Home / Romansa / Cinta sang Mantan Napi / kenangan masa lalu.

Share

kenangan masa lalu.

Author: R. Aliyah
last update Huling Na-update: 2022-06-08 17:09:49

"Mas, dipanggil, tuh, sama ustaz Yusuf." Rizal datang dengan berlari seraya mengangkat sedikit kain sarungnya.

"Kamu kenapa sampai lari-lari segala? Kebelet, ya?" ledek Jona.

"Enak aja, kata Ustaz suruh cepet katanya ada hal yang mendesak, Mas."

"Ada apa ya, Zal? Tumben pagi-pagi udah manggil. Jangan-jangan disuruh jadi mantu!"

"Huuu ...."

Jona melengos pergi meninggalkan Rizal dengan tertawa girang karena sudah bisa mengerjainnya. Pria itu membubarkan muridnya untuk beristirahat sejenak.

Setibanya di rumah, ustaz Yusuf dan Umi Nissa sudah menunggu di ruang tamu. Nampak wajah-wajah serius membuat nyali Jona sedikit menciut.

"Assalamualaikum," sapa Jona dari ambang pintu.

"Waalaikumsalam, sini masuk, nak Jo. Kami sudah menunggu." ustaz Yusuf mempersilahkan Jona untuk duduk Di sampingnya.

"Begini, nak Jo sebelumnya kami minta maaf kalo apa yang akan kami bicarakan menyinggung perasaan nak Jona." umi Nissa memulai percakapan dengan merapatkan kedua telapak tangannya di dada.

"Sebenarnya ada apa ini, Umi?" tanya Jona bingung dengan situasi yang sedang ia hadapi.

"Nak Jo, kami ingin menanyakan masa lalu nak Jona. Apa nak Jona mengenali Claudya sebelumnya?"

"Maaf, Umi. Sebenarnya ini ada apa, ya? Tunggu! Apa ini ada hubungannya dengan pingsannya Claudya kemarin?"

"Iya, Claudya pingsan karena syok melihat helm yang nak Jona pakai. Ia sudah bisa melupakan kejadian masa lalu nya. Entah kenapa ia bisa menjadi tidak terkontrol begini saat melihat helm itu." ucap Umi Nissa.dengan mata sedikit berkabut.

"Apa benar helm itu milik nak Jonq?" tanya ustaz Yusuf.

"Maaf, bukan ustaz itu milik teman saya yang masih di dalam teman saya. Kemarin saya menemuinya setelah sebelumnya menemui Ibu dan Adik saya di rumah." ujar Rey bohong jika helm itu miliknya. Ia tidak menyangka jika Claudya mengenali helm itu. Kalau Jona tahu, ia tak akan menggunakan helm itu.

"Kalau boleh saya tahu, memang ada apa dengan helm itu?"

Umi Nissa dan ustaz Yusuf saling melempar pandangan dan ustaz Yusuf menganggukkan kepalanya pada istrinya itu.

"Sebenarnya helm itu yang menimbulkan rasa trauma Claudya kembali mencuat. Dulu rumah pak Burhan ayah Claudya disatroni perampok. Mereka semua menutupi kepala mereka dengan helm. Helm yang kamu pakai yang membunuh Ayah Claudya dan melukai saudara kembar Claudya 'Riana'"

Jona menghela napas dan membuangnya dengan kasar. Ingatannya kembali ke masa lalu. Ia harus bisa mendapatkan simpati Claudya. Perasaan bersalah semakin dalam setelah tahu apa yang dialami oleh Claudya.

"Apakah teman nak Jona, itu ....?" terka umi Nissa jika teman Jona lah pemilik helm itu.

"Oh, bukan umi, bukan. Dia mendapatkan helm itu dari pasar loak. Dia membelinya di sana."

Jika satu kebohongan mulai kau ucapkan maka kebohongan yang lain pun akan ikut tercipta.

Umi Nissa dan ustaz Yusuf bisa bernapas lega karena helm itu tidak ada hubungannya dengan Jona, itu menurut mereka.

"Jika nak Jona berkenan, jangan sampai Claudya melihat helm itu lagi. Kami tidak menyuruh nak Jona membuang helm itu. Hanya saja tidak di depan Claudya."

"Baiklah, Ustaz jika itu demi kebaikan."

"Saya harap nak Jona mengerti." Umi Nissa menimpali.

"Kalau sudah tidak ada yang perlu dibicarakan saya permisi dulu mau melanjutkan ekskulnya kasihan anak-anak pasti sudah lama menunggu," ucap Jona seraya bangkit dari duduknya.

"Silahkan, nak Jo, kami sudah selesai."

Jona meninggalkan rumah ustaz Yusuf dengan perasaan gamang. Ia merasa tidak enak hati pada mereka. Terutama pada Claudya, tapi ia masih mau berusaha untuk mendekati Claudya dengan bertanggung jawab pada keluarganya.

Beberapa hari kemudian setelah kejadian Claudya pingsan itu, Jona sudah menyimpan rapat-rapat helm itu di tempat yang aman. Dia mencoba mendekati Claudya dengan lembut. Ia mengirimkan makanan kesukaan Claudya setiap hari.

Malam hari disaat semua orang terbuai di alam mimpi justru Jona masih termenung.

Alunan sebuah lagu mengalun merdu di telinganya menusuk relung hati Jona. Pemuda itu termenung menatap langit-langit kamarnya. Netranya berkabut menciptakan sebulir air mata yang menetes perlahan dari sudut matanya.

Pikiran Jona melayang beberapa tahun silam saat semua mengubah hidupnya.

Matahari terbit sebagai tanda berawal nya kehidupan baru, tapi kenyataannya masih banyak orang tenggelam dalam masa lalu yang kelabu.

Cahaya mentari pagi yang masuk melalui celah dinding rumah, telah mengusik tidur Rey. Suara indah nan merdu juga terdengar dari arah dapur. Ya, mereka adalah ibu dan adik perempuan Rey. Mereka lah hidup dan mati seorang Reynaldi Pratama. Dengan langkah gontai menuju toilet untuk membersihkan diri, sang Ibu memanggil.

"Rey, hari ini Ibu mau jualan ke pasar pagi. Jadi kamu bisa kan mengantar adikmu ke sekolah?"

"Yah, Bu, aku ada kerjaan hari ini."

"Halah kerja kamu kan cuma keluyuran,"

"Iya, iya!" sahut Rey dengan malas.

Setelah urusan di kamar mandi selesai, bergegas menuju kuda besi yang terpakir di sudut rumah. Lora sudah mengoceh tidak karuan.

"Bang, cepetan ... aku dah telat ini!" oceh Lora.

"Iya, bawel."

Di tengah jalan.

Mereka di hadang sekelompok preman dari kampung sebelah. Mereka ingin menuntut balas karena salah satu dari mereka terluka oleh pukulan yang dilayangkan Rey. Lora panik, bukan karena para preman itu melainkan ia akan terlambat ke sekolah. Hari ini ada ulangan yang sangat penting bagi Lora. Ia tidak khawatir akan nasib kakaknya itu. Lora yakin jika sang kakak bisa mengalahkan mereka semua.

"Bagaimana ini, Bang? Aku bisa telat kalau begini ...."

"Mau gimana lagi para kecoak ini menghadang kita. Biar abang semprot dulu mereka. Biar pada KO."

"Woi, Man! Untung loe lewat nitip Lora ya ke sekolah gue lagi sibuk, nih."

"Ashiaap!" ucap eman memberi isyarat hormat.

"Begini-ni kalo punya abang preman," ucap Lora menggerutu.

"Mereka banyak banget, mana gue gak ada persiapan lagi," batin Rey dengan memandang musuhnya satu persatu.

Mereka memegang senjata masing-masing, dan Rey hanya seorang diri. Sebenarnya Rey sangat jago bela diri tapi jika lawannya sekitar dua puluh orang, apa dia sanggup? Mereka mengepung dari seluruh penjuru. Salah satu dari mereka mencoba memukul kepala Rey beruntung Rey bisa menghindar.

Di tengah perkelahian, datang beberapa pengendara motor. Rey tersenyum dengan kedatangan mereka.

"Woi!!! berani main keroyokan sini hadapi kita!"

Tawuran antar preman kampung pun tak terelakkan. Semua warga desa tidak ada yang berani mendekat. Mereka tidak ingin menjadi korban kebrutalan para preman itu.

Tiba-tiba.

Dor! Dor! Dor!

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Cinta sang Mantan Napi   Nasib Claudia.

    “Kurung dia di atas, dan awasi jangan ia kabur.” titah Erlangga pada anak buahnya yang membawa Claudya.Hahahahaha …!!! tawanya membahana di seluruh rumah.Ia tertawa puas setelah berhasil menangkap dan melukai suaminya. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas. Pikiran liar terus menari di kepalanya.Pria itu melucuti semua pakaiannya dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sebelum itu ia sudah memerintahkan kepada ART nya untuk membersihkan Claudya.Senyum tak lepas dari bibir Erlangga. Ia masih membayangkan ia akan bergumul dengan Claudya sebentar lagi. Ia berendam dengan air hangat untuk bisa menaikkannya gairahnya.Lima belas menit kemudian ia keluar hanya menggunakan handuk. Dada bidangnya ia biarkan terekspos. Ia berjalan ke kamar di mana Claudya berada dengan menggenggam sebuah pil. Sebelum masuk Erlangga sudah meminta segelas air dan memasukkan pil tersebut.“Air … air … ,” lirih Claudya yang masih belum membuka kedua matanya.Tanpa pikir panjang Erlangga menuangkan se

  • Cinta sang Mantan Napi   Reza

    Sementara itu di rumah sakit. Rey segera dilarikan ke ruang operasi karena mengalami luka yang cukup serius di kepalanya. Riana mondar mandir di depan bersama Candra. Pandangannya selalu melihat ke arah lampu indikator ruang operasi menunggu dokter ke luar dari sana.“Siapa yang berani berbuat sekeji ini?” gumam Riana. Candra yang mendengar itu pun mendekati Riana.“Ri, sebenarnya sebelum kejadian ini tadi malam, Rey sudah cerita. Jika keluarganya sedang dalam bahaya. Teror selalu menghantui mereka setiap saat. Bahkan kemarin Claudya sempat hampir kehilangan nyawa jika tak di tolong oleh pengawalnya.”“Ya ampun, kenapa mereka tidak menceritakan hal seserius ini padaku.”“Mungkin mereka tidak mau membuatmu cemas, Ri.”“Jadi siapa yang melakukan hal serendah ini?” “Dari keterangan Rey, mereka adalah Erick dan Erlangga. Mantan kekasih dan lawan bisnis Claudya.”“Sudah ku duga, di dunia ini tidak ada yang sekeji Erick.”Setelah beberapa jam menunggu akhirnya lampu indikator pun padam. Se

  • Cinta sang Mantan Napi   pria bertopeng

    Mendengar kegaduhan dari dalam kamarnya. Jona berteriak memanggil semua pengawalnya. Tapi, nihil tak satu orang pun yang datang dan mendengar teriakannya. Rey pun bergegas mendorong kursi rodanya secepat yang ia bisa menuju ke arah kamarnya dan Claudya.Di sana terlihat beberapa orang tengah menyeret Claudya. Mereka semua bertopeng dan menggunakan pakaian serba hitam. Rey yang melihat itu tak tinggal diam.Walaupun dengan kekurangannya ia dengan sigap menarik baju salah satu orang bertopeng itu dari belakang. Lalu secara spontan melayangkan bogem mentah ke dagu pria itu hingga ia tersungkur. Sementara Claudya masih di bawa oleh pria bertopeng lainnya. Melewati halaman rumah untuk menuju mobil yang sudah terparkir di depan pagar rumah megah itu. Claudya hanya bisa berteriak histeris dan meronta minta di lepaskanDia hanya bisa menangis mengingat tubuhnya masih lemah karena kejadian yang menimpanya kemarin. Jona segera menyusul mereka, dan …BUUUK!!! Seseorang memukul kepala Jona dar

  • Cinta sang Mantan Napi   Kaki palsu

    Keadaan Claudya tidak sedang baik-baik saja. Wanita itu pingsan sesaat mereka masuk ke dalam mobil. Setelah terbebas dari para penyerang itu sinyal komunikasi kembali normal. Alex pun segera menghubungi Jona.pria sangat panik begitu mendengar kabar Alex. Ia segera menghubungi dokter untuk segera datang ke rumah. Jona tak ingin mengambil resiko jika membawa Claudya ke rumah sakit umum.Sesampainya di rumah, dengan sigap menyuruh anak buahnya untuk segera membawa Claudya ke dalam kamar yang sudah di tunggu oleh dokter.Alisha yang mendengar jika sang Ibu sudah pulang segera berlari menghampiri Claudya. Tapi, Jona mencegahnya untuk menemui Claudya. Ia tak ingin anaknya melihat keadaan ibunya yang tidak baik-baik saja itu.“Alisha sayang, malam ini Alisha tidur sama papa, ya! Mama sedang tidak enak badan. Biarkan mama istirahat dulu, ya!” ucap Jona seraya mengusap lembut kepala Alisha yang berada di pangkuannya.“Tapi, Pa ….” Alisha ingin protes sebelum Jona mendaratkan ciumannya di pipi

  • Cinta sang Mantan Napi   Penyerangan

    Di ruang rapat mereka semua berwajah tegang, pucat nan pias. Para dewan direksi sudah duduk di kursi mereka masing-masing. Dan Claudya memimpin jalannya rapat.“Bagaimana ini bisa terjadi, bu Claudya?” ucap salah satunya.“Saya sedang berusaha mencari tahu dan menyelesaikan masala ini secepatnya.” Jawab Claudya dengan tenang. “Jika kau tak becus mengurus perusahaan ini silahkan mundur dari jabatanmu dari sekarang.” Suasana begitu riuh di ruang rapat. Mereka saling berbisik-bisik. Sebenarnya ini baru pertama kalinya dalam kemimpinan Claudya mengalami hal seperti ini.“Aku berjanji jika masalah ini akan cepat teratasi. Dan perusahaan tidak akan mengalami kerugian. Rapat selesai. Permisi!”Claudya pulang bersama dua pengawalnya. Ia duduk di belakang supir. Claudya mengotak-atik ponselnya guna mencari makanan yang enak untuk dibawa pulang.“Hmm … , sebelum kita pulang mampir dulu ke --,” BRAAAK!Ucapan Claudya terpotong saat mobil mereka dihantam dengan keras dari belakang. Tubuh Claud

  • Cinta sang Mantan Napi   surat ancaman

    “Brengsek, kau Erlangga!” hardik Claudya sambil mengepalkan kedua tangannya.“Ia salah memilih orang, jika ingin bermain-main. Dia belum tahu siapa Claudya sebenarnya.” imbuhnya.“Tenang Claudya sayang, jangan mengotori tanganmu dengan hal yang membahayakan dirimu. Biar mas yang membereskan semuanya.” Jona menenangkan Claudya dengan memegang kedua pipinya.“Tapi, Mas,” protes Claudya“A … ,” belum sempat Claudya angkat bicara Jona lebih dulu melumat bibir Claudya agar ia berhenti protes.Ulah pria itu membuat Claudya sulit bernapas. Ia melepas pagutannya pada Claudya dan menatapnya dengan lekat. Jaraknya hanya beberapa inci saja sehingga Claudya bisa merasakan nafas Jona dan penciumannya mencium aroma maskulin suaminya itu.Mereka saling pandang dalam beberapa menit. Claudya mendorong kursi roda Jona menuju singgasana pembaringan. Claudya mengerti apa yang diinginkan suaminya itu.Mereka duduk di tepi ranjang. Melanjutkan aktivitas yang tertunda. Perlahan Jona membaringkan Claudya, ia

  • Cinta sang Mantan Napi   Ulah Erlangga

    Semua orang terdiam. Mereka merasa bersalah. Dalam hal ini Hanah lah yang paling merasakan itu.“Sudahlah, sayang. Di acara bahagia ini kita gak usah bersedih-sedih. Lihat semua orang jadi bersedih dan merasa bersalah. Dan lihat juga itu Riana.” bisik Jona membesarkan hati istrinya. Ia mencoba membujuk Claudya sambil menunjuk Riana dengan dagunya.“Apa kamu juga tahu? Jika Riana juga menyukai Furqon? Berbesar hatilah, sayang. Mas tahu kalo kamu wanita yang tangguh.”Claudya memandangi wajah suaminya. Dan memandangi semua orang satu persatu. Ia juga jadi merasa bersalah membuat orang-orang yang menyayanginya ikut bersedih.Claudya menghembuskan napasnya dengan kasar. Ia mencoba mengontrol emosinya yang labil akhir-akhir ini.“Jadi Furqon, apa kamu udah mempersiapkan cincinnya?” tanya Claudya pada Furqon guna mencairkan suasana.Semua orang terpana dengan pertanyaan yang di lontarkan Claudya pada Furqon. Senyum menghiasi wajah-wajah mereka yang tadinya sendu.Furqon mengangkat wajahnya

  • Cinta sang Mantan Napi   Lamaran Riana

    Rapat berjalan cukup panas dan alot. Namun, pada akhirnya tender jatuh ke tangan Claudya. Erlangga murka pada Claudya. Ia tak terima jika harus kalah oleh seorang wanita. Ia akan membalas kekalahannya pada Claudya apapun resikonya."Ingat, ini belum berakhir, kamu jangan senang dulu," ujar Erlangga sesaat sebelum meninggalkan ruang rapat."Apa maksudnya itu, Bu?" tanya Lisa setelah Erlangga menghilang di balik pintu."Entahlah, udah gak perlu dipikirin. Ayo, kita pulang," ajak Claudya seraya melangkah menuju parkiran hotel.Dalam perjalanan menuju kantor Claudya menghubungi Jona untuk memastikan jika Alisha tiba di rumah dengan selamat."Hallo, assalamualaikum, Mas," salam Claudya sesaat setelah Jona mengangkat teleponnya."Wa'alaikum salam, sayang," jawab Jonq singkat."Mas, apa Alisha udah pulang? Di mana dia sekarang?" cerca Claudya yang tak sabar ingin mendengar suara anaknya."Tenang, sayang. Alisha lagi main-main, tuh di taman belakang sama Bi Sum.""Syukur kalo gitu. Oya, Mas k

  • Cinta sang Mantan Napi   Nyaris celaka

    “ya, kalo kamu memang yakin. Tapi, Mas mau tetap rumah kita dijaga oleh beberapa bodygard walaupun bukan dari pihak kepolisian. Mas gak mau ambil resiko. Mas gak mau peristiwa penculikan kamu itu terulang lagi. Terlebih lagi sekarang kita punya Alisha.” “Ok, nanti biar ku cari jasa pengamanan yang cukup mumpuni, Mas. Udah dulu ya, Assalamu’alaikum.” Claudya memutus sambungan telponnya.“Bun, itu sekolah Alisha udah keliatan,” celetuk Alisha sembari menunjuk ke depan dengan jari mungilnya.“Eh, anak Bunda pinter, udah tau letak sekolahnya.” puji Claudya seraya tangan kirinya membelai lembut pipi Alisha yang gembul.Mobil parkir tepat di depan sekolah PAUD ANNISA tempat Alisha bersekolah. Claudya dan Alisha turun dari mobil secara bersamaan. Pasangan Ibu dan anak itu berjalan beriringan dengan bergandeng tangan melangkah menuju ruang kelas bersama dengan para orang tua lainnya.Mobil yang membuntuti Claudya sejak ke luar rumahpun ikut berhenti. Ia mengabadikan setiap momen Claudya di s

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status