Home / Romansa / Cinta posesif sang CEO / Bab 10 Sebuah Undangan

Share

Bab 10 Sebuah Undangan

Author: luscie
last update Last Updated: 2025-03-02 04:53:19

Caroline menepati ucapannya. Dua undangan tiba di meja sekretaris Jonathan siang itu.

“Excuse me, sir. Ada undangan untukmu.”

Jonathan menerima undangan itu dan membaca sekilas. Acara pernikahan Oliver dan Caroline Sabtu pekan ini.

“Terima kasih,Ernette.”

Wanita tua itu mengangguk dan berlalu pergi meninggalkan ruangan sang CEO.

Jonathan berfikir sesaat sebelum meraih ponselnya dan mengirim gambar undangan itu kepada Emily.

Beberapa menit kemudian muncul pesan balasan dari Emily.

“Aku tidak perlu datang.”

Jonathan mengetikkan sesuatu. “Tunjukkan padanya kamu baik-baik saja. Jangan biarkan mereka senang.”

“Aku tidak perlu membuktikan apapun pada mereka.”

“Kamu yakin?”

Tak ada balasan dari Emily. Jonathan merasa tidak perlu memaksa Emily lagi. Keputusan Emily pasti telah dipertimbangkan dengan baik.

Jonathan melanjutkan pekerjaannya kembali saat setengah jam kemudian muncul pesan dari Emily.

“Menurutmu, apakah aku harus datang?”

Jonathan tersenyum. Ia mengetikkan pesan. “Hadapi ‘monster’mu. Aku akan ada disampingmu.”

Emily tesenyum di meja kerjanya saat membaca tulisan Jonathan. Tak sadar Cali memperhatikannya.

“Tampaknya ada teman kita yang sedang jatuh cinta, Abigail,”serunya.

Emily sontak kaget. Abigail yang tengah mengetikkan sesuatu di keyboard komputer segera berhenti. Ia menatap Emily yang salah tingkah.

“Hei, Cal. Sepertinya gosip yang terjadi beberapa bulan ini benar, ada yang sedang pacaran di Weston Corp.”

Wajah Emily memucat. “Apa maksudnya?”ucap Emily tergagap.

Cali tertawa menggoda. “Kudengar ada staff di resepsion yang memergoki CEO kita selalu pulang dengan karyawannya.”

“Benar,”Abigail menambahkan. “Tak kuduga ternyata teman seruangan kita , Cal.”

Wajah Emily merona. “Kenapa sih kalian suka menyebar gosip,”ucapnya terbata. “Tak ada apa-apa antara aku dan Mr. Jonathan. Dia hanya memintaku menemaninya makan.”

Abigail dan Cali tertawa tergelak. “Akhirnya dia mengaku, Abigail.”

Emily menyadari kebodohannya. Ia ikut tertawa. “Percayalah, teman-teman. Tak ada hubungan yang spesial. Mr Jonathan sudah lama tinggal di Manchester dan ia tidak memiliki teman di sini.”Ia berusaha menjelaskan.

Keduanya ber ooo panjang tapi dengan wajah menggoda.

“Aku pernah bertemu dengannya sekali, Em,”ujar Abigail. “Apakah dia selalu sedingin itu ya?Tidak seperti Tuan William yang murah senyum, dia tampak arogan sekali.”

Emily menggeleng. “Sebenarnya dia ramah.”

“Jangan bodoh, Abigail. Tentu saja perlakuannya berbeda jika dengan Emily,”timpal Cali

“Oh ya, tentu saja berbeda ya, kenapa aku sebodoh itu,”Abigail menepuk jidatnya.

Emily baru tersadar jika kedua temannya masih berencana menggodanya.

“Sudahlah, berhenti menggodaku.”Emily menunduk berpura-pura sibuk kembali.

Abigail dan Cali tertawa terbahak-bahak.

“Apakah dia benar-benar setampan itu, Em?”tanya Cali berjalan mendekat. “Kau kan sering melihatnya dari jarak dekat?”

“Ya, dia tampan, seperti yang pernah kalian lihat.”

“Apakah dia sudah punya pacar?”Cali duduk di samping Emily.

“Kenapa?kau kan sudah punya suami, Cal.”Emily menahan tawa.

“Aku hanya penasaran saja, di usianya yang sudah lebih dari tiga puluh, dengan kekayaan segitu banyak, tak mungkin dia tak punya pacar.”

“Mungkin tidak di sini, mungkin pacarnya ada di Manchester,”ujar Emily tak yakin. Emily tersadar sesaat. Jonathan tidak pernah membicarakan kehidupan asmaranya. Sekilas saja, tapi Jonathan tak pernah bercerita detail tentang hal itu. Tapi bagaimana jika hal itu benar?Dia sudah memiliki kekasih di Manchester. Emily harus tahu diri dan meyakinkan perasaannya setiap saat jika dia dan Jonathan hanya teman, tak lebih dari itu. Kebersamaan mereka tak lebih karena rasa kesepian.

“Kita kemana?”tanya Emily saat mobil berhenti di sebuah butik ternama di kota. Membayangkan harga pakaian di tempat itu tiba-tiba membuat perut Emily sakit.

Jonathan tidak menjawab. Ia berbicara sebentar kepada Simon dan membuka pintu mobil.

“Ayo.”

Emily mengikuti langkah Jonathan masuk ke dalam butik.

Beberapa pegawai butik tampak menyambut hangat keduanya. Mereka mengenali Jonathan sebagai CEO Weston Corp, salah satu perusahaan besar di kota ini.

“Selamat datang tuan Jonathan. Selamat datang nona.”sang manajer toko mempersilahkan mereka masuk.

“Layani dia sebaik mungkin. Berikan semua koleksi pakaian terbaik kalian dan aku beli semua,”bisik Jonathan mengeluarkan sebuah kartu hitam.

Sang manajer toko memberi hormat dengan anggukan dan mulai memerintahkan bawahannya.

“Apa yang kau lakukan?”tanya Emily ke arah Jonathan saat dua orang pelayan toko mempersilahan Emily untuk mencoba beberapa gaun. “Harga sebuah baju di sini bisa untuk membayar tagihan listrik di rumahku selama tiga bulan,”ucapnya berbisik kepada Jonathan.

“Tenanglah, Emily, aku yang membayar, tidak akan kupotong gajimu.”Jonathan menggoda wanita itu.

“Aku tidak mau,”Emily bersikeras.

“Kali ini aku memaksa.”

Emily merengut. Ia setengah hati mencoba gaun gaun yang diserahkan para pelayan toko.

Saat sesi selesai, Jonathan mengangguk kepada manajer toko, memberinya isyarat.

“Baik tuan Jonathan, akan kami packing semuanya.”

“Apa?”seru Emily tertahan. Matanya membulat. Ia setengah menyeret Jonathan ke pojok ruangan toko. “Semua pakaian itu jelek, aku tak suka,”bohongnya.

“Menurutku semua bagus saat kau pakai,”kata Jonathan santai.

Emily kehabisan kata. Lelaki itu terkadang keras kepala. “Aku tak mau.”

“Terserah. Ambil atau buanglah jika kau tak suka.”

“Bos, kamu benar-benar membuatku sakit kepala,”kata Emily memijit pelipisnya.

Jonathan berjalan ke arah kasir. Ia menyelesaikan pembayaran sebelum beranjak keluar. Beberapa pasang mata menatapnya dengan penuh kekaguman.

“Aku tak mau membawa ini pulang ke apartemenku, ibuku bisa terkena serangan jantung.”

“Baiklah, Kita bawa ke apartmenku tapi kamu harus berjanji memakainya saat acara pernikahan Oliver.”

Emily menyandarkan kepalanya di kursi mobil. “oke,”jawabnya pelan sembari memejamkan mata, menekan pelipis berkali-kali.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 11 Pernikahan Oliver dan Caroline

    Satu jam lagi acara pernikahan akan dimulai. Oliver dan keluarganya telah menyewa sebuah ruangan mewah di sebuah hotel bintang lima. Undangan terbatas di kalangan tertentu. Hanya rekan bisnis dan teman terdekat. Sementara di apartemen Jonathan, di salah satu kamar telah tertata rapi gaun-gaun malam koleksi terbaik musim ini. Jonathan telah mempersiapkan semuanya. Ia telah menyewa tim Make up artist terbaik yang diketahuinya dari salah satu rekan bisnis pemilik perusahaan kosmetik. Emily membeku di tempatnya berdiri saat beberapa orang berpakaian seragam mulai berdatangan di apartemen Jonathan. Mereka dengan sigap memperkenalkan diri dan memberitahu Emily untuk bersiap di kamar yang telah disediakan. “Tidakkah menurutmu ini sangat berlebihan?”gerutunya ke arah Jonathan sebelum menghilang dari balik pintu kamar. Jonathan tak berkomentar. Ia sendiri sibuk mempersiapkan diri di kamarnya. Jonathan mengenakan tuxedo hitam yang melekat erat di tubuhnya. Tuxedo shaw lapel yang dipaduk

    Last Updated : 2025-03-03
  • Cinta posesif sang CEO   Bab 12 Jonathan dan ‘monster’nya

    Thanksgiving merupakan hari bahagia bagi sebuah keluarga untuk bisa merayakan tradisi dan berkumpul bersama. Tapi tidak dengan Jonathan, undangan yang diterimanya dari James siang itu benar-benar membuatnya sakit kepala. Keluarga besar William Walker akan merayakan Thanksgiving dan mengundang hampir seluruh keluarga dekat. “Aku mohon luangkan waktumu untuk datang, Nathan,”ucap James di seberang telepon. “Kita ini keluarga. Apapun yang terjadi. Apapun masalahmu dengan Pamela dan Jacob, kuharap tidak membuat kita terpisah sebagai keluarga.” Jonathan menghela nafas panjang. Satu hal yang paling dibencinya adalah berada di rumahnya dan mengenang berbagai kenangan buruk masa kecilnya. “Entahlah, James, Aku banyak kerjaan.” “Meskipun di hari libur?” Jonathan memaki dalam hati. Alasan yang buruk sekali. “Kau bisa mengundang temanmu juga, Nath,”bujuk James lagi. “Atau kekasihmu,”James sedikit menyelidik. Jonathan tidak bersuara. Ia tidak ingin berbagi kehidupan pribadi dengan s

    Last Updated : 2025-03-03
  • Cinta posesif sang CEO   Bab 13 Makan malam keluarga

    Kepala pelayan dengan ramah membawa mereka ke sebuah kamar di lantai dua. “Silahkan masuk tuan Jonathan, kami akan membawa barang bawaan anda segera.” “Terima kasih, Paul.” Paul mengangguk dan membungkuk hormat sebelum berlalu pergi. “Apakah kita akan tinggal dalam satu kamar, Sir?”tanya Emily gugup. Ia mengamati sekeliling. Lampu chandelier bergantung di tengah ruangan. Di samping tempat tidur tampak tirai mewah model overlay warna coklat senada dengan sprei ranjang. “Kita ini sepasang kekasih, Em, tak mungkin mereka memberi kita kamar berbeda.”Jonathan menahan senyum. Suasana hatinya telah berubah. “Dan biasakan memanggilku sayang seperti tadi, oke?”Ia tersenyum puas. “Oh come on, Sir,” “Hei..” “Sayang…” “Itu lebih baik,”seru Jonathan “Tapi dimana aku harus tidur?”Emily memperhatikan, meski kamar tidur itu tampak luas dan berinterior mewah, tapi hanya ada satu ranjang dan sofa kecil . “Tentu saja di ranjang, Sayang, ”goda Jonathan. “Berdua?” “Tenang, tidurku

    Last Updated : 2025-03-04
  • Cinta posesif sang CEO   Bab 14 Emily tenggelam

    “Sialan!”Jonathan memaki pelan.”Emily.”Ia memanggil wanita di sebelahnya. Emily terbangun dari tidurnya saat tangan kokoh Jonathan mengguncang tubuhnya pelan. Suasana kamar gelap gulita. Emily ingat jika dirinya tidak pernah mematikan lampu kamar. Ia ingat kata-kata Jonathan jika saat tidurpun ia selalu menyalakan lampu. “Tunggu sebentar.”Emily sadar kepanikan yang mulai menyerang Jonathan. Entah sejak kapan lelaki itu berusaha membangunkannya. Emily mengambil handphone dari atas nakas di samping tempat tidur dan menekan tombol senter. Kamar sedikit terang. Emily menoleh ke arah Jonathan yang terduduk di ranjang sembari menyadarkan kepala di sandaran ranjang. Dengan sedikit terburu, Emily turun dari tempat tidur dan menyalakan saklar lampu. Tampaknya mati lampu. Ia segera bergerak perlahan menuju jendela, menyibakkan gorden untuk memastikan di luar juga mati lampu. Suasana taman gelap gulita. Hanya sedikit penerangan dari cahaya bulan. “Bagaimana keadaanmu?”Emily bergerak ke

    Last Updated : 2025-03-05
  • Cinta posesif sang CEO   Bab 15 Siapa Pelakunya

    Jonathan menyiram tubuhnya sebanyak mungkin berusaha meredam gejolak hasratnya. Menjelang pagi tadi ia terbangun dan menyadari Emily tertidur dengan memeluk lengannya. Sialnya itu membuat hasratnya tiba-tiba bangkit dan ia memaki berkali-kali berusaha menahan gairah. Ini pertama kalinya bagi Jonathan harus berjuang menekan hasratnya sendiri. Baginya sangat mudah mendapat wanita untuk penyaluran nafsu seks. Mereka juga dengan sukarela tanpa imbalan apapun melayaninya. Tapi dengan Emily tidak akan semudah itu. “Hidupku sudah seperti pastor,”keluhnya membatin. Sudah hampir enam bulan ia tidak berhubungan seks dengan wanita manapun. Bayangan Emily membuatnya tak berminat mencari wanita lain. Gila!Runtuknya lagi dalam hati. Perasaan apa ini? Jonathan keluar dari kamar mandi dan segera menyadari Emily tak ada di ruangan. Kemana wanita itu? Pintu kamar tertutup rapat tapi jendela menuju balkon terbuka lebar hingga membuat tirai kamar beberapa kali bergerak tertiup angin. Jonathan bergeg

    Last Updated : 2025-03-05
  • Cinta posesif sang CEO   Bab 16 Pulang

    Tak ada lagi yang bisa dilakukan Jonathan. Sepanjang pagi hingga menjelang siang ia tak sekalipun keluar kamar. Untuk makan siang pun, Jonathan meminta Paul membawakan makanan untuknya dan Emily. Sebuah ketukan terdengar saat waktu makan siang berakhir. Jonathan membuka pintu dan menemukan wajah khawatir Nyonya Averie, sang ibu “Sayang.”Averie memeluk putranya. “Aku khawatir sekali, kudengar tadi di bawah kekasihmu hampir tenggelam.” “Ya ma.”Jonathan mengurai pelukan .”Apakah kau baru datang?” “Iya, maaf kemarin aku ada acara di tempat lain jadi tak bisa kesini.”Avery melangkah masuk dan mendapati Emily yang tengah duduk berbaring di ranjang. “Apakah ini kekasihmu?Apakah dia Emily?”Wajah Averie masih cantik di usianya yang 60 tahun lebih. Pakaian yang dikenakannya sederhana tapi terkesan anggun dan mahal. Dia membuka kedua tangan lebar memeluk Emily. “Oh sayang, apakah kamu baik-baik saja?”Dia memeluk erat Emily. “Aku sudah membaik Nyonya Averie,”Emily balas memeluk. "Apa k

    Last Updated : 2025-03-05
  • Cinta posesif sang CEO   Bab 17 Undangan Nyonya Averie

    Jonathan memutuskan untuk mempercepat acara menginap. Malam itu ia mengajak Emily pulang. “Aku akan mengantarmu pulang,”ujar Jonathan singkat saat mereka berdua telah berada di dalam mobil. “Kau tak perlu mengkhawatirkanku. Aku baik-baik saja.”Emily berpaling ke arah Jonathan di sampingnya. “Bukankah acara malam ini penting untuk keluarga besarmu?” “Yang terpenting keselamatanmu, Em. Aku tak tahu lagi cara menemukan pelakunya. Apa kau tidak ingat apapun saat kejadian itu?” Emily mencoba mengingat sesuatu. “Maaf, saat itu aku panik, aku tidak ingat apapun.” “Tak apa, kita pulang sekarang.” Keduanya berkendara pulang. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Akhir tahun di Weston Corp. Kesibukan dimulai di awal bulan Desember. Mulai dari audit internal hingga persiapan libur Natal dan tahun baru. Padatnya jadwal meeting Jonathan dengan seluruh divisi membuatnya jarang bertemu Emily. Hanya menyempatkan mengirim pesan pesan singkat. “Kamu lembur lagi malam ini?”Jonathan mengi

    Last Updated : 2025-03-06
  • Cinta posesif sang CEO   Bab 18 Selamat datang di Manchester

    Emily tiba di Manchester International Airport sore hari. Jonathan harus menyelesaikan urusan pekerjaan meski di hari libur. Pria itu akan menyusul segera, hanya itu yang bisa diucapkannya tanpa janji pasti kapan. Emily telah berada di terminal kedatangan setelah melalui pemeriksaan imigrasi. Dari kejauhan tampak Averie melambaikan tangan memanggilnya. Emily menyeret koper berjalan menghampiri. “Sayang, apa kabar?”sapa Averie ramah. Ia memeluk Emily erat, meminta sopir pribadinya membawakan koper milik Emily. “Baik, ma.”Emily mencium kedua pipi wanita paruh baya itu. “Kamu pasti sangat lelah, ayo kita pergi.” Sepanjang perjalanan, Averia bercerita dengan riang tentang kampung halamannya. Hingga setengah jam kemudian keduanya tiba di Queens Road, Oldham, kediaman Averie. Rumah yang cukup besar dengan nuansa klasik khas British. Dindingnya dihiasi bata expose. Tampak hangat meski cuaca di Manchester hampir sedingin es. Emily merapatkan mantelnya saat telah berada di luar mo

    Last Updated : 2025-03-06

Latest chapter

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 66 Bertemu Jacob

    Butuh waktu yang cukup lama untuk memulihkan kondisi keuangan Weston Corp. Sudah hampir lima bulan. Beberapa kontrak perjanjian baru telah ditandatangani. Meski tidak dapat pulih sepenuhnya tapi setidaknya mampu menghasilkan laba yang diharapkan oleh semua pihak. Baik pemegang saham maupun jajaran manajemen dan karyawan Weston Corp. Jonathan pulang larut malam itu. Simon yang setia mengantarnya menuju apartemen sederhana di tengah kota. Emily tak ingin pindah. Ia lebih nyaman tinggal di sana karena selain lebih dekat dengan Weston Corp, Aldera lebih mudah mengunjunginya. Saat membuka pintu, tampak pemandangan yang selalu membuat Jonathan rindu pulang. Emily duduk di sofa sambil menimang putranya. "Hai, " sapa Jonathan hampir berbisik. Ia mencium lembut bibir Emily sembari berjongkok di depan istrinya, memandang wajah damai putranya yang tertidur pulas. "Mandilah, kamu tampak lelah, " ucap Emily seraya bangkit berdiri saat Jonathan mengambil Kenneth dari tangannya dan beran

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 65 Kenneth Walker

    Proses persalinan Emily dibantu oleh seorang Widwife ramah bernama Adelle. Emily baru diperbolehkan masuk ke ruang bersalin setelah pembukaan lima. Jonathan mendampingi istrinya selama proses berlangsung. “Ma’am, anda harus berjalan-jalan untuk mempercepat proses kelahiran,” saran Adelle saat bukaan Emily tak kunjung bertambah. Emily telah menjalani serangkaian proses persalinan mulai mencek detak jantung bayi dalam kandungan hingga proses induksi untuk merangsang kontraksi. Jonathan membantu Emily berkeliling rumah sakit. Setelahnya proses induksi kedua kembali dilakukan. Ada beberapa pilihan pain killer yang ditawarkan Midwife untuk mengurangi sakit saat kontraksi dan Emily memilih mandi dengan air hangat. Jonathan dengan sabar mengganti bath tub dengan air hangat agar Emily bisa berendam dengan nyaman. Hampir empat jam hingga kontraksi semakin terasa luar biasa menyakitkan. Proses persalinan berlangsung sekitar satu jam. Jonathan hampir tak kuasa menahan air mata saat bayi mu

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 64 Kembali ke Manhattan

    Jonathan mengantar Emily hingga ke dalam apartemen. "Kembalilah bekerja," ucap Emily sembari berjalan menuju kamar. "Aku tidak akan tenang sebelum kamu memaafkan ku. " Jonathan masih membayangi langkah istrinya hingga ke kamar. Emily ingin mengatakan sesuatu yang bisa menenangkan hati Jonathan, tapi entah mengapa lidahnya kelu, moodnya memburuk. "Sayang, " panggil Jonathan meraih pinggang Emily dan merapatkan ke tubuhnya. "bagaimana lagi aku harus menjelaskan, Em? " "Tidak perlu, aku tidak butuh penjelasanmu, aku ingin tidur. " Emily melepaskan tangan Jonathan dengan wajah cemberut. "Jangan begini, Sayang." "Sudah, pergilah." Emily beranjak menuju ranjang dan merebahkan tubuh Jonathan melirik jam tangan sekilas. Waktu tutup supermarket satu jam lagi. Ia bergegas pergi menuju tempat kerjanya. Membantu Thomas hingga waktu tutup toko. Setelah pamit pada Thomas, ia pulang dengan tergesa. Jonathan mandi sebentar sebelum merebahkan tubuh di samping istrinya. Emily ber

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 63 Black Friday

    Jonathan datang lebih awal hari ini. Antrian panjang tampak di depan pintu masuk supermarket bahkan sebelum toko dibuka. Beberapa personel keamanan bersiap di pintu masuk memastikan pengunjung tetap mematuhi peraturan toko meski hari ini adalah hari khusus, dimana harga hampir semua barang yang ada di supermarket di diskon mulai empat puluh persen. "Kau lihat antrian di depan pintu, Jonathan? " tanya Thomas mengenakan jaket khusus toko. Ia bersiap pergi. "Ya, aku lihat." Jonathan melirik jam dinding. "sepuluh menit lagi, aku akan bersiap. " Jonathan mengenakan jaket yang sama seperti yang dipakai Thomas. Hari ini akan menjadi hari tersibuk sepanjang pekan ini. Meski pengunjung memadati supermarket, tetapi pengaturan yang telah dibuat Thomas membuat antrian tidak terlalu panjang. Area kasir ditambah dua lagi sehingga pengunjung toko bisa dilayani dengan cepat. Tak ada jeda waktu. Waktu makan siang pun dipercepat karena pengunjung tak juga berkurang hingga menjelang mala

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 62 Kesibukan di supermarket

    Keesokan pagi ditemani Jonathan, Emily menyerahkan sampel urine ke laboratorium klinik sesuai arahan dokter Roberta. Setelah mengantar Emily pulang, Jonathan berangkat menuju tempat kerja. Hari ini hari tersibuk menjelang akhir pekan. Menjelang Black Friday banyak barang baru berdatangan, bertepatan dengan ketidakhadiran Thomas karena sakit. Jonathan menggantikan tugas Thomas sementara waktu. Ia memantau pekerjaan di gudang hingga penataan barang di rak-rak pajangan. Belum lagi beberapa komplain dari pelanggan yang mengomel karena antrian panjang di area kasir. Jonathan berinisiatif menambah area kasir darurat. Saat waktu makan siang, tiba-tiba muncul Claire di ambang pintu ruangan kantor Jonathan. "Hai, apa aku mengganggu? " tanya Claire ceria. Jonathan tersenyum. "Tidak, ada apa Claire? " "Aku hanya ingin mampir. " Jonathan teringat Brianna, Claire tampaknya seumuran dengan Brianna. "Bagaimana kabar Thomas?Apa dia sudah membaik? " Claire mendekat, tanpa diminta ia d

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 61 Hamil

    Dua bulan lagi adalah Black Friday. Dikenal dengan hari belanja besar-besaran dengan diskon sangat menarik. Black Friday jatuh pada hari Jumat setelah Thanksgiving di bulan November. Jonathan membuat proposal tentang penawaran menarik khusus di Black Friday. Siang itu sebelum makan siang ia menyerahkan proposal itu pada Thomas. “Aku membuat konsep tentang diskon saat Black Friday,” ucapnya. “Baik, akan kupelajari.” Thomas menerima lembaran kertas itu. “Kau makan siang di luar?” “Tidak, aku membawa bekal.” Jonathan meringis menahan kikuk. “istriku memaksaku membawa bekal untuk berhemat.” Thomas tertawa. Ia menunjukkan wadah bekal makan siangnya. “Tidak usah malu, aku selalu membawa bekal. Ayo makan bersama di sini,”ajak Thomas kemudian. Jonathan menurut. Keduanya makan bersama di meja Thomas saat setengah jam berlalu, terlihat wajah Claire muncul dari balik pintu. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa ketertarikannya saat mendekati Jonathan. “Hai, kudengar dari papa, kau pengganti

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 60 Pekerjaan baru

    Jonathan terpaksa menjual penthousenya dengan harga di bawah pasar, itu dilakukan demi segera mendapatkan uang membayar gaji dan tunjangan pisah karyawan resort. Pihak asuransi properti masih dalam penyelidikan tentang penyebab kebakaran sehingga tidak bisa mengupayakan pencairan asuransi kebakaran dalam waktu dekat.Jonathan meminta James untuk memperkerjakan kembali Simon di Weston dan juga merekomendasikan Mateo untuk bekerja di sana.Jonathan dan Emily melakukan persiapan untuk berangkat ke Manchester setelah sebelumnya berpamitan pada Aldera.“Jaga diri baik-baik, Sayang.” Aldera memeluk Emily dan Jonathan saat keduanya berpamitan pergi“Ibu jaga kesehatan, ya.”Emily mengurai pelukan. “Tolong sampaikan Eden, untuk biaya kuliahnya, akan kutransfer setiap bulan ke rekeningnya seperti biasa, jadi dia tak perlu khawatir.”Aldera mengangguk dengan mata berkaca-kaca.“Jaga Emily, Jonathan.”“Aku janji,” kata Jonathan sebelum keduanya berlalu pergi.Saat tiba di mansion, hanya James d

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 59 Merelakan Weston Corp

    Jonathan berdiri di depan puing-puing bangunan resort bekas kebakaran. Ia terdiam lama. Emily ingin mendekat dan memberi semangat untuk Jonathan tapi ia enggan untuk mengganggu Jonathan yang tengah merenung. Lelaki itu tangguh. Hanya masalah seperti itu takkan menggoyahkan jiwanya. Emily yakin itu. Jonathan berbalik menghadapnya. Dengan senyum. "Aku sudah mengasuransikan properti ini. Tapi untuk membangunnya kembali butuh waktu lama. " Ia berbicara tidak hanya pada Emily, tapi juga ditujukan pada Lucas. "Dengan berat hati, aku harus menghentikan operasional resort. Aku akan bertanggungjawab memberikan hak kalian sesuai kesepakatan. " Sekarang ia benar-benar berdiri di depan Lucas. Lucas menghormati keputusan Jonathan. Setelah keduanya memberikan briefing singkat pada seluruh karyawan dan memberikan kesempatan untuk berpamitan, Jonathan dan Emily berkendara pulang. "Setelah urusan pembayaran gaji selesai, aku ingin kita pergi ke Manchester atau Wales, " ucap Jonathan saat kedu

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 58 Kebebasan Jonathan

    Emily dirawat di rumah sakit karena terlalu banyak menghirup asap. Saluran pernapasan nya mengalami iritasi dan peradangan. Dalam kesempatan terakhir, Emily sempat hampir merasa dirinya telah mati. Kilasan kilasan peristiwa asing masuk ke dalam ingatannya dan Emily yakin mungkin inilah saat waktu nya telah berakhir di dunia. Tapi Tuhan masih menginginkan ia hidup. "Emily, kau sudah sadar? " Aldera yang pertama kali menyapanya. Emily mengerjapkan mata, suasana kamar yang serba putih dan bau khas rumah sakit membuatnya pening. "Ibu, apa yang terjadi? " "Kau pingsan saat resort kebakaran. " Emily terkesiap. "Kebakaran? " tanyanya panik. "Bagaimana orang-orang di dalam resort? " "Tak ada korban jiwa, Sayang. " Emily bersyukur dalam hati. "Kai yang membawa mu keluar dari ruangan. " "Kai?"Tiba-tiba ia teringat akan Kai. Juga sesuatu yang terjadi di masa lalu. Jonathan yang meminta maaf atas perbuatan adiknya yang berusaha menceburkan nya ke dalam kolam dan yang berusaha

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status