh kekaguman.

Veronika menoleh, sedikit gugup. "Benarkah? Sekarang ... aku merasa jantungku hampir meledak," gumamnya, mencoba tersenyum.

Mendengar ucapan Veronika, MUA itu seketika terkekeh pelan. "Percayalah, begitu Anda berjalan ke altar, pasti ... hanya Anda yang akan ada di matanya."

Veronika mengangguk pelan. Saat pintu kamar akhirnya terbuka, seorang wanita paruh baya, pelayan pribadi Noah, memberi isyarat. "Sudah waktunya Anda ke altar, Nona Veronika."

Mendengar itu, Veronika menelan ludah. Ia pe
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Tiba-tiba berubah

    Acara pernikahan itu akhirnya usai. Veronika masih tergenggam santai dalam pelukan Noah, saat pria itu membawanya memasuki sebuah kamar yang telah dipersiapkan sebagai kamar pengantin mereka.Veronika membayangkan di dalam sana pasti sudah dihias sedemikian indahnya — taburan kelopak mawar, lilin-lilin aromaterapi, serta tirai tipis yang melambai lembut di tepi jendela. Ia sempat membayangkan harumnya ruangan itu dan nuansa hangat yang menyambut mereka.Namun, semua bayangan itu seketika sirna.Begitu pintu kamar terbuka, pemandangan yang mengejutkan hadir di hadapan Veronika."I-ini ..." suaranya tercekat di tenggorokan. Mata Veronika membulat, menatap ruangan di depannya dengan tak percaya.Tak ada bunga. Tak ada lilin. Bahkan, tak ada hiasan sedikit pun. Yang ada hanya sebuah ruangan gelap, dipenuhi nuansa hitam kelam. Dindingnya polos, lampu temaram menggantung di atas langit-langit, dan udara dingin menyeruak tanpa ramah.Kamar itu serba hitam. Benar-benar hampa. Tak ada secuil p

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Telah resmi

    Di dalam kamar, Veronika menatap pantulan dirinya di cermin. Gaun putih berpotongan off-shoulder itu membalut tubuhnya sempurna. Helaian renda halus dan detail mutiara di sepanjang kerah membuatnya tampak begitu anggun, seperti putri dalam kisah dongeng. Namun, jantungnya berdetak begitu kencang, seolah ingin meloncat keluar.Seorang MUA yang meriasnya sejak pagi menepuk bahu Veronika pelan. "Tuan Noah pasti tidak akan bisa berpaling dari Anda, Nona Veronika," katanya dengan senyum penuh kekaguman.Veronika menoleh, sedikit gugup. "Benarkah? Sekarang ... aku merasa jantungku hampir meledak," gumamnya, mencoba tersenyum.Mendengar ucapan Veronika, MUA itu seketika terkekeh pelan. "Percayalah, begitu Anda berjalan ke altar, pasti ... hanya Anda yang akan ada di matanya."Veronika mengangguk pelan. Saat pintu kamar akhirnya terbuka, seorang wanita paruh baya, pelayan pribadi Noah, memberi isyarat. "Sudah waktunya Anda ke altar, Nona Veronika."Mendengar itu, Veronika menelan ludah. Ia pe

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Drama sebelum pernikahan

    Kelanjutan chapter ..."Kau selalu merasa gagal denganku. Karena itu, kau selalu merasa tersaingi. Benar begitu, kan?" tanya Veronika sambil menyunggingkan senyum sinis."Kau ... aku akan membunuhmu, sialan!" balas Echa, matanya membelalak, tak terima dengan ucapan wanita itu."Membunuhku?" Veronika terkekeh pelan. "Seharusnya, kalau kau memang bisa melakukannya, aku sudah mati di tangan kalian sejak dulu. Tapi, lihat aku ... aku masih hidup sampai sekarang."Veronika mendekat sedikit, menatap Echa dengan sorot tajam. "Berhenti membayangkan sesuatu yang tidak akan pernah bisa kau lakukan, Echa."Setelah melontarkan kata-kata itu, Veronika berbalik. Dengan langkah anggun dan kepala tegak, ia melenggang pergi menuju deretan gaun yang sempat dipilihnya kemarin.Echa menggertakkan gigi, napasnya memburu. Ditampar secara tak langsung di depan umum membuat dadanya sesak. Terlebih, para pegawai di butik itu justru sibuk melayani Veronika, seolah keberadaannya tak berarti apa-apa. Seperti ang

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Kabar pernikahan Veronika

    "Selamat datang, Nona ...?""Aku Echa Aldinis. Kau bisa memanggilku Nyonya Echa," ujarnya dengan bangga.Mendengar itu, salah satu pegawai butik mengangguk sambil tersenyum ramah."Baik, Nyonya Echa. Apa yang Anda inginkan? Kami akan melayani Anda," ucapnya sopan.Sejenak, mata Echa tertuju pada sebuah gaun pengantin berwarna putih yang begitu memanjakan mata. Gaun itu benar-benar indah, detailnya memesona, menarik perhatiannya seketika."Itu! Aku ingin gaun itu di hari pernikahanku," katanya penuh semangat."Itu? Baiklah, saya akan menyiapkannya," sahut pegawai butik itu, bersiap mengambil gaun tersebut."Tidak bisa! Gaun itu sudah lebih dulu di-keep orang lain. Dia bahkan telah membayar gaun ini," sela pegawai lainnya, menghentikan aksi temannya.Echa tak terima. Sorot matanya seketika berubah."Apa maksudmu? Gaun ini saja masih terpajang di sini," protesnya, nada suaranya meninggi."Pihak kami lupa untuk melepasnya, Nyonya," jawab pegawai wanita itu sambil tersenyum kaku, berusaha

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Kabar bahagia sekaligus buruk bagi Narendra.

    "Kau harus menikahiku, Narendra!" pekik Echa. Kini, wanita itu tengah berada di ruang kerja pria tersebut."Menikahimu? Atas dasar apa, Echa?" tanya Narendra sambil menatap ke arahnya. Ia sudah pusing memikirkan cara menghentikan pernikahan Veronika. Kini, dia harus mendengar keinginan bodoh Echa."Atas dasar apa? Benar kau bertanya seperti ini padaku, Narendra?!" Echa menatap Narendra tajam, tak percaya dengan pertanyaan pria itu."Ya, lalu? Salahnya di mana?" tanya Narendra. Ia benar-benar dibuat bingung."Aku sudah menyerahkan semuanya untukmu, Narendra! Termasuk ... tubuhku." Echa tak berhenti menatap tajam Narendra."Aku memintanya? Bukankah kau yang sukarela membuka paha di hadapanku," kata Narendra, balas menatap Echa."Memang ... tapi kamu seharusnya memiliki rasa tanggung jawab akan hal itu, Narendra," kata Echa. "Sekarang ... aku sudah mengandung."Mendengar perkataan Echa, Narendra sontak bangkit dari posisi duduknya. Ia benar-benar tidak percaya dengan penuturan wanita itu

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Rasa iri dalam diri Echa

    Di sebuah kamar di dalam kediaman Echa, wanita itu tampak menghancurkan semua barang-barang di kamarnya sebagai bentuk kekesalan dan kemarahan yang meluap-luap dalam dirinya. Kemarin, wanita itu mengikuti Narendra, dan mendapati pria itu berbelok ke arah apartemen Veronika. Tampak jelas, Narendra benar-benar tidak bisa melupakan wanita yang begitu Echa benci — Veronika. “Aku tak terima ini! Argh! Aku benci kamu, Veronika!” desis Echa, napasnya memburu dan wajahnya memerah karena amarah. “Kenapa? Kenapa semua orang lebih tertarik padamu, hah? Kenapa?!” teriak Echa, bak orang gila di dalam kamar yang kini porak-poranda. Kamar wanita itu benar-benar hancur seperti kapal pecah. Pecahan-pecahan kaca berserakan di lantai. Foto-foto yang sebelumnya tergantung rapi kini berserakan, beberapa di antaranya robek tak berbentuk. Tangannya bahkan terluka, darah menetes dari sela-sela jemarinya, tapi Echa seolah tak merasakan apa pun. Hanya amarah yang menguasai, membakar habis akal sehatnya.

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Narendra mendatangi Veronika

    Veronika baru hendak membuka pintu kamar apartemennya saat seseorang tiba-tiba menarik lengannya dengan kasar. Tubuh Veronika tersentak, punggungnya terhempas kuat ke dinding. Di hadapannya kini berdiri sosok Narendra, mantan kekasih yang dulu pernah mengisi hidupnya. Melihat kehadiran Narendra, refleks Veronika mendorong pria itu menjauh. Namun, Narendra tak bergeming. Ia justru mengunci pergerakan Veronika, tak ingin wanita itu pergi begitu saja. “Apa maumu, hah? Kenapa lagi kau berani muncul di depanku seperti ini?” tanya Veronika, matanya melotot tajam menatap Narendra. “Hentikan semua ini, Veronika!” bentak Narendra dengan nada penuh tekanan, membuat Veronika mengernyit bingung. “Hentikan apa? Apa maksudmu?” sahut Veronika, nadanya terdengar sinis. “Hentikan hubungan palsumu dengan Noah! Aku tahu, kalian sebenarnya tidak memiliki hubungan, bukan? Kau hanya berpura-pura karena ingin membuatku cemburu. Lihat! Kau berhasil, Veronika!” kata Narendra panjang lebar, emosinya t

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Pergi ke sebuah butik

    Hari ini adalah hari di mana Veronika akan pergi bersama atasannya ke sebuah butik untuk memilih gaun pengantin. Veronika hanya diminta untuk memikirkan dirinya sendiri, tanpa perlu mengurus seluruh agenda pernikahan itu, sebab sang atasanlah yang akan menyiapkan segalanya. Mengenakan dress berwarna putih yang membentuk lekuk tubuhnya, Veronika beranjak keluar dari apartemen dan mendapati atasannya telah menunggunya di sana. Dengan senyum mempesona, atasan Veronika menyodorkan lengannya dengan senang hati dan Veronika menyambutnya. Ia menggandeng lengan pria itu lalu beranjak pergi. Keduanya memasuki lift. Veronika tak bisa menahan rasa gugupnya, sebab sang atasan terus memandanginya tanpa henti. “A-ada apa, Tuan? A-apakah ada yang aneh dengan penampilanku? Terlalu mencolokkah?” tanya Veronika, panik sendiri sambil mencoba mencari kemungkinan yang membuat atasannya tak bisa berpaling. "Ya, memang ada." Perkataan itu sontak membuat Veronika menatap atasannya dengan wajah panik.

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Benarkah hanya untuk balas dendam?

    Veronika baru saja memasuki ruang rawat neneknya ketika mendapati sang nenek meringkuk, dengan tubuh dan wajah yang tertutup rapat oleh selimut. Merasa ada sesuatu yang terjadi, Veronika segera menghampiri Anne, neneknya. "Nek, ada apa lagi? Kenapa Nenek meringkuk seperti itu? Apa ada yang mengganggu?" tanya Veronika bertubi-tubi. Anne hanya menggeleng pelan, tak sanggup memberikan jawaban. Melihat kondisi neneknya, Veronika segera meraih segelas air minum, lalu membantu neneknya duduk agar bisa meminumnya. Setelah dirasa Anne cukup tenang, Veronika duduk di sisi tempat tidur. Kekhawatiran begitu jelas tergambar di wajahnya saat menatap sang nenek. "Perlu Veronika panggilkan dokter, Nek?" tanya Veronika cemas, "Nenek tunggu sebentar, ya." Baru saja Veronika hendak bangkit, tangan Anne dengan cepat menggenggam pergelangan tangannya, seolah memaksa Veronika tetap di tempat. Mata Anne sempat berpendar ke sekeliling ruangan, seakan mencari seseorang di sana. Gerak-geriknya membuat Ver

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status