Author POV
Wajah tampan Azfer terlihat sudah menunggu tidak sabar didepan sebuah flat. Dia sudah berdiri dari lima belas menit yang lalu dengan memainkan kunci mobilnya.
Ana terlihat berlari dengan tergesa gesa.
"Aduh!" Lenguhnya ketika ia tidak sengaja menabrak pot bunga didepan pagar, tapi itu tidak menyurutkan niatnya berlari.
"Hahhh hahhhh hahhh" nafasnya memburu akibat lari maraton.
Wajah Azfer yang melihat Ana, sedikit mengernyit tidak sabar.
"Sorry sorry aku telat" lirihnya
"Dasar orang Indonesia" Kata Azfer malas lalu berputar dan masuk ke kemudi mobil.
"Hhhhh hahhh" Ana membuang nafas terakhir dia memandangi Azfer yang barusan menghinanya itu dengan wajah sebal, jantungnya sudah normal sekarang. "Sabar Ana, sabar ini ujian" katanya pada diri sendiri, lalu membuka pintu mobil dan masuk disamping Azfer.
"Kamu biasa bangun dan lari lari seperti ini?"
"Hmmm" dia malas menangga
Author POV "Ayo, kamu mau disini terus?" Azfer mengatakanya sambil berjalan meninggalkan Liana. Ana lalu mencebikkan bibirnya. begitu masuk kedalam yang dia jumpai adalah sebuah restoran berkonsep alam dengan tempat duduknya dibuat konsep pop warna-warni. Sehingga membuat kesan ceria dalam restoran. mata Liana menangkap lambaian seseorang berwajah sangat cantik. Azfer menuju orang tersebut tanpa berkata apapun pada Ana, apakah dia lupa bahwa dia kemari membawa liana?, Sampai dimeja gadis cantik itu, mereka disambut dengan senyuman yang merekah indah, sebuah senyuman untuk azfer tentu saja, tapi liana tidak yakin senyuman tersebut untuknya, lalu kemudian kening wanita itu mengerut menatap liana yang ada dibelakang Azfer. "Ini temanmu?" Tanyanya tak menghilangkan senyuman manis di pipinya "Cansu, em......, maaf ka
Azfer pov Aku benar-benar lupa kalau pada jam ini aku ada janji dengan Canzu, ku harap dia tidak terlalu merajuk, karena aku sudah on the way kesana. Aku sudah berjalan ke dalam, Tapi tunggu. aku harus memriksa gadis satu ini, oh my god, dia sedang berdiri seperti patung memandangi restoran ini. apakah dia tidak pernah ke tempat seperti ini? apakah di Indonesia tidak ada tempat begini? Ingatkan aku untuk mengeceknya nanti. "Ayo....!!" Aku meneriakki-nya sehingga membuat Ana sedikit kaget mendengar teriakanku. Aku berjalan cepat, ketika sampai ditempat resto aku edarkan pandanganku mencari Canzu. Teryata dia sudah melambai lambaikan tanganya padaku, dengan segera aku menghampirinya. "Ini temanmu?" Perkataan Canzu terlihat sangat dia
Azfer POV Dengan tergesa gesa aku melangkahkan kaki, menuju ruang internet Telekomunikasi "Tünaydın" (selamat sore) kataku setelah mengetuk pintunya. Aku dapati beberapa rekan Ismet memandangiku sekilas, mereka langsung bekerja kembali begitu aku masuk didepan pintu. "Tünaydın abi (abi : panggilan untuk orang terdekat yang sopan)" jawab Ismet, aku menghampiri Ismet. Dia tersenyum melihatku. "Bagaimana abi?" "Lancar, sesuai alamat?" "Ismet, aku ingin kamu mengecekkan alamat yang kau berikan dulu padaku"
Ana pov "Apa itu indomie?" Azfer bertanya dengan mukanya yang penasaran. "Indomie mie instan dari Indonesia, produk yang peling murah dan enak banget, kamu wajib coba" kataku pada Azfer, dengan bersungguh-sungghh, ia mengangguk angukan pertanda mengerti. "Gimana rasanya?" "Enak, apa bapak tidak pernah mencoba ramen?" "Belum" "Akh sayang sekali hidup bapak terlalu mononton" aku terkikik geli, cittttt Deg! Pak Azfer tidak akan marah dengan selera humorku kan, pikirku sejenak mataku melebar.
Azfer PoVAku langsung pulang ke apartemenku setelah mengantarkan liana, entah kenapa selera humornya membuatku sedikit lebih banyak tersenyum dan tertawa, ternyata dia tidak seperti yg ku pikirkan saat kami bertemu pada awalnya aku mengira dia akan sangat sopan, pendiam dan bayangkan es bertemu es jadinya pasti gunung es, tapi ya aku menyadari aku salah besar, mungkin waktu itu kami belum terlalu nengenal satu dengan yang lain, budaya orang timur sangat sopan. semoga dia tidak mundur seperti banyak advokat yg telah menangani kasus ini sebelum sebelumnya.Ku hempaskan tubuhku pada primadani empuk, aku benar benar masih memikirkan Xavi, kami bersahabat lama tentu saja, tapi ternyata bersahabat lama itu tidak menjamin bisa mengenal seseorang luar dalam, kenyataan yg baru baru saja terungkap membuat hatiku sedikit tercubit, aku tidak mengenal orang ter
Author PoV "Boleh aku masuk?" Kepala Xavi menyembul dibalik pintu kerja Cansu, sedangkan yang ditanya tidak mau repot-repot menoleh pada orang yang barusan saja datang. "Masuk saja" ucap Canzu tenang, pandanganya tidak beralih dari dokumen yg bertumpuk di mejanya, tanganya masih sangat sibuk mencoret-coret beberapa lembar, sebelum akhirnya dia berhenti dan memandangi orang yang barusan saja datang secara tidak sopan itu. "ada waktu sekarang?" Dengan muka agak badmood Xavi mengehempaskan pantatnya di kursi, dia menghembuskan nafas penat. ”ada yg penting?" Canzu memandangi Xavi dengan seksama di mejanya. "Mengenai?" Dahinya agak berkerut, Xavi langsung memandang Canzu tajam.
Author POV Akhirnya Azfer harus kembali lagi kesini, ya ke tempat orang tua Hatice, tidak ada jalan lain, tidak mungkin ia menginterogasi Xavi langsung tampa bukti yang cukup kuat. "Selamat pagi, bisa saya bertemu pak Ahmet, bilang saja saya detektif Azfer" katanya ketika seseorang muncul dibalik lubang gerbang. Orang itu menganguk dan menbukakan pintu. "Mari saya antar anda tuan komisioner" lalu pembantu itu membawa Azfer ke ruang tamu. "Tunggulah sebentar saya pangilkan tuan dulu" katanya menghilang dibalik tembok penyekat ruangan. Setelah beberapa menit seorang tua berjalan cepat ke arah Azfer, dia adalah ayah Hatice yang Azfer temui, beberapa hari yang lalu sebelum pergi ke Paris. "Hai tuan komisioner, apa kabar?" Dia mengulurkan tangan pada Azfer. Azfer meyambut hangat uluran tangan Ahmet. "Kabar baik pak, bagaimana keadaan bapak?" "Baik baik, ada perlu apa? apakah ada perkembangan kasus Hat
Author POV Cansu telah selesai dengan semua ritual harianya. Kegiatanya hari ini memang tidak banyak, selain kekantor dan mengurus anak buahnya untuk perkembangan penyelidikan Azfer. Dreeettt dreeettt Ponsel di meja nakas nya bergetar. Dia menuju kesana dan melihatnya, salah satu orang yang dia punya, yang bertugas dikepolisin memberikan kabar. //Halo nona Canzu// "Ya halo, ada perkembangan?" //Detektif Azfer menemukan bukti baru, anda harus berhati hati// "Apa?" Desisnya tajam, matanya menjam dan pikiranya sekarang sedang mencari strategi baru. //Burak Demir, seorang saksi lain perdagangan ilegal anda// mata Cansu seolah ingin melompat dari persediaanya. "Ok, terima aksih dan informasinya" jawab Canzu kalut. //Kalau ada perkambangan segera saya informasikan// jawab diseberang lalu telephonenya ditutup. Pikiran Canzu tergangu sekarang, semuanya jadi rumit saat kasus ini dipegang