Home / Pendekar / Cinta dan Misteri / DIUSIR OLEH PANGERAN (2)

Share

DIUSIR OLEH PANGERAN (2)

Author: WINE
last update Last Updated: 2024-05-07 03:27:13

Ketika tiba di rumah, selain ibunya, Shian juga melihat kedua kakaknya juga berada di rumah, entah kapan mereka kembali dari Kamp Militer. Shian terkejut melihat kedua kakaknya, dan kedua kakaknya serta ibunya juga terkejut karena dia datang tanpa memberi kabar. Meskipun terkejut, Ny. Kun tidak dapat menyembunyikan senyum yang terukir di wajahnya karena kedatangan ketiga putranya. 

Sejak Shian tinggal di istana, rumah keluarga Kun menjadi sepi karena suaminya, Jenderal Kun, dan juga kedua anaknya juga jarang kembali ke rumah. Mereka lebih sering tinggal di Kamp Militer, sehingga di kediaman Jenderal Kun yang luas hanya dihuni oleh Ny. Kun, serta pelayannya dan beberapa bawahan Shian.

 “Shian, kau tidak melarikan diri dari istana, kan?” tanya salah satu putra tertua Jenderal Kun, yang merasa heran melihat adik bungsunya yang kembali dari istana dengan membawa banyak barang. Dia adalah Kun Hoya, Putra Sulung sekaligus penerus Keluarga Kun di masa depan. 

Shian menggerakkan tangannya, memberi isyarat kepada kakaknya, Hoya agar lebih dekat kepadanya. “Sssst.. lebih tepatnya aku diusir.” Bisiknya.

“Apa?” Hoya setengah teriak karena terkejut mendengar adiknya diusir.

“Ada apa?” tanya anak kedua Jenderal Kun, Kun Guha, yang terkejut mendengar kakaknya meninggikan suaranya.

Sama seperti Shian, Hoya memberi isyarat pada Guha agar mendekat padanya. Setelah Guha berada di dekatnya, ia pun berbisik katanya, “Shian diusir dari istana.”

Guha hendak bereaksi sama seperti Hoya, tetapi Shian dengan cepat menutup mulutnya agar tidak berteriak. Dalam keadaan panik, melihat kedua kakaknya yang hampir saja membuat satu kediaman tahu bahwa ia telah diusir, shian akhirnya memohon pada kedua kakaknya agar tidak memberitahu ayahnya, jenderal Kun, penyebab kepulangannya.

Shian mulai membayangkan bila Jenderal Kun mengetahuinya, mungkin saja akan Shian akan dihukum menggunakan hukum militer. 

“Jika ada yang bertanya, terutama Ayah. Tolong katakan saja aku meminta izin untuk pulang.” Pinta shian dengan wajah memelas agar kedua kakaknya memenuhi permintaannya.

“Meskipun kami merahasiakannya, ayah pasti akan mendapat informasi dari orang-orang di istana.” Ucap Guha yang ragu.

“Ckck…” Shian mendecak. “Tenang saja, aku akan mencari cara untuk kembali ke penjara itu.” katanya, meyakinkan kakaknya.

“Butuh bantuan?” kata Hoya, menawarkan bantuan pada adik bungsunya itu. “Tapi ngomong-ngomong kenapa kau diusir?” Tanya Hoya, penasaran.

“Jangan-jangan kau...” Guha memikirkan hal yang tidak-tidak.

Shian memandang kedua kakaknya dengan tatapan tajam. “Aku tidak segila itu. Istananya masih berdiri kokoh.” Shian menyangkal pikiran negatif Guha. Meskipun sudah menyangkal kakak-kakaknya masih terus menatapnya dengan tatapan penuh curiga. Demi menghapus kecurigaan tersebut, Shian pun menceritakan kejadian yang menimpanya di kediaman Pangeran dari beberapa hari yang lalu hingga di hari ia di usir.

“Wakil menteri datang ke kediaman Pangeran beberapa hari yang lalu dan ada sesuatu yang aneh terjadi. Dia belum tiba, ada sesuatu yang tiba lebih dulu aku bahkan tidak menyadarinya. Benda itu menabrak dan menembus tubuhku, membuatku langsung tidak sadarkan diri. Setelahnya, Pangeran memintaku menemuinya, lalu mencurigaiku sebagai mata-mata dan seperti yang kakak lihat, aku diusir.” ujarnya sambil menghela napas.

Hoya dan Gua saling memandang setelah mendengar cerita Shian. “Yang menabrakmu bukan Roh?” tanya Guha. 

Shian menggeleng. “Entah… aku tidak bisa merasakannya.” 

Hoya menarik napas yang panjang kemudian mulai berbicara, ”Kami berdua juga tidak tahu banyak tentang wakil menteri. Hanya saja sampai saat ini asal-usulnya masih tidak jelas. Dia sudah sangat lama menjabat dan kekuasaannya tidak pernah goyah. Berbeda dengan pejabat lain yang selalu silih berganti. Ayah sudah pernah mencari tahu tetapi tidak pernah menemukan informasi yang jelas. Selain itu, di antara semua Pangeran, dia hanya memperhatikan Pangeran Kesebelas, yang selalu dihindari oleh pejabat lain.” ceritanya, panjang lebar.

Guha mendekat ke tengah-tengah adik dan kakaknya sambil berkata, “Di Kamp Militer pernah ada rumor Wakil Menteri memiliki kekuatan yang setara dengan dewa sehingga ia bisa bertahan di posisinya saat ini.”

“Meskipun hanya rumor, kau harus tetap waspada apalagi kau sudah mengalami kejadian aneh saat pertama kali bertemu dengannya.” kata Hoya, memperingatkan adiknya agar lebih hati-hati terhadap Wakil Menteri.

Shian diam sejenak, merenung sejenak. “Jika memang yang menabrakku adalah Roh. Mengapa hanya aku yang mengalami?” 

“Benar, juga. Seharusnya pangeran akan mendapat dampaknya terlebih dahulu.” kata Guha, membayangkan dan menilai situasi yang seharusnya terjadi pada saat itu. “Bagaimanapun kau harus berhati-hati!” Lanjut Guha, memperingatkan kembali adiknya.

Di tengah perbincangan mereka, terdengar teriakan Ny. Kun dari luar. “Tuan kau juga kembali!” kata Ny. Kun. 

Hari itu, Jenderal Kun juga kembali dari Kamp Militer, membuat Shian merasa panik. 

“Oh, Tidak. Ayah juga kembali.” katanya sambil menelan ludah, pelan tapi terdengar berat, seperti mencoba menelan rasa takut yang menyelimutinya. 

“Hari ini, Ayah memang akan pulang” kata Guha dengan santai, membuat Shian langsung menatapnya dengan tatapan tajam karena kesal. “Mengapa kakak tidak mengatakannya sejak tadi?” tanya Shian kesal.

“Aku pikir ibu sudah memberitahumu.” jawabnya sambil mengusap tengkuknya. 

Shian berdiri dari duduknya, ia panik hingga berjalan kesana kemari sambil terus berkata, “Gawaatttt… ini gawaaatt…”

Ketika melangkah masuk, mata Jenderal Kun langsung tertuju pada anak bungsunya, ekspresinya sama seperti ekspresi anak tertua dan istrinya saat melihat kedatangan Shian beberapa waktu yang lalu. Ia terkejut dan tentu saja, kehadiran Shian membuat Jenderal Kun berpikir yang tidak-tidak.

“Mengapa kau berada di sini?” tanya Jenderal Kun sambil berjalan mendekati anak bungsunya yang berjalan mundur dan bersembunyi di belakang kedua kakaknya.

“Kau kabur dari istana?” tanya Jenderal Kun yang juga memiliki kecurigaan yang sama dengan kedua anak tertuanya ketika melihat Shian.

“A-ayah.. aku tidak kabur.” jawab Shian ketakutan, menutup wajahnya dengan lengan pakaian Hoya.

“Lalu, mengapa kau ada disini?” tanya Jenderal Kun dengan tegas.

Hoya dan Guha memberi isyarat pada adiknya agar tidak bersembunyi di belakang mereka. Awalnya, Shian enggan menuruti kedua kakaknya, tetapi karena terdesak akhirnya ia berjalan perlahan ke hadapan Ayahnya dan langsung berlutut sambil berkata, “Aku kembali untuk mendiskusikan sesuatu dengan ayah.” 

Hoya dan Guha saling bertatapan mendengar ucapan Shian. Mereka berdua tidak dapat menebak apa rencana adiknya itu. 

“Jika kau ingin mengatakan kau tidak ingin tinggal di istana, lebih baik kau kembali ke istana sekarang!” tegas Jenderal Kun.

“Tidak… tidak… Aku ingin mendiskusikan hal lain,” kata Shian, menampik ucapan ayahnya dengan suara yang nyaris tergesa. Ia menatap Jenderal Kun, mencoba menahan getaran di suaranya. “Istana Pangeran Kesebelas sangat sepi. Tidak ada pelayan, penjaga, atau pengawal selain aku dan Ahan. Karena itu, aku ingin membawa semua bawahanku ke istana… tapi aku membutuhkan persetujuan Yang Mulia Raja.” Ia menunduk sesaat, menarik napas dalam, lalu kembali menatap ayahnya dengan pandangan penuh harap lalu melanjutkan ucapannya, “Bisakah Ayah membantuku memohon padanya?”

Setidaknya alasanku sedikit masuk akal.

Meskipun Shian telah berusaha meyakinkan dirinya, tetap saja Jenderal Kun masih meragukan anak bungsunya itu. Meskipun meragukan Shian, Jenderal Kun tidak bisa menyangkal mengenai kediaman Pangeran Kesebelas yang selama ini tidak memiliki Pelayan dan Penjaga selain Ahan, sebelum Shian diangkat menjadi pengawal pribadinya juga. “Ayah akan mempertimbangkannya.” kata Jenderal Kun sambil membalikkan tubuhnya, lalu segera meninggalkan ruangan tersebut, meninggalkan ketiga anaknya.

Masih berlutut, Shian memutar badannya secara perlahan menghadap kedua kakaknya ia mengangkat alisnya sambil tersenyum tipis karena berhasil meyakinkan ayahnya. Hoya dan Guha saling bertukar pandang sambil menggeleng secara perlahan, keduanya tidak habis pikir adiknya itu menjadikan situasi di kediaman Pangeran sebagai tameng untuk menghindari kemarahan Ayahnya. 

Setelah Jenderal Kun benar-benar sudah jauh dari ruangan tersebut barulah Shian berdiri sambil menyeringai menatap kedua kakaknya. “Bagaimana?” tanyanya sambil tersenyum lebar, tampak puas dengan upayanya membohongi Jenderal Kun, Ayahnya.

“Kau gila?” tanya Guha sedikit membentaknya. “Kau baru saja berbohong pada Ayah dan melibatkan istana Pangeran Kesebelas.” lanjutnya tampak khawatir.

“Tenanglah, Kak.” jawab Shian dengan santai sambil menepuk pundak kedua kakaknya.

“Kau baru saja diusir oleh Pangeran Kesebelas dan sekarang meminta ayah untuk memohon pada Yang Mulia Raja agar membiarkan bawahanmu ikut ke istananya.” Hoya menghela napas berat, lalu menekuk tubuhnya sedikit sambil menekan pelipis. “Dan satu hal lagi, yang mengusirmu Pangeran Kesebelas, bukan Raja. Meskipun Raja setuju, kau tetap harus berurusan dengan Pangeran Kesebelas, kan?” lanjutnya. 

Shian tertunduk diam. Semua yang Hoya katakan, membuatnya menyadari tindakannya tadi memang sedikit ceroboh. “Setidaknya, Aku bisa menghindari kemarahan Ayah. Untuk hal lainnya, aku akan memikirkan solusinya.” katanya mencoba tetap tenang.

Sementara itu, di istana, Pangeran tengah duduk di ruang baca, membolak-balik halaman buku yang biasa ia baca. Namun kali ini, buku itu tak benar-benar menarik perhatiannya. Ia membacanya hanya untuk mengalihkan pikiran, setelah mengusir Shian. 

“Jika Anda ingin dia kembali, aku bisa memanggilnya sekarang.” kata Ahan menatap pangeran yang tampak tenang di luar, tetapi sebenarnya pikirannya sedang berkecamuk.

“Tidak perlu.” jawabnya singkat. Pangeran Kesebelas tetap kukuh pada pendiriannya untuk tidak memanggil Shian kembali.

Sementara di kediamannya, Shian sedang menyusun rencana agar bisa kembali ke kediaman Pangeran Kesebelas. Meskipun berada di penjara sama seperti berada di penjara, ia tetap harus kembali. jika tidak, ia takut ayahnya akan mematahkan kakinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta dan Misteri   Roh Jahat "Ritual Pemanggilan dan Pembebasan Roh"

    Persiapan pemakaman telah selesai. Semua yang dibutuhkan siap dibawa ke pemakaman bersama mayat tersebut. Namun, sebelum berangkat, Puya menarik Shian menjauh dari kerumunan. Ia telah memperhatikan Shian sejak tadi; ada yang tidak beres dengannya. Matanya tampak kosong, dan wajahnya terlihat pucat. “Kau yakin akan melakukannya?” tanya Puya, memandang Shian dari ujung kaki hingga kepala, khawatir akan kondisinya. Shian mengangguk. “Roh yang terpisah dari jiwa butuh kebebasan dan ketenangan,” ujarnya, menghela napas sambil memandang langit yang dipenuhi bintang. “Kau sebaiknya istirahat. Serahkan saja urusan pemakaman pada aku dan Bei,” ucap Puya, menepuk pundak Shian. “Pemakaman ini bukan sekadar menggali kubur. Kau harus menjalankan ritual dan berjaga hingga pagi. Lihat dirimu, kau tampak sangat buruk!” lanjut Puya dengan nada khawatir. “Saat ini, keputusan terbaik adalah aku yang memimpin pemakaman. Kondisi kalian lebih baik dariku, jadi kalian bisa menjaga Pangeran dan merawat y

  • Cinta dan Misteri   Serangan Roh Jahat

    Pangeran yang sedang serius memikirkan strategi dalam permainan caturnya bersama Ahan, terkejut melihat kedatangan Bei yang tampak terburu-buru. “Ada apa?” tanya Pangeran heran melihat Bei yang sedang mengatur napasnya. “Shian…” Bei tampak ragu untuk mengatakan yang sebenarnya, tetapi Pangeran yang melihat wajah Bei menjadi panik dan berpikir telah terjadi sesuatu pada Shian. Pangeran bangkit dari duduknya dan hendak keluar dari ruangannya, tetapi Bei menghentikannya sambil berkata, ”Yang Mulia, sebenarnya Shian merasakan ada Roh Jahat di sekitar Istana Yunqi!”“Sebaiknya anda tetap berada di dalam ruangan ini!” ucap Bei dalam keadaan bersujud di hadapan Pangeran. Sementara itu, Shian mulai mengelilingi kediaman Pangeran, mencari keberadaan roh jahat tersebut. “Apa yang sedang kau lakukan?” tanya Wuga yang entah datang darimana.“Katakan pada semuanya untuk berjaga, sepertinya aku merasakan roh jahat di sekitar istana Yunqi.” pinta Shian sambil melihat sekeliling. “R-roh Ja-jaha

  • Cinta dan Misteri   Xu Fei dan Xu Sue bersedia bersaksi

    Kabar mengenai Pangeran Kesebelas yang keluar istana melalui gerbang utama terdengar hingga ke kediaman Para Pangeran, terutama Pangeran Keempat dan Kelima. Tentu saja, kabar ini membuat para Pangeran Penasaran karena setahu mereka Pangeran Kesebelas tidak pernah melangkahkan kaki keluar dari istana, kecuali pada kegiatan tertentu seperti, kegiatan berburu yang diadakan oleh Pangeran Ketiga.“Gerak-gerik Nian akhir-akhir ini sangat mencurigakan.” ucap Pangeran Kedelapan setelah mendengar kabar Pangeran Kesebelas berada di luar istana. “Cari tau apa yang Nian lakukan di luar istana!” perintah Pangeran Kelima pada Pengawalnya. “Apa yang nian lakukan di luar istana?” tanya Pangeran Keempat pada Mora, Pengawalnya. Sementara itu, Shian dan Wuga sedang sibuk membuat target untuk memanah, dibantu oleh pengawal lainnya, termasuk cuncu. “Apakah pangeran tidak akan marah jika kita membuat halamannya seperti ini?” tanya cuncu sambil memandang halaman yang penuh papan target buatan Shian dan

  • Cinta dan Misteri   Kedatangan Xu Fei dan Xu Sue

    Suasana pagi di istana Yunqi tampak tenang, hanya terdengar kicauan burung di dahan pohon yang menyambut hari yang baru. Hamburan cahaya matahari pagi masuk melalui celah dinding dan tepat menyentuh wajah Pangeran Kesebelas yang masih terbaring di tempat tidurnya. Tangannya secara alami melindungi wajahnya dari cahaya matahari yang cukup menyilaukan. Beberapa saat kemudian, ia membuka matanya perlahan, bangkit dan turun dari tempat tidurnya, menuju jendela kamarnya. “Anda sudah bangun?” sapa Ahan yang berada di luar jendela dan baru saja selesai menyiram tanaman. Pangeran Kesebelas hanya menganggukan kepalanya.“Pagi ini pengawal Pangeran Ketiga datang membawa pesan dari Pangeran Ketiga agar anda segera menemuinya.” ucap Ahan menyampaikan pesan yang diterimanya pagi ini. Pangeran Kesebelas menghela napas mengetahui bahwa Pangeran Ketiga ingin menemuinya dan sudah pasti pertemuan ini membahas mengenai masalah area berburu dan menteri kehakiman. Ia menjauh dari jendela kamarnya samb

  • Cinta dan Misteri   Kota Doulan

    Pangeran duduk di ruang baca sambil memandang keluar jendela tampak di luar sangat cerah, langit berwarna biru muda dihiasi awan-awan tipis membuat hati tenang ketika melihatnya tetapi tidak untuk Pangeran yang tampak murung. “Haahhhh..”Sesekali terdengar suara helaan napas kasar yang mengekspresikan bagaimana keadaan dan suasana hatinya saat ini. Ada perasaan cemas, gelisah, dan ragu menghampirinya hingga seakan-akan ada tekanan besar di dadanya, yang membuatnya kesulitan bernapas. “Ahan!” teriaknya memanggil salah satu pengawalnya yang berjaga di luar ruang baca. Ahan segera masuk, menghampiri Pangeran yang masih dalam posisi yang sama, menghadap keluar jendela. “Apakah sudah ada kabar dari Xu Sue?” tanyanya tanpa memandang ke arah Ahan. “Sepertinya belum ada, Yang Mulia!” jawab Ahan. “Hahhh..” Pangeran kembali menghela napas dan lebih dalam. Mendengar helaan napas Pangeran yang cukup dalam, membuat Ahan mengerti bahwa saat ini suasana hati Pangeran sedang tidak baik-baik s

  • Cinta dan Misteri   Pertemuan

    Pangeran terbangun dari tidurnya, masih dalam posisi duduk di ruang baca. Pandangannya tertuju pada Bei yang tertidur dengan bersandar pada salah satu tiang di ruang tersebut. Setelah itu, Pangeran mengalihkan pandangannya ke luar jendela, di mana tampak bahwa pagi telah tiba. Cahaya matahari sudah mulai bersinar dan burung-burung pada dahan pohon mulai berkicau. Pangeran perlahan berdiri dari tempat duduknya, merasakan kakinya yang kram dan sendi-sendinya yang cukup sakit akibat tidur dalam posisi duduk. Ia keluar dari ruang baca tanpa membangunkan Bei yang masih terlelap.“Anda sudah bangun?” ucap Ahan yang berdiri di depan pintu. “Umm.” jawab Pangeran sambil mengajak matanya berkeliling, melihat keadaan di sekitar kediamannya. “Di mana Shian?” tanya Pangeran, setengah berbisik. Ahan menjawab pertanyaan Pangeran dengan mengarahkan pandangannya ke atap kediaman. “Diatas sana sepanjang malam?” tanya Pangeran lagi. Ahan mengangguk, mengiyakan pertanyaan Pangeran. “Malam ini, dia k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status