Share

4. Aku Sean Reviano Anggara

“Silahkan masuk nona,” petugas hotel itu membuka pintu, tanpa menyerahkan card yang ada di tangannya.

“Terima kasih.”

Yasmin berjalan masuk, duduk di tepi ranjang mewah yang begitu empuk. Matanya berbinar saat ia melihat televisi besar dan benda-benda mewah. Yasmin naik ke peraduan, ia melopmpat beberapa kali dan tertawa.

Kampungan, kata itu sangat cocok disematkan pada Yasmin. Dia hidup dalam keluarga biasa, bahkan bisa makan 3 kali dalam sehari saja sudah untung. Maka sangat wajar, jika Yasmin mengagumi kamar tersebut.

“Kamar ini luas banget, bahkan luasnya seperti ruang keluarga di rumah paman,” gumamnya dengan mata yang terus menjelajah ke setiap sudut kamar tersebut.

Yasmin menghentikan aksi kampungannya saat melihat sebuah koper. Ia terkejut, kamar ini sengaja di pesan untuknnya dan sudah ada koper di dalamnya. Sedangkan Yasmin sama sekali tidak membawa barang apa pun.

‘Apa mungkin mereka yang menyiapkan ini?’ batin Yasmin.

Salahkah jika Yasmin merasa bahagia?

Yasmin turun dari ranjang dan mendekati koper misterius itu, menyeret dan membaringkan benda tersebut. Sedikit penasaran. Yasmin tidak pernah berpikir, apa yang akan terjadi padanya karena sikap lancangnya ini.

Senyum yang awalnya terukir, langsung hilang seketika. Di dalam koper itu sama sekali tidak ada pakaian wanita, semua adalah barang-barang pria. Celana dalam, celana, t-shirt dan beberap jas yang begitu halus saat tak sengaja tersentuh oleh tangan Yasmin.

“Siapa yang mengijinkan mu untuk menyentuh barang-barangku?”

Terkejut, Yasmin menjatuhkan jas itu ke lantai. Yasmin lantas menjauh, saat Sean mendekat dan mengambi alih benda miliknya.

“Ma-maaf, Tuan. Sa-saya tidak bermaksud untuk—“

“Diam! Tutup mulutmu!” sentak Sean.

Yasmin mengantupkan bibirnya rapat. Ia memilih untuk diam di pojok ruangan, takut jika Sean akan berbuat kasar padanya.

“Tu-tuan kenapa ada di sini? Bukankan Nyonya yang memesan kamar ini untuk saya?” Ia memberanikan diri untuk bicara, Sean ada di sini dan yang terjadi adalah salah.

“Aku tidak tahu harus menyebutmu apa? Bodoh atau mungkin kau sengaja terlihat seperti orang bodoh agar aku iba padamu?” cibir Sean.

“Aku Sean Reviano Anggara Putra! Presdir yang terkenal, pemilik hotel ini. Apa yang aku inginkan, maka itu yang akan terjadi!” katanya dengan angkuh.

Kening Yasmin berkerut dalam. Ia sama sekali tidak tahu siapa Sean, bahkan melihatnya pun ia belum pernah. Jadi di mana letak terkenalnya sosok yang ada di hadapan Yasmin sekarang?

Melihat reaksi Yasmin, Sean hanya bisa menggelengkan kepala dan berjalan menuju kamar mandi. Ia lelah dan sudah waktunya bagi pria itu tidur dan melupakan apa yang sedang terjadi padanya. Air memang tidak akan bisa membuat amarah Sean hilang, tapi air itu setidaknya bisa membuat kepala Sean lebih dingin.

Tidak salah bukan jika pria itu berharap demikian?

Cukup lama Sean berada dalam kamar mandi, bahkan Yasmin sudah menghitung jarinya sebanyak dua kali, tapi pria itu tak kunjung keluar. Yasmin duduk dan memeluk dirinya sendiri, ia lelah dan tanpa sengaja tertidur.

Sean keluar dari kamar mandi hanya menggunakkan handuk yang melilit pinggangnya. Ia berdecak kesal saat melihat Yasmin sudah tertidur sebelum Ia membuatnya menangis.

“Dengan kebusukanmu, kau masih bisa tertidur?” gumam Sean penuh kebencian.

Sean tersenyum, lebih tepanya ia menyeringai dengan menatap Yasmin yang sudah terlelap. Pria itu meninggalkan Yasmin dan mengambil pakaiannya. Tapi setelah Sean selesai berpakaian, pria itu masuk kembali ke kamar mandi dan keluar dengan membawa sebuah gayung berisikan air.

Tanpa memiliki rasa kasihan sedikit pun, Sean mulai menumpahkan air tersebut secara perlahan tepat diatas kepala Yasmin, membuat gadis itu berlonjak kaget, berdiri dan langsung memeluk Sean yang berdiri tepat di sampingnya.

Sean tidak siap, ia ikut terkejut dan refleks menahan tubuh Yasmin dalam pelukannya, membuat mereka berdua jatuh bersamaan di atas lantai basah itu.

Tatapan mereka bertemu, ada dalam posisi sedekat ini dengan pria membuat Yasmin salah tingkah. Jantungnya berdegup kencang dan ia gugup.

‘Jantungku, seperti aku punya penyakit jantung,’ batin Yasmin.

“Apa kau sengaja ingin memeluk ku?” bentak Sean. “Jangan pernah sekalipun berpikir untuk menggoda ku, karena itu tidak akan berhasil. Paham!” Sean mendorong bahu Yasmin kuat, hingga gadis itu jatuh ke samping dengan tangan yang membentur lantai.

Dugh...

“Aww ....” Yasmin mengusap sikutnya yang membentur lantai cukup keras.

Sean hanya tertawa puas.

Tapi Sean tetaplah Sean, apa pun yang terjadi ia akan tetap marah pada sosok Yasmin. Ia pergi untuk kembali mengganti pakaiannya tanpa peduli dengan keadaan Yasmin yang juga basah kuyup.

“Dasar orang kaya nggak punya hati!” rutuk Yasmin dalam keadaan yang sama, duduk di lantai yang basah dengan gaun beratnya itu. Ia berusaha untuk tetap menjadi Yasmin yang kuat.

Yasmin bangkit, meskipun sulit tapi ia tetap berusaha. Air seketika menetes dari gaun tersebut membasahi keseluruhannya. Yasmin hanya bisa menatap dirinya nanar.

“Nggak mungkin aku tidur pakai gaun basah kayak gini,” gumamnya pelan. “Tapi kalau aku lepas gaun ini, aku mau pakai apa? Daleman saja nggak punya, apalagi baju.”

Yasmin ingin kembali menangis, namun ia mengurungkan niatnya karena menangis sama sekali tidak berguna. Jika air mata bisa mengumpulkan semua barang yang ia butuhkan, maka ia akan menangis sejadi-jadinya.

Ceklek...

Pintu kamar mandi terbuka, Sean keluar dengan t-shirt dan celana panjang dengan logo khusus. Ia hanya melirik Yasmin sekilas dan langsung naik ke atas ranjang, berbaring dengan begitu nyamannya.

Diam-diam, Sean mengubah suhu ruangan menjadi lebih sejuk, membuat Yasmin semakin kedinginan. Tapi gadis itu masih tidak berani bicara atau meminta bantuan pada Sean.

Yasmin yang belum memakan apa pun, mulai mengigil. Ia kelaparan dan juga kedinginan. Dengan sisa-sisa tenaga yang ia miliki, Yasmin berjalan gontai menuju kamar mandi, mungkin di dalam sana ia bisa menemukan handuk atau apa pun untuk mengeringkan tubuhnya.

“Gadis bodoh! Ini belum seberapa, Yasmin. Aku akan membuatmu semakin menderita karena sudah berani bersekongkol dengan Hana.”

**

Dalam kamar mandi, Yasmin kembali dibuat pusing. Gaun yang ia pakai sangat sulit untuk dilepas, sedangkan tidak ada yang bisa membantunya saat ini. Kecuali Sean.

‘Tuhan, kenapa penderitaanku ini tak kunjung selesai?’ batin Yasmin.

Sampai akhirnya, Yasmin keluar dari dalam kamar mandi masih dengan gaun basahnya, tidak berani mengusik Sean yang sudah tertidur. Yasmin duduk di atas karpet berbulu, memeluk dirinya sendiri, berharap ada keajaiban dan pakaiannya bisa kering seketika.

Rasa dingin semakin menusuk hingga ke tulang. Tubuh Yasmin menggigil  kedinginan, tapi Sean sama sekali tidak peduli. Pria itu jutsru sudah terlelap, bergelung dengan selimut tebalnya seperti kepompong.

“Mama, Yasmin kengen sama mama ....” lirihnya sebelum akhirya mata indah itu tertutup rapat.

Beberapa jam setelah itu, Sean terbangun karena ponselnya bergetar. Pria itu hanya berdecak kesal saat melihat Davin mengirimkan sebuah foto cantik Yasmin yang sedang tersenyum lepas, menjabat tangan para tamu.

‘Aku akui kamu memang cantik, Yasmin! Tapi aku tahu seperti apa wajahmu yang sebenarnya. Busuk!!’

Sean meletakkan kembali ponselnya, ia mematikannya agar tidak ada orang yang akan mengganggunya. Matanya mulai bergerak mencari Yasmin, keningnya berkerut dalam saat sosok itu tak kunjung Ia temukan.

Sean akhirnya bergerak dan ia menemukan Yasmin tergeletak di aas karpet, disamping tempat ranjang.

“Ck! Bisa-bisanya dia malah tertidur dengan pakaian basah seperti itu,” Sean berdecak kesal .

“Menyusahkan!” gumamnya pelan.

Sean menyibakkan selimut tebalnya, menurunkan satu kakinya dan berusaha untuk membangunkan Yasmin dengan menggoyangkan kakinya.

Tapi sayangnya Yasmin bukan tertidur, gadis itu tidak sadarkan diri karena tidak bisa lagi menahan dingin yang merayapi setiap inci tubuhnya.

“Dia tidur atau mati?” kening Sean sedikit berkerut.

Dengan sangat terpaksa, Sean turun dari tempat tidur. Ia berniat untuk membangun Yasmin dan meminta gadis itu untuk tidur di sofa. Sean masih memiliki sisi kemanusiaan, meskipun semua itu hampir saja lenyap dari dirinya.

“Yasmin, bangun! Jangan membuatku kesal.”

“Yasmin!!” sentak Sean, tapi tubuh ramping itu sama sekali tidak memberikan respon.

Dengan ogah-ogahan, Sean menyentuh kening Yasmin. Pria itu terkejut saat merasakan kening Yasmin yang begitu panas. Tubuhnya menggigil dan ia mulai meracau tidak jelas.

“Dia demam!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status