Beranda / Romansa / Cinta sang Lady Killer / Chapter 7 - Wonderful place

Share

Chapter 7 - Wonderful place

Penulis: Riantie A
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-08 18:06:28

Anya berjalan masuk ke supermarket tempat ia bekerja, hari ini ia akan mengundurkan dirinya dari pekerjaannya sebagai kasir. Sebenarnya Anya sangat menyayangkan keputusannya tersebut, kerja kerasnya selama dua minggu ini jadi sia sia karena pengunduran dirinya. Ia tidak akan mendapat upah apapun karena masih menjalani masa training.

Anya membungkukkan badannya kepada Managernya yang bertubuh gemuk dan memakai kacamatanya.

"Such a pity if you quit this job Ms Shakira" ujar laki laki itu.

"I Know. Thank you for everything you've done until now" Anya membungkukkan badannya dan pun keluar dari supermarket. Sekarang ia harus pergi ke bar L'Espere untuk meminta pengunduran dirinya dan mengambil barang-barang miliknya.

"Jadi kau akan tinggal dimana?" tanya James yang sedang duduk dan merokok.

Anya menatap laki-laki yang baru menjadi mantan bosnya sekilas "Aku akan tinggal di rumahnya Daniel" 

"Apa kau menjalin hubungan dengan Daniel?" James menatap gadis di hadapannya penuh dengan tatapan selidik, ia bahkan menyipitkan matanya mencari jawaban dari gerak-gerik Anya. 

"Tidak. Aku bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumahnya Daniel" . Anya tertegun dan tertawa kecil karena tatapan detektif tersebut. 

James mengangguk mengerti. "Aku pikir Daniel tertarik denganmu karena ia tidak pernah mau tinggal bersama orang lain"

Anya menaikkan alis matanya. "Benarkah?" 

"Selama ini dia memang membawa banyak wanita ke rumahnya namun tidak ada satupun dari mereka yang dia ajak untuk tinggal bersama" jelas James. 

Anya mengernyitkan keningnya sejenak lalu menggelengkan kepalanya  untuk mengenyahkan pikiran negatifnya. tidak mungkin. Ia hanya seorang pembantu.

"Kemari lah. Aku akan memberimu pelukan perpisahan" ujar James merentang sebelah tangannya.

"Terima kasih sudah menerimaku bekerja disini James. Kau bahkan membiarkanku tinggal di gedung ini" Anya memeluk James dan tersenyum. 

"Aku melakukannya karena kau memaksaku" Ucap James bernada bercanda.

Anya hanya tertawa pelan.

&&&

"Hanya itu saja barang-barang mu?" tanya Daniel yang sedang duduk ruang tamu.

Anya mengangguk lalu menoleh ke arah semua barang bawaannya, sebuah koper besar berisi bajunya dan satu koper lagi berisi matras dan tenda camping nya.

Daniel berdiri dan menghadap Anya dan mulai menjelaskan apa yang harus gadis itu lakukan. "Pekerjaanmu bersih-bersih dan memasak. Untuk dry clean aku memakai jasa professional"

Anya menganggukkan kepalanya lalu menatap ke sekeliling ruangan yang luas tersebut.

"Ikut aku" Daniel melangkah kakinya menuju lantai dua.

"Kau boleh masuk ke ruangan apa saja, kecuali kamar pribadi dan ruang kerjaku" Daniel menunjukkan kamar pribadi dan ruang kerjanya. 

Anya kembali menganggukkan kepalanya "Aku mengerti" 

"Dua hal yang harus kau patuhi selama kau tinggal disini. Satu, jangan pernah membawa siapapun ke rumahku dan kedua, jangan pernah mengatakan ke siapapun apa yang kau lihat di dalam rumah ini" 

Anya mengernyitkan keningnya. Aturan pertama bisa ia mengerti namun aturan kedua terdengar mencurigakan. 

Apa Daniel melakukan sesuatu hal ilegal di dalam rumah ini?. 

Daniel menatap Anya datar lalu menghela napas. Ia tau apa yang sedang perempuan ini pikirkan. "Aku tidak melakukan hal ilegal kalau itu yang ada di pikiranmu" 

Anya tersentak lalu mengedipkan matanya berusaha untuk bersikap normal namun lirik rasa bersalah membuat bibir Daniel berdenyut, ia melirik jam tangannya. "Bereskan barang-barang mu dan setelah itu siapkan makan malam untukku" perintah Daniel lalu berlalu dari hadapan Anya.

"Baik Dan.. Mr Millard" Anya segera bersikap profesional. 

Daniel menoleh "Cukup panggil Daniel saja. Seperti biasanya" 

"Baiklah Daniel" 

&&&

Anya menatap takjub ke sekeliling ruangan yang akan menjadi kamarnya, kamar yang berwarna serba putih tersebut sangat luas untuk di tempati sendiri, ia menyentuh selimut putih tempat tidurnya dengan senyuman senang, pertama tangannya sekarang Anya naik ke atas tempat tidur yang sangat empuk dan mulai meloncat-loncat di atas spring bed king size. 

"Oh my. Apa aku sedang bermimpi?" tanya Anya mencubit pipinya dan merasakan sakit.

"It's not a dream. Oh my gosh. What a wonderful place" Suara sang gadis sangat riang menunjukkan bahwa ia sangat puas akan kamar barunya. 

Anya melirik ke arah pintu kaca yang menghubungkan kamarnya dengan beranda. Anya turun dari tempat tidur dan berjalan menuju beranda, membuka pintu perlahan, angin sejuk langsung menerpa wajah sang gadis, membuat rambutnya melambai lambai. Anya memejamkan matanya sambil merentang kedua tangannya menyambut angin yang sejuk tersebut ke dalam pelukannya.

Anya tersadar dari ketakjuban terhadap dekorasi kamar barunya, ini bukan waktunya untuk bermalas-malasan, ia harus membereskan barang-barangnya dan mulai menyiapkan makan malam untuk Daniel. Ia menggulung rambutnya dan mulai mengeluarkan baju-bajunya untuk di susun rapi di dalam lemari besar yang terdapat di dalam kamarnya.

&&&

Alis Daniel terangkat ketika menatap pasta sederhana yang ada di hadapannya, lalu menoleh ke arah Anya yang berdiri tidak jauh darinya. "Mengapa bentuknya sederhana sekali?" 

"Aku bukan Chef Professional jadi aku hanya bisa membuat pasta sederhana" Anya mengedipkan matanya seperti itu bukan masalah baginya. 

"Tapi ini terlalu sederhana" Daniel mengangkat mie dengan saus krim dengan garpu tanpa minat.

"Kalau kau tidak mau untukku saja, kau lebih baik makan di restoran mahal kelas dunia yang sesuai dengan selera mu" Anya mencoba meraih piring pasta dari tangan Daniel. 

Daniel menjauhkan piring pasta dengan sigap "Hey, ini makan malam ku" 

"Kau selalu komplain setiap kali aku melakukan sesuatu, apa mau mu sebenarnya?" tanya Anya kesal.

"Wajar kalau aku komplain semua hal yang kau lakukan, karena aku membayar tinggi jasamu" Daniel memutar bola matanya, jika orang lain sudah ia pecat dari tadi. 

Anya berdecak kesal lalu pergi menuju dapur untuk melanjutkan kegiatannya. Sedangkan Daniel hanya menyeringai melihat kepergian Anya, mengganggu gadis itu sangat menyenangkan baginya, apalagi jika ia melihat wajah kesal Anya. 

Mulai hari ini mungkin hidupku akan di penuhi oleh hal yang menyenangkan.

Daniel mulai memasukkan pasta ke dalam mulutnya dan mulai mengunyah pasta tersebut, saus krim terasa melebur di lidahnya. "Rasanya lumayan" Laki-laki itu menghabiskan pastanya lalu meminum air putih beberapa tegukan.

"Anya" panggil Daniel.

Anya melongok kepalanya dari balik pintu dapur."Ya" 

"Bawakan secangkir kopi ke ruang kerjaku satu jam lagi" Daniel mengelap bibirnya dengan sapu tangan dan beranjak dari tempat duduknya. 

"Berapa sendok teh gulanya?" 

"Dua"

"Baiklah" 

Satu jam kemudian, setelah membersihkan dapur, Anya membawakan sebuah nampan berisi secangkir kopi seraya melangkahkan kakinya menuju ruang kerja Daniel, ia mengetuk pintu ruang kerja Daniel dua kali.

"Masuk" ucap Daniel dari dalam ruangan.

Anya membuka handel pintu dan masuk ke dalam ruangan yang penuh buku dan berkas yang tidak ia pahami. Anya menatap takjub ke arah lemari besar di ujung ruangan yang diisi puluhan buku. Gadis itu menggelengkan kepalanya untuk fokus kembali, ia meletakkan cangkir kopi yang masih mengepul di atas meja kerja Danie. Ia baru menyadari bahwa laki-laki itu sedang memakai kacamata frame panjang, ketampanan Daniel semakin bertambah, Anya sadar akan hal itu. Karena ia juga wanita normal yang menyukai laki-laki, apalagi seorang laki-laki tampan seperti Daniel. Namun tampan bukan satu satunya tolak ukur Anya dalam menilai seorang pria. 

Daniel punya kepribadian playboy yang membuat Anya merasa lebih baik menghindar daripada mendekati lelaki itu, lagi pula Anya juga sadar diri kalau ia bukan wanita cantik seperti kebanyakan wanita yang ia temui, jadi Daniel pasti tidak akan tertarik dengannya. Persepsinya membuat hatinya tidak tertarik dengan seorang pria sesempurna Daniel.

"Apa yang kau tunggu? Valentine Day?" tanya Daniel ketika mendapati bahwa Anya masih berdiri ditempatnya sembari memandanginya dengan tatapan melamun 

Anya tersadar dari lamunannya lalu buru buru melangkahkan kakinya untuk keluar dari ruang kerja Daniel.

"Sial, dia pasti berpikir bahwa aku sedang tergila-gila padanya" gerutu Anya kepada dirinya sendiri. 

"Aku tidak berpikir seperti itu" 

Suara rendah dan berat milik Daniel membuat Anya memekik dan menoleh cepat, melihat Daniel yang berdiri di belakangnya. Ia tidak akan menyangka bahwa laki-laki itu akan keluar dari ruang kerjanya. Buru-buru Anya membungkukkan kepalanya entah untuk alasan apa dan melangkah menjauhi ruang kerja Daniel dengan wajah memerah karena malu.

Daniel tersenyum samar dan masuk kembali ke dalam ruangannya, sebenarnya ia keluar karena ia ingin mengatakan kode sekuriti apartemennya kepada Anya, namun perkataan kesal Anya membuatnya tidak bisa berdiam diri untuk tidak menganggu gadis itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta sang Lady Killer   Extra Part 3 (End)

    “Kau tidak apa-apa Anya?” tanya Daniel meletakkan coklat yang ia terima dari Carla, salah satu wanita kencannya. “Ini untukmu, seorang teman memberikannya kepadaku dan berkata selamat atas honeymoon kedua kita” Ucap Daniel melepaskan dasinya. Anya hanya diam menundukkan kepalanya. “Hei. Kau kenapa Anya? Mengapa diam saja? Apa kau sakit?” tanya Daniel. Anya mengangkat wajah dan menatap kepada Daniel lalu menggelengkan kepalanya, ia sangat membenci dirinya sendiri sekarang ini. adegan ciuman pipi yang ia lihat tidak bisa ia keluarkan dari kepalanya. “Baiklah. Aku akan mandi dulu. Istirahatlah” Daniel melangkah ke kamar mandi. Sepeninggal Daniel ke kamar mandi, Anya menatap kotak coklat, mengambilnya dan membukanya perlahan. Coklat berbentuk bulat tersusun rapi dan cantik dalam kotak yang berwarna coklat keemasan. Ia mengambil satu dan memasukkannya ke mulutnya. Coklat tersebut langsung melebur didalam mulutnya, ia kembali

  • Cinta sang Lady Killer   Extra Part 2

    Anya memeluk erat kedua anaknya, ia sebenarnya tidak ingin berpisah dengan Jason dan Evan namun sifat keras kepala Daniel membuatnya tidak punya pilihan lain. Anya menangis sembari mengeratkan pelukannya.“Mom, jangan menangis, kami akan baik-baik saja disini” ujar Jason.“Ya. Lagi pula kami akan tinggal dengan grandma dan grandpa. Jadi mom tidak perlu khawatir” sambung Evan.“Tapi. Bagaimana jika kalian sakit? Siapa yang akan merawat kalian?” tanya Anya khawatir.“Grandma” jawab kembaran itu serentak.“Bagaimana dengan sekolah. Siapa yang akan mengantar kalian?” tanya Anya kembali.“Grandpa” ujar Evan. Jason mengangguk.“Tapi.. tapi”“Anya. Kau berlebihan. Kita hanya pergi seminggu, berhentilah menangis” potong Daniel yang sedari tadi melihat adegan dramatis tersebut.“Tapi kita akan pergi ke Itali Daniel, bukan San Fra

  • Cinta sang Lady Killer   Extra Part 1

    Anya meletakkan dua piring berisi sosis dan roti panggang lalu menuangkan susu pada kedua gelas panjang dan meletakkan secangkir kopi yang sudah selesai ia siapkan. Anya menganggukkan kepala dengan puas ketika melihat semua menu sarapan sudah tersaji dengan lezat diatas meja. Ia menatap ke lorong penghubung ruang makan dengan ruang keluarga, tidak ada tanda-tanda penghuni rumah akan masuk ke ruang makan. “Jason, Evan” panggil Anya. “Yes mom” jawab dua anak laki-laki berusia delapan tahun yang berlari ke ruang makan. “Good morning mom” sapa kedua laki-laki kembar tersebut lalu mengecup pipi Anya sekilas. Anya tersenyum lembut. “Good morning sweetheart”. “Dad belum siap?” tanya Anya ketika melihat hanya dua anaknya yang masuk ke ruang makan. “Aku disini my beloved one. Good morning” Sapa Daniel yang baru ikut bergabung di r

  • Cinta sang Lady Killer   Epilog

    1 Tahun kemudianLos Angeles, California. Daniel menatap bahagia kearah Anya yang sedang berjalan bersama dengan ayah angkatnya di atas karpet merah. Ia memakai setelan tuksedo putih berdasi kupu-kupu. Anya yang memakai baju pengantin berwarna putih dan kepalanya yang ditutupi oleh jaring putih membuat gadis itu seperti putri dalam cerita dongeng.Robert menyerahkan Anya ke tangan Daniel yang disambut dengan senang hati oleh anak angkatnya. Butuh waktu setahun bagi Daniel untuk sembuh dari rasa sakit dalam hatinya. Rasa bersalah Daniel kepada adiknya membuat laki-laki itu lebih memfokuskan pikirannya dalam pekerjaan. Selama setahun Daniel berubah menjadi seperti Daniel 20 tahun yang lalu, yang datang kepadanya untuk ambisi besar. Namun kali ini tidak ada diiringi oleh dendam melainkan rasa bersalah yang mendalam. Kehadiran Anya dalam hidup Daniel membuat laki-laki bisa bersikap seperti semula dalam waktu setahun. Terdengar lama namun cukup

  • Cinta sang Lady Killer   Chapter 55 - Sorry Brother

    Daniel mengambil sebuah handphone, sudah beberapa hari ia tidak mengecek handphonenya. Ia menghidupkan pesan suara. "Daniel. ini aku Richard, aku tidak bisa menghubungimu jadi aku mengirimkan hasil penyelidikanku ke e-mailmu. Tolong hubungi aku kalau kau mendengar pesan suara ini" Daniel mengerutkan keningnya dan segera memeriksa e-mailnya, terdapat sebuah file P*F dan rekaman suara. "Jay, aku ingin memberikan tugas untukmu. Kau harus membunuh Reyna, lakukan apapun yang kau bisa. Aku tidak perduli yang terpenting dia mati. Kau mengerti" Suara Cathrina yang Daniel dengar membuat lelaki itu mengkatubkan rahangnya. Anya segera menggenggam tangan Daniel. "Aku tidak apa-apa Anya" ujar Daniel. Bukti tersebut akan semakin memperjelas kesalahan Cathrina. Daniel menggenggam erat handphonenya, menatap penuh kebencian. Handphone Daniel bergetar, ia heran melihat ibunya menelpon. Mungkin ibunya masih mengkhawatirkannya, pikir Daniel.

  • Cinta sang Lady Killer   Chapter 54 - Back to Indonesia

    “Good morning mom. Good morning dad” sapa Daniel lalu duduk di kursi makan. Robert menatap khawatir kepada anaknya. “Aku baik-baik saja dad”. Robert menghela napas lalu mengangguk. Ia sudah mendengar semuanya dari Elianor bahwa Daniel sudah tau semuanya. “Aku memasakkan menu kesukaanmu Daniel. chicken stew dan fried shrimp” Elianor meletakkan sepiring udang tepung goreng didepan anaknya. Daniel tersenyum. “Thank you mom”.Laki-laki itu mengedarkan pandangannya mencari Anya. “Dimana Anya?” Sedetik kemudian Anya muncul dibalik tembok pembatas ruang makan dan dapur. “Aku disini” jawabnya lalu meletakkan dua cangkir kopi dimeja. “Hm. My favorite coffee” komentar Robert sambil menghirup aroma yang menguar dari cangkir. “Kopi buatan Anya memang yang terbaik” Daniel setuju. Anya dan Elianor duduk di kursi makan dan mereka memulai sarapan pagi mereka. “Mom, hari ini kami akan terbang ke Indonesi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status