Home / Romansa / Cinta sang Lady Killer / Chapter 5 - Seriously?!

Share

Chapter 5 - Seriously?!

Author: Riantie A
last update Last Updated: 2021-08-08 17:52:36

Daniel berjalan memasuki gedung L'Espere lalu tersenyum ke arah James yang sedang mengawasi anggotanya yang melayani pelanggan.

"Kemana saja kau beberapa hari ini?" tanya laki-laki tinggi tersebut.

"Aku sibuk" jawab Daniel sekenanya.

Dua orang wanita yang memakai baju sangat seksi berjalan menghampiri Daniel langsung menggandeng tangannya dengan manja dan gerakan sensual.

"Daniel. Play with us" ujar salah satu dari mereka.

Daniel tersenyum khasnya yang menawan lalu memagut bibir kedua wanita bergiliran dengan gelora lalu melepaskan pagutan intens dan tersenyum tanpa ada sorotan mata ingin melanjutkan kegiatan yang barusan mereka lakukan.

"Not tonight ladies. Next time for sure" ujar Daniel tersenyum.

Kedua wanita tersebut yang menatap Daniel dengan sangat berhasrat, menghela napas mereka lalu mulai beranjak menjauh dari Daniel.

"Dimana Anya?. Aku ingin gadis itu" tanya Daniel kepada James.

James tertawa pelan.

"Apa yang kau lihat dari gadis desa itu?" tanya James penasaran.

"Sometimes it's good to change my taste" jawab Daniel tersenyum misterius.

James hanya menggelengkan kepalanya lalu memanggil salah anak pekerja untuk memanggilkan Anya.

Beberapa menit kemudian Anya muncul lalu menghela napas ketika menatap Daniel yang duduk ditempat biasanya, di sebelah kanan sebuah meja bundar terdapat sebuah sofa berwarna merah yang berbentuk setengah lingkaran.

"Hey, ada apa dengan reaksi mu?" tanya Daniel tidak senang dengan helaan napas Anya.

"Harus berapa kali aku katakan kalau aku bukan pelayan ataupun hostess disini" ujar Anya malas.

"Kau perempuan tidak tahu terima kasih. Aku melakukan ini karena kasian kepadamu" ujar Daniel kesal.

"Aku tidak butuh rasa kasihan mu" ujar Anya lalu mulai duduk di samping ketika mendapati James yang sedang menatap tajam ke arahnya.

"Ayolah, jangan munafik. Akui saja kalau kau butuh bantuaynku. Kau butuh uang bukan?" tanya Daniel lalu meneguk vodka nya.

"Tentu saja aku butuh. Semua orang membutuhkan itu" jawab Anya membenarkan.

Daniel tersenyum menyeringai lalu menyodorkan sebuah gelas vodka ke arah Anya.

"Aku tidak bisa minum tuan" ujar Anya bersikap formal.

"Kau perempuan kaku" komentar Daniel memutar bola matanya.

Anya hanya diam menanggapi komentar Daniel.

"Ayolah kau harus meminumnya sedikit, sangat tidak nyaman harus minum sendirian" ujar Daniel masih tidak mau mengalah.

"Sudah ku bilang bukan kalau aku ti..." 

"Apa kau ingin aku memanggil James?" tanya Daniel mengancam.

Anya menelan ludah dan melirik ke arah James yang terus mengawasinya dengan tajam.

Perlahan Anya meraih gelas berisi vodka dari tangan Daniel lalu meneguk beberapa kali . Rasa panas membakar segera melewati tenggorakan nya. Anya terbatuk-batuk karenanya.

Daniel terkekeh melihat Anya yang mencoba meredam batuk yang mencekik lehernya. 

"Kau benar-benar tidak bisa minum rupanya" ujar Daniel terkekeh.

Anya berdecak kesal mendengarkan komentar Daniel namun rasa panas di tenggorokannya membuat Anya tidak bisa menghardik laki-laki itu.

"Kalau kau tidak bisa minum mengapa kau bekerja di bar?" tanya Daniel.

Anya menatap tajam ke arah lelaki dihadapannya.

"Sudah ku bilang aku bukan pelayan" ujar Anya kesal.

Daniel membuka mulutnya pertanda mengerti, ia terkekeh kembali mengingat Anya yang menderita hanya karena beberapa tegukan vodka.

"Ya tuhan, ini sangat menyenangkan. Kau harus minum sedikit lagi" ujar Daniel tersenyum menyeringai.

"Kau!!" bentak Anya.

Daniel hanya tersenyum tidak pengaruh oleh bentakan Anya.

"Kau tidak ingin kehilangan pekerjaanmu bukan?" tanya Daniel kembali mengancam.

Anya semakin meradang melihat sikap pongah Daniel namun sama sekali tidak bisa melawan kata-kata laki-laki itu. Ia bisa merasakan tatapan tajam James dibelakangnya karena bentakannya tadi.

Dengan kesal mengambil gelas vodka tersebut lalu langsung meneguk dengan cepat dan menghabiskan vodka tersebut membuat Daniel terkejut dengan sikapnya.

Rasa pusing mulai menghampiri Anya membuatnya mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Anya, kau tidak apa apa?" tanya Daniel yang menyadari bahwa Anya mulai mabuk.

Anya menoleh dan menatap tajam ke arah Daniel.

"Tentu saja aku tidak apa apa. Ini bukan masalah yang besar bagiku" ujar Anya yang mulai kehilangan fokusnya.

"Sepertinya kau mulai mabuk Anya" ujar Daniel mengawasi Anya.

"Tidak. Aku baik-baik saja. Ternyata aku bisa meminum minuman ini" ujar Anya menunjukkan gelasnya lalu terkekeh.

"Tidak kau sudah mabuk Anya" ujar Daniel lalu mulai berdiri dan menarik lengan Anya, menyuruh gadis itu untuk berdiri.

"Jangan menyentuhku you crazy bastard" ujar Anya sambil menepiskan lengannya.

Daniel terperangah tidak percaya. Baru kali ini ada yang memakinya seperti itu.

"Ayo kita pergi" ujar Daniel.

"Aku tidak mau. Aku ..." 

Ujaran Anya terputus ketika rasa mual mulai naik ke dadanya, gadis itu menutup mulutnya menahan rasa mual.

"Aku harus ke toilet"

Anya berdiri dan berjalan dengan linglung menuju toilet sambil tetap menutup mulutnya dengan tangan, di pertengahan jalan Anya di tarik dan di peluk oleh seorang laki-laki yang berusia tiga puluhan.

"Lepaskan aku" ujar Anya mendorong laki laki itu.

"Ayolah bitch, kau tidak bisa menolaknya" ujar laki-laki itu.

Daniel menatap datar ke arah mereka berdua lalu menghampiri dan menarik Anya ke pelukannya.

"Hey, siapa kau? Kau merusak kesenanganku" ujar laki laki itu.

"Dia milikku pak tua" ujar Daniel dalam bahasa Indonesia.

"Apa yang kau katakan? Aku tidak mengerti" ujar laki laki itu.

"Aku bukan milikmu brengsek" ujar Anya yang juga berbahasa Indonesia, ia mencoba melepaskan pelukan Daniel dengan mendorong dadanya namun tidak membuahkan hasil.

"Kemari kan pelacur ku" ujar laki-laki itu mencoba meraih Anya dari pelukan Daniel.

Dengan tenang Daniel menangkap tangan laki laki itu lalu memelintir ke belakang, sang laki laki menjerit kesakitan.

"I said. She is mine. Clear?" tanya Daniel penuh tekanan.

"Ya ya. Aku mengerti. Lepaskan aku" ujar laki laki itu kesakitan. 

Daniel melepaskan kuncian tangan pada laki laki itu dengan kasar, James yang sedari tadi mengawasi segera mendatangi Daniel ketika laki laki itu memanggilnya dengan isyarat tangan.

"Kau tau Anya tinggal dimana?" tanya Daniel

"Anya tinggal di atap gedung ini" jawab James.

"Apa?" tanya Daniel tidak percaya.

"Ya. Sudah hampir sebulan Anya tinggal di atap gedung ini" jelas James.

Daniel menatap Anya yang mengoceh tidak jelas dipelukan nya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta sang Lady Killer   Extra Part 3 (End)

    “Kau tidak apa-apa Anya?” tanya Daniel meletakkan coklat yang ia terima dari Carla, salah satu wanita kencannya. “Ini untukmu, seorang teman memberikannya kepadaku dan berkata selamat atas honeymoon kedua kita” Ucap Daniel melepaskan dasinya. Anya hanya diam menundukkan kepalanya. “Hei. Kau kenapa Anya? Mengapa diam saja? Apa kau sakit?” tanya Daniel. Anya mengangkat wajah dan menatap kepada Daniel lalu menggelengkan kepalanya, ia sangat membenci dirinya sendiri sekarang ini. adegan ciuman pipi yang ia lihat tidak bisa ia keluarkan dari kepalanya. “Baiklah. Aku akan mandi dulu. Istirahatlah” Daniel melangkah ke kamar mandi. Sepeninggal Daniel ke kamar mandi, Anya menatap kotak coklat, mengambilnya dan membukanya perlahan. Coklat berbentuk bulat tersusun rapi dan cantik dalam kotak yang berwarna coklat keemasan. Ia mengambil satu dan memasukkannya ke mulutnya. Coklat tersebut langsung melebur didalam mulutnya, ia kembali

  • Cinta sang Lady Killer   Extra Part 2

    Anya memeluk erat kedua anaknya, ia sebenarnya tidak ingin berpisah dengan Jason dan Evan namun sifat keras kepala Daniel membuatnya tidak punya pilihan lain. Anya menangis sembari mengeratkan pelukannya.“Mom, jangan menangis, kami akan baik-baik saja disini” ujar Jason.“Ya. Lagi pula kami akan tinggal dengan grandma dan grandpa. Jadi mom tidak perlu khawatir” sambung Evan.“Tapi. Bagaimana jika kalian sakit? Siapa yang akan merawat kalian?” tanya Anya khawatir.“Grandma” jawab kembaran itu serentak.“Bagaimana dengan sekolah. Siapa yang akan mengantar kalian?” tanya Anya kembali.“Grandpa” ujar Evan. Jason mengangguk.“Tapi.. tapi”“Anya. Kau berlebihan. Kita hanya pergi seminggu, berhentilah menangis” potong Daniel yang sedari tadi melihat adegan dramatis tersebut.“Tapi kita akan pergi ke Itali Daniel, bukan San Fra

  • Cinta sang Lady Killer   Extra Part 1

    Anya meletakkan dua piring berisi sosis dan roti panggang lalu menuangkan susu pada kedua gelas panjang dan meletakkan secangkir kopi yang sudah selesai ia siapkan. Anya menganggukkan kepala dengan puas ketika melihat semua menu sarapan sudah tersaji dengan lezat diatas meja. Ia menatap ke lorong penghubung ruang makan dengan ruang keluarga, tidak ada tanda-tanda penghuni rumah akan masuk ke ruang makan. “Jason, Evan” panggil Anya. “Yes mom” jawab dua anak laki-laki berusia delapan tahun yang berlari ke ruang makan. “Good morning mom” sapa kedua laki-laki kembar tersebut lalu mengecup pipi Anya sekilas. Anya tersenyum lembut. “Good morning sweetheart”. “Dad belum siap?” tanya Anya ketika melihat hanya dua anaknya yang masuk ke ruang makan. “Aku disini my beloved one. Good morning” Sapa Daniel yang baru ikut bergabung di r

  • Cinta sang Lady Killer   Epilog

    1 Tahun kemudianLos Angeles, California. Daniel menatap bahagia kearah Anya yang sedang berjalan bersama dengan ayah angkatnya di atas karpet merah. Ia memakai setelan tuksedo putih berdasi kupu-kupu. Anya yang memakai baju pengantin berwarna putih dan kepalanya yang ditutupi oleh jaring putih membuat gadis itu seperti putri dalam cerita dongeng.Robert menyerahkan Anya ke tangan Daniel yang disambut dengan senang hati oleh anak angkatnya. Butuh waktu setahun bagi Daniel untuk sembuh dari rasa sakit dalam hatinya. Rasa bersalah Daniel kepada adiknya membuat laki-laki itu lebih memfokuskan pikirannya dalam pekerjaan. Selama setahun Daniel berubah menjadi seperti Daniel 20 tahun yang lalu, yang datang kepadanya untuk ambisi besar. Namun kali ini tidak ada diiringi oleh dendam melainkan rasa bersalah yang mendalam. Kehadiran Anya dalam hidup Daniel membuat laki-laki bisa bersikap seperti semula dalam waktu setahun. Terdengar lama namun cukup

  • Cinta sang Lady Killer   Chapter 55 - Sorry Brother

    Daniel mengambil sebuah handphone, sudah beberapa hari ia tidak mengecek handphonenya. Ia menghidupkan pesan suara. "Daniel. ini aku Richard, aku tidak bisa menghubungimu jadi aku mengirimkan hasil penyelidikanku ke e-mailmu. Tolong hubungi aku kalau kau mendengar pesan suara ini" Daniel mengerutkan keningnya dan segera memeriksa e-mailnya, terdapat sebuah file P*F dan rekaman suara. "Jay, aku ingin memberikan tugas untukmu. Kau harus membunuh Reyna, lakukan apapun yang kau bisa. Aku tidak perduli yang terpenting dia mati. Kau mengerti" Suara Cathrina yang Daniel dengar membuat lelaki itu mengkatubkan rahangnya. Anya segera menggenggam tangan Daniel. "Aku tidak apa-apa Anya" ujar Daniel. Bukti tersebut akan semakin memperjelas kesalahan Cathrina. Daniel menggenggam erat handphonenya, menatap penuh kebencian. Handphone Daniel bergetar, ia heran melihat ibunya menelpon. Mungkin ibunya masih mengkhawatirkannya, pikir Daniel.

  • Cinta sang Lady Killer   Chapter 54 - Back to Indonesia

    “Good morning mom. Good morning dad” sapa Daniel lalu duduk di kursi makan. Robert menatap khawatir kepada anaknya. “Aku baik-baik saja dad”. Robert menghela napas lalu mengangguk. Ia sudah mendengar semuanya dari Elianor bahwa Daniel sudah tau semuanya. “Aku memasakkan menu kesukaanmu Daniel. chicken stew dan fried shrimp” Elianor meletakkan sepiring udang tepung goreng didepan anaknya. Daniel tersenyum. “Thank you mom”.Laki-laki itu mengedarkan pandangannya mencari Anya. “Dimana Anya?” Sedetik kemudian Anya muncul dibalik tembok pembatas ruang makan dan dapur. “Aku disini” jawabnya lalu meletakkan dua cangkir kopi dimeja. “Hm. My favorite coffee” komentar Robert sambil menghirup aroma yang menguar dari cangkir. “Kopi buatan Anya memang yang terbaik” Daniel setuju. Anya dan Elianor duduk di kursi makan dan mereka memulai sarapan pagi mereka. “Mom, hari ini kami akan terbang ke Indonesi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status