Share

Keluar penjara

Author: R. Aliyah
last update Last Updated: 2022-06-06 16:00:09

Eman tersenyum dengan pertanyaan Rey.

"Gue gak mau loe dapat hukuman berat, Rey. Loe masih punya keluarga yang harus loe tanggung dan loe jaga. Sedangkan gue udah gak punya siapa-siapa. Cuma loe keluarga gue. Selama ini loe udah banyak bantu, sekarang giliran gue."

Rey memeluk Eman sebagai tanda terima kasih. Ia sangat bersyukur mempunyai sahabat sepeti Eman.

Eman divonis penjara seumur hidup sedangkan Rey dan yang lain divonis hanya beberapa tahun saja. Bu Ainun dan Lora yang hadir dalam persidangan tak bisa menahan tangisnya begitu mendengar vonis yang baru saja dibacakan oleh hakim. Beberapa tahun ke depan ia akan hidup hanya berdua dengan Lora.

Selama di dalam penjara Rey dihantui rasa bersalah yang amat mendalam pada sahabat dan orang yang ia sudah lenyapkan. Ia sangat menyayangkan sikap Eman yang ingin melindunginya. Pria bertato itu kini menyesal atas semua perbuatannya. Karena kesalahannya, kini Eman harus menjalani hukuman yang sangat berat.

Setiap malam ia selalu bermimpi tentang sosok laki-laki yang ia tikam. Peristiwa itu selalu berputar dalam pikirannya seperti sebuah rekaman film. Rey tersiksa karena harus jauh dari keluarganya.

Rey berjanji pada dirinya sendiri. Jika nanti keluar dari penjara , ia akan berubah dan akan menebus kesalahan dengan meminta maaf kepada keluarga korban.

Di dalam sel penjara Rey tidur hanya beralaskan tikar tipis tidak ada kipas angin apalagi sebuah tv. Di ruangan sel tahanan Rey ada lima belas orang. Alhasil hanya bisa menekuk kakinya setiap ia tidur.

Bu Ainun semenjak Rey masuk penjara ia membuka usaha catering lewat media sosial yang dibantu Lora anak perempuannya. Jadi ia juga bisa memantau anak gadisnya itu. Ia khawatir jika sesuatu terjadi pada Lora karena ketiadaan Rey saat di penjara.

Selama di dalam rutan Rey selalu menjaga sikap. pria itu tidak ingin berbuat hal yang akan menambah masa hukumannya. Tapi, ada satu kesalahan yang harus ia lakukan. salah seorang napi yang satu sel dengannya mengalami tindak kekerasan oleh kepala preman di sana.

"Di luar kau boleh jadi pemimpin. Tapi, di sini aku pemimpinnya," ucap pria berkepala plontos yang terus menghajar pria bernama Nathan.

"Heh! kalian beraninya main keroyokan. PECUNDANG!!!" pekik Rey dengan lantang.

"Ada pahlawan kesiangan rupanya." pria plontos mengangkat kakinya dari perut Nathan dan melangkah mendekati Rey.

"Siapa kau? berani-beraninya ikut campur, hah! HAJAR!!!"

Perkelahian tak terelakkan. lima orang berbadan tinggi besar mengeroyok Rey. mereka hanya mengandalkan badannya saja yang besar untuk menakut-nakuti lawannya.

Rey berhasil menjatuhkan lawannya satu persatu.

Mereka kalah gesit dengan Rey. Si kepala plontos mengeluarkan sebuah belati. Dengan gesit belati itu ia arahkan pada Rey. Rey berlari dan salah satu kakinya ia hentakan ke dinding dengan gerakan memutar ia berhasil menendang pria itu tepat di dadanya.

Pria itu sontak mengeluarkan seteguk darah dari mulutnya. ia pun tak sadarkan diri.

Semua lawan sudah terkapar. Rey mendekati Nathan. Dia mengulurkan tangannya guna membantu Nathan untuk berdiri.

"Terima kasih sudah membantuku," ucap Nathan setelah berhasil berdiri.

"Nathan." pria itu mengulurkan tangannya ingin berjabat tangan dengan Rey.

"Rey." Rey membalas jabatan tangan Nathan.

Hubungan mereka semakin akrab selama di dalam rutan. Nathan bercerita jika ia masuk ke dalam penjara karena telah di fitnah oleh lawan bisnisnya.

'Beberapa tahun kemudian'

"Assalamualaikum, Bu," salam Rey dari ambang pintu.

"Lora, coba kamu lihat siapa itu yang datang, tangan Ibu kotor ini." bu Ainun menunjukkan tangannya yang masih dilumuri tepung.

Lora beranjak dari duduknya untuk membukakan pintu.

"Abang! U-udah pulang?" Lora terkejut dengan kedatangan Rey. Karna seingat dia masih ada beberapa tahun lagi Rey baru keluar dari penjara.

" Ibu ...! Abang udah pulang ...." pekik Lora memanggil Ibunya.

Dengan tergopoh-gopoh Bu Ainun menghampiri anak-anaknya. "Ya Allah Rey, kamu sudah keluar?" ucap Bu Ainun terharu melihat kepulangan putra sulungnya. Ia lupa jika tangannya masih kotor. Hingga membuat baju Rey kotor penuh dengan adonan tepung.

"Iya, Bu, Alhamdulillah Rey selama di dalam LP berbuat baik jadi Rey dapat remisi, Bu. Potongan masa tahanan."

"Alhamdulillah," ucap mereka serempak.

Mereka duduk di ruang tamu. Kebahagiaan terpancar dari wajah tuanya. Bu Ainun dan Lora masing-masing memegang tangan Rey.

"Trus sekarang rencana mu apa, Nak? Jangan pernah kau ulang lagi yang sudah-sudah."

"Insya Allah gak,Buk. Rey mau ke pondok pesantren. Rey mau memperdalami agama islam. Sekaligus menenangkan hati dan pikiran Rey, Bu."

"Hah, kamu yakin, Nak? Alhamdulillah, ya Allah. Ibu akan merestui jalanmu jika itu di jalan Allah. Ibu tidak akan melarangmu. pondok pesantren mana?"

"Pondok pesantren di jawa timur Buk. Sewaktu di sel, seorang sipir memberikan alamat pesantren disana Bun. Ada kenalannya disana makanya Rey disarankan untuk mondok disana." terpaksa Rey berbohong.

"Kapan berangkatnya Bang?" Lora menimpali.

"Insya Allah secepatnya. Tapi, ada yang harus Rey selesaikan terlebih dahulu."

Melihat raut wajah ibu nya yang mulai cemas, Rey memeluk wanita yang sudah melahirkannya itu.

"Ibu tenang saja, Rey tidak akan berbuat hal yang akan membuat Rey masuk ke dalam rutan lagi."

Malam hari sebuah mobil mewah menelusuri jalan kampung menuju rumah Reynaldi. Pria tampan dengan kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya menambah kesan ketampanannya.

"Bu, Rey pergi dulu. Jaga kesehatan ibu dan kamu Lora jaga ibu dengan baik selagi abang tidak ada di rumah." Ucap Rey pada kedua wanita yang sangat ia sayangi itu.

Rey harus rela meninggalkan mereka lagi untuk waktu yang lama. Setidaknya di waktu yang singkat itu ia bisa melepaskan kerinduan pada keduanya.

"Tapi, Rey."

"Sudah, ya, Bu. Rey sudah di tunggu."

Mereka berjalan mengantarkan Rey sampai pintu keluar.

"Dia siapa, Nak? Kenapa tidak kau ajak masuk dulu?"

"Dia teman Rey, Bu. Kapan-kapan saja mampir nya. Tidak enak di lihat tetangga."

Rey sengaja menyuruh Nathan menjemput di waktu malam hari agar tidak banyak yang tahu kepergiannya kali ini. Ia tidak ingin menambah beban pada ibunya dengan mendapat gunjingan dari pada tetangga.

"Rey pergi, Bu. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," jawab bu Ainun dan Lora serempak.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta sang Mantan Napi   Nasib Claudia.

    “Kurung dia di atas, dan awasi jangan ia kabur.” titah Erlangga pada anak buahnya yang membawa Claudya.Hahahahaha …!!! tawanya membahana di seluruh rumah.Ia tertawa puas setelah berhasil menangkap dan melukai suaminya. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas. Pikiran liar terus menari di kepalanya.Pria itu melucuti semua pakaiannya dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sebelum itu ia sudah memerintahkan kepada ART nya untuk membersihkan Claudya.Senyum tak lepas dari bibir Erlangga. Ia masih membayangkan ia akan bergumul dengan Claudya sebentar lagi. Ia berendam dengan air hangat untuk bisa menaikkannya gairahnya.Lima belas menit kemudian ia keluar hanya menggunakan handuk. Dada bidangnya ia biarkan terekspos. Ia berjalan ke kamar di mana Claudya berada dengan menggenggam sebuah pil. Sebelum masuk Erlangga sudah meminta segelas air dan memasukkan pil tersebut.“Air … air … ,” lirih Claudya yang masih belum membuka kedua matanya.Tanpa pikir panjang Erlangga menuangkan se

  • Cinta sang Mantan Napi   Reza

    Sementara itu di rumah sakit. Rey segera dilarikan ke ruang operasi karena mengalami luka yang cukup serius di kepalanya. Riana mondar mandir di depan bersama Candra. Pandangannya selalu melihat ke arah lampu indikator ruang operasi menunggu dokter ke luar dari sana.“Siapa yang berani berbuat sekeji ini?” gumam Riana. Candra yang mendengar itu pun mendekati Riana.“Ri, sebenarnya sebelum kejadian ini tadi malam, Rey sudah cerita. Jika keluarganya sedang dalam bahaya. Teror selalu menghantui mereka setiap saat. Bahkan kemarin Claudya sempat hampir kehilangan nyawa jika tak di tolong oleh pengawalnya.”“Ya ampun, kenapa mereka tidak menceritakan hal seserius ini padaku.”“Mungkin mereka tidak mau membuatmu cemas, Ri.”“Jadi siapa yang melakukan hal serendah ini?” “Dari keterangan Rey, mereka adalah Erick dan Erlangga. Mantan kekasih dan lawan bisnis Claudya.”“Sudah ku duga, di dunia ini tidak ada yang sekeji Erick.”Setelah beberapa jam menunggu akhirnya lampu indikator pun padam. Se

  • Cinta sang Mantan Napi   pria bertopeng

    Mendengar kegaduhan dari dalam kamarnya. Jona berteriak memanggil semua pengawalnya. Tapi, nihil tak satu orang pun yang datang dan mendengar teriakannya. Rey pun bergegas mendorong kursi rodanya secepat yang ia bisa menuju ke arah kamarnya dan Claudya.Di sana terlihat beberapa orang tengah menyeret Claudya. Mereka semua bertopeng dan menggunakan pakaian serba hitam. Rey yang melihat itu tak tinggal diam.Walaupun dengan kekurangannya ia dengan sigap menarik baju salah satu orang bertopeng itu dari belakang. Lalu secara spontan melayangkan bogem mentah ke dagu pria itu hingga ia tersungkur. Sementara Claudya masih di bawa oleh pria bertopeng lainnya. Melewati halaman rumah untuk menuju mobil yang sudah terparkir di depan pagar rumah megah itu. Claudya hanya bisa berteriak histeris dan meronta minta di lepaskanDia hanya bisa menangis mengingat tubuhnya masih lemah karena kejadian yang menimpanya kemarin. Jona segera menyusul mereka, dan …BUUUK!!! Seseorang memukul kepala Jona dar

  • Cinta sang Mantan Napi   Kaki palsu

    Keadaan Claudya tidak sedang baik-baik saja. Wanita itu pingsan sesaat mereka masuk ke dalam mobil. Setelah terbebas dari para penyerang itu sinyal komunikasi kembali normal. Alex pun segera menghubungi Jona.pria sangat panik begitu mendengar kabar Alex. Ia segera menghubungi dokter untuk segera datang ke rumah. Jona tak ingin mengambil resiko jika membawa Claudya ke rumah sakit umum.Sesampainya di rumah, dengan sigap menyuruh anak buahnya untuk segera membawa Claudya ke dalam kamar yang sudah di tunggu oleh dokter.Alisha yang mendengar jika sang Ibu sudah pulang segera berlari menghampiri Claudya. Tapi, Jona mencegahnya untuk menemui Claudya. Ia tak ingin anaknya melihat keadaan ibunya yang tidak baik-baik saja itu.“Alisha sayang, malam ini Alisha tidur sama papa, ya! Mama sedang tidak enak badan. Biarkan mama istirahat dulu, ya!” ucap Jona seraya mengusap lembut kepala Alisha yang berada di pangkuannya.“Tapi, Pa ….” Alisha ingin protes sebelum Jona mendaratkan ciumannya di pipi

  • Cinta sang Mantan Napi   Penyerangan

    Di ruang rapat mereka semua berwajah tegang, pucat nan pias. Para dewan direksi sudah duduk di kursi mereka masing-masing. Dan Claudya memimpin jalannya rapat.“Bagaimana ini bisa terjadi, bu Claudya?” ucap salah satunya.“Saya sedang berusaha mencari tahu dan menyelesaikan masala ini secepatnya.” Jawab Claudya dengan tenang. “Jika kau tak becus mengurus perusahaan ini silahkan mundur dari jabatanmu dari sekarang.” Suasana begitu riuh di ruang rapat. Mereka saling berbisik-bisik. Sebenarnya ini baru pertama kalinya dalam kemimpinan Claudya mengalami hal seperti ini.“Aku berjanji jika masalah ini akan cepat teratasi. Dan perusahaan tidak akan mengalami kerugian. Rapat selesai. Permisi!”Claudya pulang bersama dua pengawalnya. Ia duduk di belakang supir. Claudya mengotak-atik ponselnya guna mencari makanan yang enak untuk dibawa pulang.“Hmm … , sebelum kita pulang mampir dulu ke --,” BRAAAK!Ucapan Claudya terpotong saat mobil mereka dihantam dengan keras dari belakang. Tubuh Claud

  • Cinta sang Mantan Napi   surat ancaman

    “Brengsek, kau Erlangga!” hardik Claudya sambil mengepalkan kedua tangannya.“Ia salah memilih orang, jika ingin bermain-main. Dia belum tahu siapa Claudya sebenarnya.” imbuhnya.“Tenang Claudya sayang, jangan mengotori tanganmu dengan hal yang membahayakan dirimu. Biar mas yang membereskan semuanya.” Jona menenangkan Claudya dengan memegang kedua pipinya.“Tapi, Mas,” protes Claudya“A … ,” belum sempat Claudya angkat bicara Jona lebih dulu melumat bibir Claudya agar ia berhenti protes.Ulah pria itu membuat Claudya sulit bernapas. Ia melepas pagutannya pada Claudya dan menatapnya dengan lekat. Jaraknya hanya beberapa inci saja sehingga Claudya bisa merasakan nafas Jona dan penciumannya mencium aroma maskulin suaminya itu.Mereka saling pandang dalam beberapa menit. Claudya mendorong kursi roda Jona menuju singgasana pembaringan. Claudya mengerti apa yang diinginkan suaminya itu.Mereka duduk di tepi ranjang. Melanjutkan aktivitas yang tertunda. Perlahan Jona membaringkan Claudya, ia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status