"Ahhh, Reyhan aku mencintaimu," desahan lembut dari bibir Freya saat Reyhan tumbang setelah membuat tubuhnya berkeringat di dalam ruangan yang dingin. Dan akhirnya malam yang penuh kehangatan berlangsung penuh dengan keringat yang bertukar.
"Rey, apa kamu masih keberatan jika aku pergi melanjutkan kuliah desainerku di luar negeri?" tanya Freya. Ia memeluk tubuh Reyhan yang bersandar di ranjang dengan tubuh polosnya.
"Aku sudah menjawab pertanyaanmu itu bukan?"
"Tapi ini kesempatan untukku meraih mimpiku untuk menjadi desainer, dan kesempatan ini tidak akan datang untuk kedua kalinya."
"Lalu? Apa kamu akan tetap meninggalkan aku untuk mengejar mimpimu itu?" tanya Reyhan. Suaranya kali ini terdengar dingin.
Freya melepas pelukan lalu menatap Reyhan. "Aku sangat mencintaimu, tapi aku juga harus memikirkan masa depanku. Aku harap kamu mengerti."
"Ya, aku sangat mengerti," jawab Reyhan. Ia langsung turun dari ranjang dan menggapai pakaiannya yang berserakan di lantai. "Jika itu adalah pilihanmu, maka lakukanlah," imbuhnya.
"Apa kamu akan marah padaku?"
"Marah …? untuk apa?" jawab Reyhan. Ia menatap kearah Freya yang masih menutupi tubuh polosnya dengan selimut. "Freya, jika itu adalah pilihanmu, maka aku pun tidak akan memaksamu untuk tetap tinggal di sampingku."
"Tapi Rey, apa kamu mau menungguku hingga aku kembali?"
Reyhan menyeringai. "Untuk apa aku menunggu sesuatu yang ingin pergi meninggalkanku," jawabnya sambil melangkah menuju pintu kamar hotel.
"Rey tunggu!" ucap Freya berusaha menghentikan langkah Reyhan. Ia turun dari ranjang dengan tubuh yang hanya tebalut selimut, Reyhan yang terus melangkahkan kakinya tidak menghiraukan panggilan sang kekasih. Freya tidak mungkin mengejar Reyhan dengan tubuhnya yang hanya tertutup selimut, ia menatap kepergian Reyhan di ambang pintu kamar hotel hingga Reyhan menghilang di dalam pintu lift.
----"""""----
"Rey, sebaiknya besok kamu nemuin Freya di bandara?" ucap Agus setengah berteriak. Lantunan musik disco yang mewakili kebebasan malam ini, membuat mereka harus mengeluarkan suara yang keras agar mendengar ucapan satu sama lain.
Reyhan menenggak bir yang ada di gelasnya, ia menoleh ke arah temannya sambil tersenyum. "Gus buat apa aku harus nemuin dia? dia yang mau ninggalin aku ya sudah biarin saja. Aku mah bodo amat, cewe bukan cuma dia seorang," jawab Reyhan.
"Kamu yakin nggak bakal nyesel kehilangan cewek secantik dan sebaik Freya?" ucap Ali menimpali.
"Ngapain aku harus nyesel. Lagipula orang yang bakal sama dia itu cuma dapetin bekas yang sudah habis aku cicipi."
"Pffttttt dasar cowok brengsek kamu Rey."
"Ahk so suci kamu Gus."
"Kalian berdua itu sama. Sama-sama playboy, jadi jangan saling menyalahkan," ucap Ali menengahi.
Reyhan dan Agus yang mendengar ucapan Ali pun langsung menatap ke arahnya secara bersamaan.
"Al, kalo kamu pengin nyicip ayam kampus bilang saja ke kita, nggak usah pakai acara pura-pura takut dosa. Nanti kita pasti carikan yang pas buat kamu kok," ucap Agus sedikit meledek.
"Bener Al, aku yakin kamu pasti ketagihan kalo dah ngerasain gimana tuh rasanya gunung kembar dan penjepit empuk para gadis yang kehausan gaya," tambah Reyhan.
Reyhan dan Agus saling mengangkat tangannya dan tos, sedangkan Ali menggelengkan kepalanya atas tingkah kedua teman. "Nggak bro, aku lebih milih mabuk minuman daripada mainan cewek. Aku takut bahaya, kalau ntar kebablasan terus dia hamil kan berabeh," jawab Ali yang langsung menenggak minumannya.
"Ppffffffttttt," Reyhan dan Agus sama-sama terkekeh. "Hei beg*! kamu khawatirkan hal itu di jaman sekarang? ckckck sepertinya kamu menahan hasratmu hanya karena hal sepele seperti itu," cibir Reyhan.
"Padahal nih Rey, selama ini anunya Ali tuh sudah ngebet tapi sang pemiliknya Cemen takut bikin perut tetangga menggelembung," ledek Agus.
"Hahahaha!" Reyhan tertawa mendengar ucapan Agus, dan Agus pun ikut tertawa.
"Kalian berdua tuh bisa ngomong kaya gitu karena nggak takut karma dan nggak punya adik cewe kaya aku. Jujur aku cuma takut karma yang berlaku, jika aku mempermainkan cewek ntar adikku juga dipermainkan cowo juga. Aku nggak mau masa depan dan hidup adikku hancur," jelas Ali membela diri.
"Emmmm gitu ya," ucap Reyhan dan Agus sambil manggut-manggut.
"Rey kamu tau sesuatu nggak?" ucap Agus menoleh kearah Reyhan.
"Apaan?"
"Kita punya teman seorang ustadz sekarang Rey."
Reyhan dan Agus menatap kearah Ali yang nampak jelas mukanya terlihat kesal.
"Pppffffffftttt! Hahhaha," Reyhan dan Agus terkekeh bersamaan, namun Ali hanya menggelengkan kepalanya sambil menenggak bir di gelasnya kembali. Hal seperti itu sudah biasa di antara mereka, saling ejek dan mengutarakan kejelekan masing-masing di depannya langsung. Karena bagi mereka arti persahabatan adalah tanpa kemunafikan dan kebohongan. Baik dan buruk selalu mereka tunjukkan apa adanya tanpa ada yang ditutupi. Karena sahabat yang baik akan selalu menerima kelebihan dan kekurangan kita, dan yang paling penting adalah suka duka, senang susah selalu ada.
"Hai semuanya," sapa seorang wanita seksi dan cantik menghampiri mereka.
Mereka bertiga secara kompak menoleh ke arah suara tersebut. "Hai juga cantik," jawab Agus.
"Cyeeiiii si kupu-kupu malam, nyamperin kita nih," celetuk Ali.
"Kalian mau turun nggak biar aku temenin," tawar Katty. Dia adalah wanita malam di club tersebut, namun dia juga adalah teman terbaik mereka yang selalu setia mendengarkan keluh kesah, dan setiap masalah mereka bertiga.
"Emang kamu lagi free?" tanya Reyhan.
"Kalo aku lagi ada orderan nggak mungkin banget aku nyamperin kalian semua. Al, ayo dong sekali-kali turun ke lantai disco daripada di sini ntar lama-lama kamu kembung sama tuh minuman," ucap Katy meledek Ali yang tak pernah mau turun bersama mereka.
Ali melambaikan tangan tanda menolak. "Thanks aja Kat, kamu cukup ajak saja nih dua serigala aja, kalo aku ikut ntar kamu kewalahan."
"Eh dasar temen sialan, pake ngatain kita serigala. Dasar landak!" pekik Agus.
Katty pun hanya terkekeh dan langsung menarik tangan Agus dan Reyhan ke lantai disco. "Sudah ayo jangan ribut." Mereka menggerakkan tubuh mengikuti alunan musik, Katty gadis sexi yang lincah menari dengan lekuk tubuh indahnya berada di antara Reyhan dan Agus. Sementara Ali hanya menatap ke arah mereka sambil menikmati bir yang menemaninya. Sesekali Katty melambaikan tangan ke Ali agar ia ikut bergabung namun Ali hanya membuang mukanya.
DRRRTTTT DRRRTTTT
Ponsel Reyhan berdering, getaran ponsel yang ada di saku celananya memaksa Reyhan untuk berhenti sejenak dari kesenangannya.
Freya calling ….
Melihat layar ponsel dan nama yang menelpon, Reyhan hanya menyunggingkan senyuman sinis dan mengabaikannya. Ia menonaktifkan ponselnya kemudian menyimpannya kembali di saku celananya. Ia kembali menikmati alunan musik disco bersama Katty dan Agus hingga merasa lelah dan puas.
"Ada yang mau nemenin aku main malam ini nggak?" tanya Katty setelah selesai dari lantai disco dan kembali berkumpul bersama Ali.
*Maaf, novel ini tidak aku lanjutkan karena jalan cerita yang kurang menarik. Jadi sebelum kalian membuang waktu dan akhirnya kecewa. Mohon jangan di lanjutkan membaca. Lebih baik baca ceritaku yang lain, yang aku buat secara serius. Terimakasih semuanya*"Sorry Kat, kamu kan tau seleraku, so... Kamu juga pasti tau jawaban dari aku kan?" ucap Reyhan. "Ciihhh, ya aku tau. Kamu mana mau kalo bukan perawan. Dasar burung kebanyakan gaya," ucap Katty ketus. Ia kemudian melirik ke arah Agus. "Sorry Kat, aku harus pulang sebelum pagi, besok harus nganter mamah ke salon," jawab Agus. "Dasar anak mamih, gayanya main cewe tapi ketiak maknya masih di ciumin," ejek katty. "Al kamu aja yuk, sekalian ntar aku ajarin gimana caranya main yang hemat baterai." "Mereka aja nolak apalagi aku Kat. Sayang lah anuku yang masih bujang." "Allaaah kalian. Ya sudahlah, aku mau cari orderan saja daripada ngajak temen cemen ka
{Gus tolong kamu kasih tau Reyhan dan tanyakan padanya. Apa mungkin jika aku tidak tulus mencintainya,aku akan bertahan dan menerima baik buruknya dia. Kenapa dia tetap tidak bisa menghargai perasaanku selama ini? Aku rela memberikan segala yang terpenting dalam hidupku untuknya, tapi kenapa tetap saja dia tidak bisa melihat isi hatiku yang dalam. Gus katakan padanya jika aku akan menyimpan namanya dihatiku untuk selamanya.} "Kenapa nggak bales?" tanya Reyhan. "Aku bingung, dan nggak tau harus bales apa, makanya aku milih supaya kamu baca aja langsung." Reyhan mematikan ponsel Agus dan mengembalikannya tanpa perduli dengan pesan Freya. "Nih."
"Kamu yakin mau nantangin aku? Ingat aku nggak pernah gagal dapetin cewe yang aku mau," ucap Reyhan sedikit sombong. Ali merasa tak cocok dengan rencana mereka, iapun mengutarakan ketidak setujuannya, "Tunggu, aku rasa dia cewek baik-baik dan kalian berdua nggak boleh jadiin dia buat taruhan.kalau dia tau kalian mempermainkannya, itu pasti akan menyakiti perasaannya nanti." "Itu kan kalo dia tau Al, kalo nggak ya kan aman," kilah Agus. "Aahk, terserah kalian deh, aku nggak ikutan." Reyhan dan Agus pun akhirnya tersenyum kecil mendengar jawaban Ali yang terdengar kesal karena kelakuan mereka. "Ya sudah, aku cabut dulu ya," ucap Reyhan. Kedua temann
Sesampainya di rumah Dion langsung naik ke kamar tanpa menunggu istrinya. Andini enggan banyak bicara karena hanya akan memancing kemarahan Dion. "Ndoro?" ucap mbok Darmi saat melihat Andini hendak menaiki tangga. "Iya mbok." "Makan malam sudah siap ndoro, apa mau makan sekarang?" tutur mbok Darmi. Andini terdiam sejenak sebelum menjawab pertanyaan mbok Darmi. "Saya panggil tuan dulu ya mbok," "Njih ndoro," Andini pun meninggalkan mbok Darmi yang masih berdiri melihatnya menaiki tangga. Klekk! Andini membuka pintu kamarnya, ia menatap ke arah suaminya yang tengah berdiri di balkon kamar sambil menghirup cerutunya, dan perlahan melangkah mendekati Dion. Dion melirik sekilas istrinya yang kini sudah berdiri di sampingnya. "Aku pikir ayahmu sangat menyayangi Reyhan dan berharap dia memberikan sebagian saham Atmaja group padanya. Tapi..., ia justru hanya memberikan anak perusahaan yang ba
"Eh mana tuh cewe, ko belum masuk kelas?" ucap Agus.Reyhan dan Agus menoleh ke pojokan di mana Keyren duduk di sana. Reyhan tersenyum melihat tempat duduk Keyren ada yang menempati, itu adalah si pemilik yang kemarin tak masuk kuliah sehingga Keyren bisa duduk di tempatnya. "Guys, sepertinya tuhan mempermudah usahaku," ucap Reyhan. Reyhan dan temannya pun duduk di tempat masing-masing, tak berapa lama Keyren pun masuk kedalam kelas, meski sudah ada yang menempati kursi yang ia duduki sebelumnya, Keyren tetap melangkah menuju ke sana tanpa melirik sedikitpun pada Reyhan. "Maaf bisakah kamu pindah dari tempat duduku," ucap Keyren. "Hmmm, kamu mahasiswi baru ya?" tanya Sasa. Dia cewe pemilik kursi tersebut. "Iya." "Duduklah di kursi kosong itu, ini adalah tempatku sebelum kamu datang. Anggap saja kemarin aku meminjamkannya untukmu sehari." Keyren menoleh kearah kursi kosong yang kemarin ia lewati, dan tepat saat ia menoleh
"Ya udah ayo, kenapa masih berdiri di sini? Aku sudah laper," ucap Ali sembari jalan mendahului temannya. "Al Tunggu..., Kamu sama Agus duduk lain tempat lain, biar cukup aku yang duduk bareng dia," ucap Reyhan. Agus dan Ali saling menatap."Tega amat kamu Rey, belum juga jadi apa-apanya tapi udah nggak mau bagi-bagi," celetuk Agus. "Kamu yang ngajakin taruhan, jadi biar aku berusaha." "Haais, terserah kalian deh. Cacing di perutku keburu perang," ucap Ali yang langsung ambil duduk di lain kursi. Reyhan melangkah ke meja dimana Keyren tengah berada di sana.Baru saja Reyhan mau sampai, langkahnya terhenti karena sudah ada yang mendahuluinya. "Sial...! ngapain si Sasa pake acara duduk di sana segala huuh," gumam Reyhan. Iapun melanjutkan langkahnya hingga sampai di meja yang di tempati Keyren. "Hai Key!" ucap Reyhan. Ia berdiri di samping Keyren, sayang sekali meja tersebut hanya tersedia dua kursi. Keyren hanya me
Reyhan menahan langkahnya, Dimaspun berdiri dari duduknya dan menghampiri Reyhan."Rey, siapapun paman Dion dan bagaimanapun perlakuannya padamu, percayalah dia sangat peduli pada kamu." Reyhan tidak mengatakan apapun, ia melangkah pergi meninggalkan Dimas setelah mendengar ucapannya. Sedangkan Dimas menatap punggung lebar sepupunya yang berangsur menjauh darinya. Reyhan masuk kedalam mobilnya dengan perasaan kacau. Ia tau sepupunya menginginkan dirinya bangkit dan melawan. Namun Reyhan lebih takut sebuah kenyataan tentang keluarganya, kenyataan yang selalu menghantuinya dan masih ia ragukan. Reyhan mengendarai mobilnya, dengan perasaan yang masih tak menentu ia menyusul menemui kedua sahabatnya di lapangan basket. "Gus tuh si Reyhan sudah datang." Agus menoleh ke arah orang yang di tunjuk Ali. "Hmmmm, kayaknya hatinya lagi nggak bersahabat Al, liat deh mukanya kaya pantat gajah gitu." "Pppffffttt,
"Aaaaahhhhhkkkkk!" Teriak Reyhan di dalam mobilnya. Reyhan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke suatu hotel. Iapun masuk kedalam hotel dan memesan sebuah kamar. Setelah ia mendapatkan kamar yang ia inginkan Reyhan pun mengambil ponsel di saku celananya, ia melihat waktu yang menunjukkan sudah jam delapan malam.Reyhan pun segera menghubungi seseorang. "Temui aku di hotel Permata, aku butuh kamu sekarang," ucapnya pada seseorang yang ia kenal. Reyhan menunggu orang yang ia panggil untuk datang menemuinya di kamar hotel sambil menikmati sebotol bir. Hinggabeberapa saat kemudian orang yang ia tunggu pun akhirnya datang juga, dan ia segera membukakan pintu. "Rey kamu lagi ada masalah?" Tanpa menjawab pertanyaan wanita tersebut Reyhan langsung menarik tangan wanita yang tengah berdiri di ambang pintu kamar hotel. CUP Reyhan