Share

Keluar penjara

Eman tersenyum dengan pertanyaan Rey.

"Gue gak mau loe dapat hukuman berat, Rey. Loe masih punya keluarga yang harus loe tanggung dan loe jaga. Sedangkan gue udah gak punya siapa-siapa. Cuma loe keluarga gue. Selama ini loe udah banyak bantu, sekarang giliran gue."

Rey memeluk Eman sebagai tanda terima kasih. Ia sangat bersyukur mempunyai sahabat sepeti Eman.

Eman divonis penjara seumur hidup sedangkan Rey dan yang lain divonis hanya beberapa tahun saja. Bu Ainun dan Lora yang hadir dalam persidangan tak bisa menahan tangisnya begitu mendengar vonis yang baru saja dibacakan oleh hakim. Beberapa tahun ke depan ia akan hidup hanya berdua dengan Lora.

Selama di dalam penjara Rey dihantui rasa bersalah yang amat mendalam pada sahabat dan orang yang ia sudah lenyapkan. Ia sangat menyayangkan sikap Eman yang ingin melindunginya. Pria bertato itu kini menyesal atas semua perbuatannya. Karena kesalahannya, kini Eman harus menjalani hukuman yang sangat berat.

Setiap malam ia selalu bermimpi tentang sosok laki-laki yang ia tikam. Peristiwa itu selalu berputar dalam pikirannya seperti sebuah rekaman film. Rey tersiksa karena harus jauh dari keluarganya.

Rey berjanji pada dirinya sendiri. Jika nanti keluar dari penjara , ia akan berubah dan akan menebus kesalahan dengan meminta maaf kepada keluarga korban.

Di dalam sel penjara Rey tidur hanya beralaskan tikar tipis tidak ada kipas angin apalagi sebuah tv. Di ruangan sel tahanan Rey ada lima belas orang. Alhasil hanya bisa menekuk kakinya setiap ia tidur.

Bu Ainun semenjak Rey masuk penjara ia membuka usaha catering lewat media sosial yang dibantu Lora anak perempuannya. Jadi ia juga bisa memantau anak gadisnya itu. Ia khawatir jika sesuatu terjadi pada Lora karena ketiadaan Rey saat di penjara.

Selama di dalam rutan Rey selalu menjaga sikap. pria itu tidak ingin berbuat hal yang akan menambah masa hukumannya. Tapi, ada satu kesalahan yang harus ia lakukan. salah seorang napi yang satu sel dengannya mengalami tindak kekerasan oleh kepala preman di sana.

"Di luar kau boleh jadi pemimpin. Tapi, di sini aku pemimpinnya," ucap pria berkepala plontos yang terus menghajar pria bernama Nathan.

"Heh! kalian beraninya main keroyokan. PECUNDANG!!!" pekik Rey dengan lantang.

"Ada pahlawan kesiangan rupanya." pria plontos mengangkat kakinya dari perut Nathan dan melangkah mendekati Rey.

"Siapa kau? berani-beraninya ikut campur, hah! HAJAR!!!"

Perkelahian tak terelakkan. lima orang berbadan tinggi besar mengeroyok Rey. mereka hanya mengandalkan badannya saja yang besar untuk menakut-nakuti lawannya.

Rey berhasil menjatuhkan lawannya satu persatu.

Mereka kalah gesit dengan Rey. Si kepala plontos mengeluarkan sebuah belati. Dengan gesit belati itu ia arahkan pada Rey. Rey berlari dan salah satu kakinya ia hentakan ke dinding dengan gerakan memutar ia berhasil menendang pria itu tepat di dadanya.

Pria itu sontak mengeluarkan seteguk darah dari mulutnya. ia pun tak sadarkan diri.

Semua lawan sudah terkapar. Rey mendekati Nathan. Dia mengulurkan tangannya guna membantu Nathan untuk berdiri.

"Terima kasih sudah membantuku," ucap Nathan setelah berhasil berdiri.

"Nathan." pria itu mengulurkan tangannya ingin berjabat tangan dengan Rey.

"Rey." Rey membalas jabatan tangan Nathan.

Hubungan mereka semakin akrab selama di dalam rutan. Nathan bercerita jika ia masuk ke dalam penjara karena telah di fitnah oleh lawan bisnisnya.

'Beberapa tahun kemudian'

"Assalamualaikum, Bu," salam Rey dari ambang pintu.

"Lora, coba kamu lihat siapa itu yang datang, tangan Ibu kotor ini." bu Ainun menunjukkan tangannya yang masih dilumuri tepung.

Lora beranjak dari duduknya untuk membukakan pintu.

"Abang! U-udah pulang?" Lora terkejut dengan kedatangan Rey. Karna seingat dia masih ada beberapa tahun lagi Rey baru keluar dari penjara.

" Ibu ...! Abang udah pulang ...." pekik Lora memanggil Ibunya.

Dengan tergopoh-gopoh Bu Ainun menghampiri anak-anaknya. "Ya Allah Rey, kamu sudah keluar?" ucap Bu Ainun terharu melihat kepulangan putra sulungnya. Ia lupa jika tangannya masih kotor. Hingga membuat baju Rey kotor penuh dengan adonan tepung.

"Iya, Bu, Alhamdulillah Rey selama di dalam LP berbuat baik jadi Rey dapat remisi, Bu. Potongan masa tahanan."

"Alhamdulillah," ucap mereka serempak.

Mereka duduk di ruang tamu. Kebahagiaan terpancar dari wajah tuanya. Bu Ainun dan Lora masing-masing memegang tangan Rey.

"Trus sekarang rencana mu apa, Nak? Jangan pernah kau ulang lagi yang sudah-sudah."

"Insya Allah gak,Buk. Rey mau ke pondok pesantren. Rey mau memperdalami agama islam. Sekaligus menenangkan hati dan pikiran Rey, Bu."

"Hah, kamu yakin, Nak? Alhamdulillah, ya Allah. Ibu akan merestui jalanmu jika itu di jalan Allah. Ibu tidak akan melarangmu. pondok pesantren mana?"

"Pondok pesantren di jawa timur Buk. Sewaktu di sel, seorang sipir memberikan alamat pesantren disana Bun. Ada kenalannya disana makanya Rey disarankan untuk mondok disana." terpaksa Rey berbohong.

"Kapan berangkatnya Bang?" Lora menimpali.

"Insya Allah secepatnya. Tapi, ada yang harus Rey selesaikan terlebih dahulu."

Melihat raut wajah ibu nya yang mulai cemas, Rey memeluk wanita yang sudah melahirkannya itu.

"Ibu tenang saja, Rey tidak akan berbuat hal yang akan membuat Rey masuk ke dalam rutan lagi."

Malam hari sebuah mobil mewah menelusuri jalan kampung menuju rumah Reynaldi. Pria tampan dengan kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya menambah kesan ketampanannya.

"Bu, Rey pergi dulu. Jaga kesehatan ibu dan kamu Lora jaga ibu dengan baik selagi abang tidak ada di rumah." Ucap Rey pada kedua wanita yang sangat ia sayangi itu.

Rey harus rela meninggalkan mereka lagi untuk waktu yang lama. Setidaknya di waktu yang singkat itu ia bisa melepaskan kerinduan pada keduanya.

"Tapi, Rey."

"Sudah, ya, Bu. Rey sudah di tunggu."

Mereka berjalan mengantarkan Rey sampai pintu keluar.

"Dia siapa, Nak? Kenapa tidak kau ajak masuk dulu?"

"Dia teman Rey, Bu. Kapan-kapan saja mampir nya. Tidak enak di lihat tetangga."

Rey sengaja menyuruh Nathan menjemput di waktu malam hari agar tidak banyak yang tahu kepergiannya kali ini. Ia tidak ingin menambah beban pada ibunya dengan mendapat gunjingan dari pada tetangga.

"Rey pergi, Bu. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," jawab bu Ainun dan Lora serempak.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status