Share

Ada sesuatu...

Author: Aini Sabrina
last update Huling Na-update: 2025-04-27 12:40:55

"Terima kasih sudah membantuku lagi, Tuan," ucap Veronika. "Aku tidak tahu bagaimana jadinya kalau Anda tidak datang menyelamatkanku." Sambil berkata demikian, Veronika mengeratkan jas atasannya itu di pundaknya.

"Pria tadi... pamanmu?" tanya atasannya, yang langsung diangguki oleh Veronika.

"Echa adalah putrinya. Itulah yang membuatku takut saat di restoran. Aku takut dia memberitahukan keberadaanku pada Paman dan Bibi. Sungguh, aku tidak ingin kembali ke neraka itu." Veronika kembali memeluk atasannya sambil menangis.

Menyadari kesalahannya, Veronika segera menjauhkan diri dari atasannya. "Ma-maafkan aku, Tuan," kata Veronika. "Aku sudah mengotori jas Anda dengan air mataku."

"Tidak apa, hanya air mata, bukan kotoran hewan," canda Noah, yang membuat Veronika tersenyum.

"Ya, aku tidak akan mungkin berani memberikannya, Tuan," kata Veronika, masih tersenyum dengan memperlihatkan gigi-giginya yang rapi.

Namun, saat tatapan mereka saling bertemu, Veronika merasa ada ketegangan di udara. Wajah Noah begitu dekat, dan untuk sekejap, ia merasa cemas. Ia menutup matanya, mengira mungkin akan mendapatkan ciuman dari atasannya. Tetapi, bayangan Narendra yang mengkhianatinya muncul begitu saja di pikirannya, membuatnya terbangun dari lamunannya. Tanpa sadar, ia mendorong dada Noah dengan lembut, menciptakan jarak antara mereka.

"Ada apa? Kau terganggu dengan bayangan mantan kekasihmu? Aku tahu! Pasti hal itu sangat sulit untuk kau lupakan," kata Noah sambil memegangi pundak Veronika, menguatkan wanita itu.

Veronika mengangguk sebagai jawaban. Namun, ia merasa tenang karena atasannya tidak marah atas penolakan yang baru saja ia lakukan, justru menguatkannya.

"Terima kasih karena Anda sudah mengerti, Tuan," kata Veronika, yang diangguki oleh Noah.

"Boleh aku tahu? Kenapa Anda bersikap seperti ini padaku, Tuan?" tanya Veronika. "Kenapa Anda berbeda dari yang orang-orang ceritakan?"

"Menurutmu? Apa kau percaya pada perkataan mereka tentangku?" tanya balik atasannya, membuat Veronika terdiam, seolah berpikir.

"Awalnya... aku percaya!" kata Veronika. "Tapi, setelah sampai di tahap ini, aku merasa mereka semua tidak tahu bagaimana Anda yang sebenarnya."

"Kau sendiri, tanggapan tentangku bagaimana?" tanya atasannya, tidak berpaling sedikit pun dari wajah Veronika. Hal itu justru membuat Veronika merasa gugup.

"Aku memang tidak terlalu mengenal bagaimana Anda," kata Veronika. "Tapi, perlakuan Anda yang selalu ada di saat-saat aku merasa terintimidasi, membuatku berpikir kalau Anda adalah seorang pahlawan yang dikirim untukku," kata Veronika, menundukkan pandangannya.

"Pahlawan? Aku akan selalu menjadi pahlawan untukmu, Veronika," balas atasannya, yang membuat Veronika menatapnya.

Di wajah atasannya tidak ada candaan, benar-benar serius.

"Jalin hubungan denganku, maka aku akan selalu melindungimu, tidak akan membiarkanmu meneteskan air mata dari kedua mata cantikmu itu," kata atasannya sambil menyeka air mata Veronika yang tersisa.

Perlakuan atasannya sungguh membuat hati Veronika luluh, tapi ia masih sulit untuk menerima kehadiran orang baru. Ia masih trauma dan takut kejadian serupa terulang lagi.

"Aku..."

"Aku tidak meminta jawaban hari ini, Veronika," kata atasannya. "Aku butuh jawaban saat kau benar-benar bisa menerima kehadiran orang baru di hatimu itu."

Mendengar perkataan atasannya, Veronika merasa begitu bersalah. Ia tidak tahu apakah atasannya akan setia menunggu atau justru menyerah menanti jawaban darinya.

Atasannya itu kemudian menatap jam di pergelangan tangannya. "Baiklah! Aku harus pergi!"

Veronika mengangguk sambil tersenyum. "Hati-hati di jalan, Tuan!" kata Veronika, yang dibalas dengan anggukan kepala oleh atasannya sambil tersenyum.

Setelah kepergian atasannya, Veronika seketika membuang tubuhnya ke atas tempat tidur begitu saja. Ia tersenyum sambil membayangkan perilaku manis atasannya.

"Aku salah tentangnya," gumam Veronika. "Rupanya, dia tidak seperti yang orang-orang katakan. Dia baik. Meskipun dia terlihat kejam dan begitu dingin, hatinya sangat baik."

Sesaat setelah mengatakan hal itu, Veronika memukul pelan keningnya sendiri. Ia merasa bodoh karena justru memikirkan atasannya.

"Jangan percaya cinta, Veronika!" gumamnya sambil menjauhkan jas Noah dari pundaknya. "Bagaimana jika dia sama seperti Narendra? Kau harus memikirkan ini baik-baik. Tidak ada pria yang benar-benar setia." Veronika kembali menguatkan pertahanannya terhadap cinta.

Sejenak, Veronika menatap kamarnya. Sisa-sisa perkelahian antara atasannya dan pamannya masih terlihat.

"Aku tidak bisa jika tetap di kamar ini. Aku harus pindah!" katanya sambil mengenakan sweater miliknya sendiri. Ia lalu beranjak turun untuk menemui resepsionis, berniat meminta perpindahan kamar.

"Selamat malam, ada yang bisa saya bantu?" tanya resepsionis dengan ramah.

"Bisakah aku meminta perpindahan kamar? Hidupku terancam jika terus berada di sana," ucap Veronika lirih, matanya tampak berkaca-kaca menahan rasa takut.

"Saya akan cek dulu apakah masih ada kamar kosong, Nona. Mohon tunggu sebentar," jawab resepsionis itu. Veronika hanya mengangguk pelan.

Tak lama berselang, resepsionis itu kembali berbicara, "Maaf, Nona, sepertinya semua kamar sudah penuh."

Veronika menghela napas frustrasi. "Begitukah? Tolong cek lagi, ya. Aku benar-benar butuh pindah."

"Nona, saya sudah—" Ucapan resepsionis itu tiba-tiba terhenti. Tatapannya melirik ke arah lain, seakan memperhatikan sesuatu.

Penasaran, Veronika ikut melirik ke arah yang sama. Namun, yang terlihat hanya sudut ruangan yang kosong.

Beberapa detik kemudian, resepsionis itu kembali menatap Veronika. "Ada satu kamar di lantai empat, Nona," katanya pelan. "Tempat itu adalah yang paling aman untuk Anda. Tapi, kamar di lantai itu hanya ada dua. Satunya lagi adalah milik pemilik apartemen ini."

"Pemilik? Apa tidak apa-apa kalau aku pindah ke sana? Kau tidak menghubungi pemiliknya dulu?" tanya Veronika, ragu. Ia tak ingin disalahkan jika sampai menempati kamar itu tanpa izin.

"Tenang saja, Nona. Anda tidak masalah jika pindah ke sana," jawab resepsionis, membuat Veronika menghela napas lega.

"Kalau begitu, siapa yang bisa membantuku memindahkan barang-barangku?" Veronika kembali bertanya.

"Saya akan hubungi petugas keamanan untuk membantu, Anda. Mohon tunggu sebentar."

Setelah percakapannya dengan resepsionis tadi, Veronika kini sudah kembali ke dalam kamarnya. Ia tengah membereskan barang-barangnya untuk dipindahkan ke kamar di lantai empat. Di depan pintu, dua petugas keamanan sudah menunggu untuk membantunya mengangkat barang-barang.

Tak butuh waktu lama, Veronika akhirnya tiba di kamar barunya di lantai empat. Ia tersenyum, lalu mengucapkan terima kasih kepada kedua petugas keamanan yang telah membantunya.

Setelah pintu kamar dibuka, pemandangan di dalamnya langsung membuat Veronika terpana. Interior kamar itu begitu indah dan nyaman, membuatnya merasa tidak sia-sia memutuskan pindah.

"Aku menyukainya. Sepertinya aku orang yang beruntung bisa menempati kamar ini. Kamar pemilik apartemen ini langsung," ucapnya, kagum.

Tak sabar, Veronika segera melangkah membuka pintu balkon. Ia merentangkan kedua tangannya, menikmati hembusan angin malam yang menerpa wajah dan tubuhnya.

Namun tanpa ia ketahui, keberadaannya di tempat itu adalah bagian dari rencana yang telah disiapkan oleh seseorang sejak awal.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Kekesalan Veronika

    "Nyonya Anne, Anda tidak apa-apa?" tanya salah satu anak buahnya cemas. Ia membantu wanita tua itu berbaring di ranjang.Tubuh Anne tampak jauh lebih kurus dari sebelumnya. Wajahnya pucat, matanya cekung dengan bayang-bayang hitam di bawahnya. Semua itu akibat beban pikiran yang terus menggerogoti, rasa bersalah yang tak kunjung pergi atas kematian tragis putra dan menantunya.Sebelumnya, Anne adalah wanita kuat yang selalu tampak tegar di hadapan siapa pun. Namun segalanya berubah sejak seseorang datang mengantarkan sebuah paket misterius ke tempat persembunyiannya.Ketika kotak itu dibuka di hadapannya, napasnya tercekat. Dua kepala manusia tergeletak di dalamnya, basah oleh darah yang mulai menghitam. Anne mengenali kedua wajah itu.Demon, putra satu-satunya yang ia miliki setelah kematian putra pertamanya, dan Margareth, menantunya.Sejak hari itu, tubuh Anne melemah, jiwanya hancur. Tak ada lagi ketegasan, hanya sisa-sisa rasa bersalah yang menyiksa tanpa ampun.Anne tak menjawab

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Carol diusir

    Noah menatap wanita yang pernah mengisi hidupnya dulu. Satu tangannya menyelinap ke dalam saku celana. "Apa yang kau inginkan sebenarnya, hm? Apa kau tutup mata dengan kesalahan yang kau lakukan dulu, Carol?" tanyanya, tatapannya tajam menusuk.Carol, dengan penampilan kusut dan tak terurus, perlahan merangkak mendekat. Tubuhnya gemetar saat kedua tangannya memeluk kaki Noah erat. "Aku lakukan semua ini … demi merebut cintaku kembali, Noah.""Cinta?" Noah menunjuk dirinya sendiri, mendengus sinis. "Aku? Cinta tapi kau berkhianat? Bagaimana jalan pikiranmu itu, Carol?" Noah terkekeh pelan, tapi nadanya menyayat, penuh ejekan."Aku mengaku salah, Noah. Aku menyesal ... aku benar-benar menyesal pernah melakukan pengkhianatan itu." Pelukan Carol di kaki Noah semakin erat, seolah berharap bisa memohon pengampunan dari pria itu, meski tahu harapannya nyaris mustahil.Noah menendang Carol dengan keras, membuat tubuh wanita itu terhempas ke lantai. "Penyesalan setelah bertahun-tahun berlalu,

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Berhenti menggodaku, Tuan!

    "Anda sudah sangat kelewatan, Nona Carol!" ucap Aldrich, sorot matanya tajam menusuk wanita di hadapannya."Aku tidak bisa menahan diriku, Aldrich! Aku tidak tahan untuk ...""Ditiduri oleh mantan suamimu?" potong Aldrich dingin. "Kau masih berharap hal seperti itu, Nona Carol? Tampaknya … kau tengah berbohong soal kehamilan hanya demi bisa tinggal di sini."Carol terkekeh, tawa miris keluar dari bibirnya. "Kau memang pintar menebak, Aldrich. Ya, aku lakukan semua itu karena aku ingin Noah kembali padaku. Aku mau Noah!"Plak!Tamparan keras Aldrich mendarat di pipi Carol. Tubuh wanita itu limbung, sudut bibirnya pecah, darah tipis mengalir."Cukup! Jangan pernah ulangi permainan kotor itu di sini," desis Aldrich, suaranya rendah tapi tajam. "Karena sekali lagi kau lakukan, aku sendiri yang akan menyingkirkanmu!"Carol menatap Aldrich, amarah dan rasa sakit bercampur di matanya. Tapi kali ini, ia memilih diam."Huh! Kau sudah mulai berani denganku, Aldrich. Kau lupa bagaimana dulu kau

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Kesalahpahaman

    Tok! Tok! Tok!Suara ketukan pintu terdengar dari luar kamar Veronika yang tengah merias diri. Lantas, wanita itu segera membukakan pintu. Senyum tak luntur sedikit pun dari wajah cantiknya. Mendapati Carol yang berdiri di depan pintu kamarnya, membuat ia mengernyit. Tapi bukan itu yang menjadi pusat perhatian Veronika, melainkan ... gaun yang tengah dipakai Carol sama persis dengan gaun pemberian Noah, suaminya.Ya. Tadi siang, Noah sudah berjanji akan mengajak Veronika dinner di sebuah restoran. Tak lupa, Noah juga mengirimkan hadiah berupa gaun berwarna biru malam yang harus dikenakannya. Namun, melihat Carol juga memakai gaun yang sama dengannya, membuat hati Veronika berdesir. "Bagaimana bisa dia memiliki gaun yang sama denganku? Apakah ... Tuan Noah membelikan gaun untuk mantan istrinya juga?" batin Veronika, bertanya-tanya. Carol tersenyum manis. Menatap Veronika dari ujung ke ujung, seolah meneliti penampilannya. "Wah! Aku tidak tahu kalau Noah membelikan kita gaun yang sama

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Romantisnya Noah

    Veronika terbangun saat merasakan sesuatu berhembus pelan di wajahnya. Bukan angin … bukan juga tiupan AC. Rasanya hangat, lembut, dan berulang-ulang. Dalam keadaan masih setengah mengantuk, ia mencoba mengabaikannya, tapi anehnya, tiupan itu semakin lama justru terasa semakin dekat, berputar pelan di bibirnya, seolah sengaja.Dengan kening berkerut, Veronika membuka mata perlahan. Dan betapa terkejutnya ia ketika mendapati wajah suaminya sudah begitu dekat, nyaris menempel di wajahnya. Jantungnya seketika berdebar kencang, matanya membelalak.Tepat saat itu, suara berat dan dalam itu berbisik di telinganya. Suaranya rendah, serak, namun terasa amat dekat, menusuk hingga ke dada."Good morning, Sayang. Bagaimana tidurmu? Nyenyak? Atau … terlalu nyenyak sampai tak sadar aku di sini?"Nada suara Noah dibuat sengaja berat dan menggoda, seakan ingin menyeret Veronika keluar dari kantuknya dengan cara yang paling nakal. Tatapan mata Noah pun tak kalah berbahaya, tajam, penuh arti, dan meny

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Godaan Noah

    Veronika berdiri di teras balkon, membiarkan angin malam membelai lembut kulitnya yang hanya dibalut lingerie putih tipis. Malam-malam seperti ini selalu menjadi pelariannya. Tempat di mana ia bisa menyendiri, mengatur napas, dan membuang resah tanpa suara.Matanya menerawang jauh menembus gelap, sementara pikirannya kembali dipenuhi kenangan dan perubahan sikap suaminya. Noah. Pria itu … belakangan ini sikapnya begitu berbeda. Lebih hangat, lebih perhatian, seolah-olah benar-benar mencintainya.Tapi justru itu yang membuat hatinya sesak."Aku takut untuk senang, Tuan," bisiknya lirih, hampir tak terdengar oleh angin malam. "Aku takut kalau semua ini hanya sementara … hanya bayangan ilusi yang akan menghilang saat aku mulai percaya lagi."Vyora memeluk dirinya sendiri, berusaha meredam dingin yang merayap. Namun, dingin itu bukan hanya karena angin malam … melainkan karena rasa takut yang perlahan menggerogoti.Di tengah lamunannya, tiba-tiba saja ada sesuatu yang hangat menyelimuti ba

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status