Home / Romansa / Cinta di Ujung Perpisahan / Bab 29 : Pria Yang Sama

Share

Bab 29 : Pria Yang Sama

Author: Dinis Selmara
last update Last Updated: 2025-04-20 23:27:20
“Papa sudah tanya Aditama belum? Dia mau apa ketemu Kinara?” tanya Rindu, pada sang suami, penasaran.

“Bukannya kamu sudah bilang pada mereka, kalau kita nggak sabar pengen punya cucu? Ya tentu itu tujuan mereka bertemu, apa lagi coba?” jawab Tama, Santai. Beliau tidak tahu kalau sampai hari ini anak dan menantunya bahkan belum pernah bertatap muka.

“Kan Mama baru ngomong ke Kinara-nya, Pa. Ke Aditama-nya belum,” sahut Rindu, kesal.

“Biarin aja mereka, Ma. Kita tunggu kabar baiknya aja,” balas Tama.

'Kabar baik apaan?' batin Rindu, makin kesal.

Aditama memang mengabari ibunya kalau hari ini ia akan bertemu Kinara. Tapi, Rindu sendiri nggak tahu persis akan membahas apa. Biasanya, si sulung itu selalu terbuka dan menceritakan semuanya. Tapi kali ini, Aditama cuma menyebutkan lokasi pertemuan—itu pun karena dipaksa. Saat ditanya lebih jauh, Aditama malah terkesan menghindar. Rindu mulai khawatir, jangan-jangan Kinara dan keluarganya sudah mulai mencuci otak anaknya.

***

“Gini aja mau ket
Dinis Selmara

Eng ing engggg ... meresahkan sekalih yah merekah huhu

| 19
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (45)
goodnovel comment avatar
Abhizar Ananda Ghaisan
makin penasaran
goodnovel comment avatar
Dilla dilawan
jadi..jadi...jadi.... jadi selama ini kamu udah ketemu sama suami gaib kamu ra. bahkan kamu selama ini ga selingkuh sebenernya.dan kejadian di apartemen adit kmrn itu sah sah aja. jd jangan kepikiran kl itu dosa ya
goodnovel comment avatar
Dilla dilawan
aduh aduh aduh...kenapa selalu ada nenek lampir disaat yang tidak tepat? kalian ga berjodoh loh lampir... aditama kesana emang krn janjian ama bini nya. kamu aja yg kegatelan merasa kalian berjodoh. :⁠-⁠P
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Bab 78 : Wanita Tangguh

    Hari itu, sejak pagi, Aditama memilih untuk bekerja dari kantor Kinara. Bukan karena ia tak punya kesibukan, tetapi ada sesuatu yang terus mengganggunya—perasaan waspada yang tak kunjung surut sejak insiden demi insiden yang membayangi sang istri.Kinara tak menolak kehadirannya, meski sempat mengernyit saat tahu sang suami akan menemaninya seharian di ruang kerjanya. Pria itu duduk santai di sofa panjang di sudut ruangan, laptop terbuka di pangkuan, tapi sesekali pandangannya melirik ke arah meja kerja Kinara—atau lebih tepatnya, ke arah Wisnu, sekretaris sang istri.Tak ada yang janggal. Wisnu bekerja dengan sangat baik, menjelaskan rundown jadwal dengan rapi, tanggap terhadap permintaan Kinara, dan menjaga batas profesional.Okay, tidak ada yang perlu Aditama terlalu khawatirkan pada lelaki ini. Sepertinya keberadaan Wisnu di lingkungan kerja juga bukan ide yang buruk—untuk ikut menjaga sang istri.“Mas, tadi Wisnu pesankan kita makan siang. Aku pilih nasi liwet komplit untuk kamu,”

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Bab 77 : Dalang Yang Masih Bersembunyi

    Udara malam itu hangat, menyelimuti kamar dengan cahaya lampu temaram dan aroma lembut dari diffuser yang terus menghembuskan wangi lavender. Tirai terbuka setengah, memperlihatkan langit yang gelap, hanya dihiasi bintang—meski tidak banyak. Di ranjang, dua insan yang telah lama menahan rindu kini saling bersandar dalam dekapan yang nyaris tak berjarak. Sentuhan tangan Aditama di punggung Kinara terasa ringan tapi penuh makna. Bibir mereka saling menyentuh, napas mereka memburu. Tawa kecil sesekali menyela di antara kecupan, seperti biasa, manis dan hangat. Rindu mereka semakin menggebu, tapi pelan-pelan dinikmati. "Mas ...," bisik Kinara pelan, jemarinya bermain di tengkuk suaminya—turun ke dada bidangnya. Kinara tidak malu lagi mengungkapkan rindunya dalam bentuk sentuhan. "Hmm?" Kinara tidak sempat bicara karena Aditama kembali membungkam bibirnya. Tubuh mereka kembali menyatu dalam pelukan panas. Kinara tak dapat menahan desahan yang akhirnya lolos ketika Aditama menjelajahi l

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Bab 76 : Ujian Pernikahan

    Pintu apartemen terbuka perlahan. Aditama menghela napas dalam, aroma khas rumah langsung memenuhi hidungnya—bau lavender dari diffuser di ruang tamu yang dipilih Kinara. Entah kenapa, malam ini baunya terasa lebih dalam, membuatnya semakin rindu.Langkah kakinya cepat. Koper dibiarkan di dekat pintu, jaket hanya digantung seadanya. Matanya mencari-cari satu sosok yang selama lima hari ini hanya bisa ia lihat melalui layar ponsel. Hatinya berdegup, tak sabar. Lima hari … bukan lima minggu, memang. Tapi bagi Aditama mana tahan berjauhan dari sang istri lama-lama.Kinara sedang bersandar di sisi dinding kamar—bersembunyi—mengenakan piyama berwarna salem yang membingkai tubuh mungilnya. Rambutnya masih sedikit basah, wajah bersih tanpa riasan. Ia mengejutkan Aditama yang perlahan masuk ke dalam kamar.“Sayang,” panggil Aditama.Aditama melonjak kaget saat Kinara sengaja mengejutkannya.“Mas,” panggilnya tiba-tiba.Aditama mengembuskan napas panjang, sementara Kinara sudah memeluknya dari

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Bab 75 : LDR

    Aditama masih enggan melepaskan pelukannya dari tubuh mungil Kinara. Koper di sudut kamar sudah rapi, paspor dan tiket elektronik telah disimpan di dalam tas jinjingnya, tapi dia sendiri belum juga bergerak dari ranjang.“Mas … baju kamu sudah rapi kok masih dibawa berbaring lagi, sih?” ujar Kinara pelan sambil menepuk lengan suami-nya.Aditama hanya menggumam. Wajahnya masih tenggelam di tempat favorit-nya saat ini yaitu dada sang istri. Pelukannya kencang, nyaris posesif, seakan memaku istrinya agar tak ke mana-mana.Padahal hanya tiga hari. Tapi seolah akan berpisah satu purnama saja.“Mas, nanti kamu terlambat,” ujar Kinara sekali lagi. Ia membelai rambut suaminya yang sedikit berantakan, menunduk mencium dahinya.Aditama akhirnya melepaskan diri, perlahan. Matanya memandangi wajah istrinya. Sedang hangat-hangatnya malah harus berpisah.“Wajib video call tiap hari,” ujarnya, seperti perintah yang dibungkus perhatian.Kinara tersenyum, berdiri di depannya sambil merapikan kerah keme

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Bab 74 : Suami dan Istri

    Keluarga Aditama cukup besar. Ia memiliki lima adik—dua perempuan dan tiga laki-laki. Namun di rumah hanya ada satu adik laki-laki dan dua adik perempuannya, Gania dan Seina. Adik laki-laki tepat di bawa Aditama sudah menikah dan menetap di Jogja, sementara satu lagi sedang menempuh kuliah di Jepang. Kebersamaan Kinara dengan Gania dan Seina terasa begitu hangat dan menyenangkan. Mereka cepat akrab, terutama karena ketiganya memiliki ketertarikan yang sama yaitu fashion. Obrolan mereka bisa melompat dari tren warna musim ini ke diskusi seru soal gaya vintage dan makeup. Yang lucu, Gania—meski usianya lebih tua dari Seina—terlihat seperti adik karena sifat manja dan wajahnya yang imut. Sebaliknya, Seina justru tampak lebih dewasa dan tenang. Dinamika mereka unik, tapi justru itulah yang membuat suasana makin hidup dan menghibur. *** Malam menjelang saat Kinara dan Aditama tiba kembali di apartemen mereka. Aditama menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang, menghela napas panjang. “Akhirny

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Bab 73 : Diterima Dengan Baik

    Cahaya matahari menelusup lewat celah tirai kamar hotel, menari pelan di permukaan kulitnya yang masih terasa hangat oleh sisa semalam. Kinara menarik selimut sampai ke dagu, menyembunyikan wajah yang sudah memerah karena malu. Bayangan tentang desahan, sentuhan, dan bisikan Aditama masih terekam jelas di kepalanya—terlalu nyata.Ia menggigit bibir bawahnya, matanya melirik ke samping. Aditama masih tertidur, tubuhnya menyamping menghadap ke arahnya, rambutnya sedikit berantakan dan dada bidangnya naik-turun dengan ritme teratur. Bahkan saat tidur, pria itu tetap tampak mendominasi.Kinara menutup wajahnya dengan tangan, menghela napas panjang.‘Astaga … aku benar-benar melakukannya. Dengannya? Lagi?’ batin Kinara.Seketika, debar di dadanya menggila.“Pagi …” suara serak itu memecah lamunannya.Ia kaget, refleks menarik selimut lebih tinggi. “A-aku … hmm … kamu udah bangun, Mas?”Aditama tersenyum miring, menyender pada sandaran kepala ranjang. “Sejak tadi, saat kamu ngelihatin aku te

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status