Share

Cinta si aldo
Cinta si aldo
Author: Irfan Maulana

Bab. 1

Bu ... apa ini? Kenapa banyak darah berceceran disini?" tanya Kril pada istrinya.

Kril terlihat sangat panik. Bagaimana tidak, dilihatnya banyak tetesan darah yang masih segar di lantai dapur rumahnya. Sementara itu, selai masih menunjukkan pukul 02:10 dini hari. Ini masih larut malam, bagaimana semua ini bisa ada di sini? Berbagai pertanyaan muncul di pikirannya. Terdiam. Menarik nafas dalam dan menghembuskannya dengan kasar. 

Perlahan, Istrinya pun keluar dari kamar mandi dengan santainya. Seolah ia tidak memulai pembukaan.

"Ya sudah, Yah. Bersihkan saja. Mungkin itu darah tikus yang dimakan kucing. Gak usah panik begitu!" 

"Tikus? Sejak kapan di rumah kita ada tikus?" Kril merasa sangat takjub dengan adanya darah ini.

Tanpa menjawab, dia langsung pergi ke dalam kamar dan meninggalkannya di dapur. Karena tidak ingin dilihat besok paginya, malam itu juga Kril segera bereskan. Tapi memang, entah kenapa belakangan ini banyak hal aneh terjadi di rumah ini.

Mulai dari beberapa bercak darah yang sering terlihat di setiap sudut rumah, Kril juga sering mendengar suara-suara aneh saat malam tiba. sangat menakutkan!

Belum lagi, beberapa orang di lingkungan rumahnya sering ditemukan meninggal dengan tiba-tiba saat pagi hari. Bahkan, sampai polisi kepolisian belum bisa menemukan siapa pun pembunuhnya. Karena memang, kematian mereka sangat tragis dan hampir tidak ada jejak pada mayatnya.

***

Beberapa menit setelahnya, Akhirnya Kril selesai darah dapur yang kotor karena bercak segar tersebut. Kemudian dia hendak pergi pergi ke kamar untuk melanjutkan tidur, karena besok pagi harus berangkat bekerja lebih cepat dari biasanya.

Sesampainya di kamar, dilihatnya Istri yang kini sudah tidur dengan sangat pulas. Seperti habis melakukan sesuatu yang sangat melelahkan. Akan tetapi bagi Kril, ini sesuatu yang aneh, karena saat siang istri pasti sibuk mengurus rumah dan anaknya.

 "Kasihan kamu. Love you sayang!" Kril mengusap-usap pucuk rambut istrinya dengan kehangatannya. Dengan seketika 'cup' Krill mencium kening istrinya, sebelum akhirnya terlelap kembali tidur menyusul Istrinya secara perlahan.

****

Di Pagi hari yang cerah dengan hembusan angin yang berhembus. Suara panggilan dengan guncangan terus menerus mengguncangkan tubuhnya. Sehingga dirinya merasa cukup risau dengan istri yang kini tengah membangunkannya. 

"Ayaaah... banguun. Ini sudah jam enam loh. Nanti kamu telat berangkat kerja."

Ya, begitulah istri dengan teriakannya yang selalu menyapa Krill di pagi hari, sarapan utama Krill dari sejak dulu. Seorang istri yang sudah biasa berteriak sembari sibuk memasak untuk belajar sebelum berangkat bekerja. Jika Krill tak kunjung bangun. Tapi begitulah sikap Istri yang selalu membuat Krill begitu mencintainya.

Di balik sikapnya yang cerewet dan keras kepala, ia adalah Istri yang sempurna bagi seorang Suami seperti Krill.

"Iya Bu. Ni ayah sudah bangun." Krill mengucek mata dengan jendela kamar yang sudah terbuka. sejuk dengan cerahnya pagi hari udara diri dari teriakan istri yang terus saja berteriak.

"Ya sudah, itu handuknya sudah taruh di kamar mandi. Air hangatnya juga sudah. ​​Mandi yang cepat. Bentar lagi Nayla bangun. Dia mau mandi juga!" ujarnya sambil menghidangkan masakan yang sudah matang di atas nakas meja makan. 

"Iyaa... sayaaang. Bawel ih!" Krill berlalu melewatinya segera ke kamar mandi.

"Apa, Yah? Barusan bilang ibu bawel?!"

"Tidak, Bu. Ayah bilang ibu supel. Rajin lagi," ucap Krill mengelak.

Selesai mandi. Krill langsung on nasi goreng yang telah tersedia di meja. Nasi biasa, tapi entah kenapa rasanya begitu nikmat. Mungkin karena seorang Istri yang memasaknya dengan cinta. Entahlah!

Pada jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 07.00. Hifni segera bersiap diri, berlalu pergi berangkat untuk bekerja. Sedangkan Istrinya, masih sibuk memandikan Nayla. Anak yang baru saja bangun dari tidurnya.

"Ayah berangkat, Bu. Assalamualaikum ...." ucap Krill setelah siap dengan pakaiannya yang rapi.

"Wa'alaikumsalam, Ayah. Hati-hati. Pulangnya jangan telat!" Teriakan istri dari kamar mandi.

Namun, baru saja keluar rumah. Krill melihat ada keramaian di ujung gang. menurutnya ini cukup aneh, apa gerangan yang terjadi? 

Perlahan, Krill melajukan langkahnya dengan sepeda motor yang dibawanya menuju ke sana. Semakin dekat, ternyata keramaian itu berasal dari rumah Pak Santoso.

Dia adalah salah satu tokoh di kampung ini. Keluarganya yang termasuk golongan orang kaya, cukup disegani.

Krill memarkirkan motor yang tak jauh dari rumah itu, kemudian mencari tahu dari beberapa orang yang ada di sana.

"Maaf, Pak. Ada apa ya? Kenapa ramai sekali?" tanya Krill heran kepada mereka yang sedang berada di sana.

"Istri Pak Santoso meninggal, sepertinya dibunuh," jawab Pak Adit salah satu dari mereka yang sedang melayat.

"Dibunuh? Siapa yang melakukannya, Pak?" tanya Krill yang mulai penasaran.

"Entah ... tadi pagi, anak Pak Santoso menemukan sudah berlumuran darah di teras rumah," terang Pak Adit girang.

"Astaghfirullah... jadi sudah lapor polisi?"

"Sudah, Pak. Mungkin Sedikit Lagi Datang,"

"Semakin pembunuhan kampung ini ya, Pak? Dalam, sudah dua orang meninggal mengenaskan. Tanpa diketahui penyebabnya," timpal pak Dhamir dengan Krill yang sedang berhadapan langsung dengan Mereka para tetangga sebagai pelayat atas meninggalnya memilih Pak Santoso.

"Iya, Pak. Entah apa yang akan terjadi lagi selanjutnya. Kita hanya bisa berdoa agar keluarga kita tidak menjadi korban selanjutnya," pungkas pak Adit yang tidak akan kalah dengan kejadian yang bisa terjadi lagi mengenai kejadian serupa.

"Ya Pak Kita harus lebih waspada lagi," tegas Pak Damir.

"Ya sudah, Pak. Saya mau berangkat bekerja dulu. Sudah terlambat," Krill berpamitan segera, setelah mengetahui fakta sebenarnya.

"Ya, Pak. Hati-hati," lanjut Pak Adit untuk mempersilahkannya untuk segera beranjak dari sana.

****

Lagi-lagi hal ini terjadi lagi. Dengan adanya kejadian-kejadian seperti ini, Krill sempatkan untuk pindah dari kampung ini. Akan tetapi, biaya beli rumah baru tidak sedikit. Apalagi dirinya harus menjual rumah terlebih dahulu. Tentu, itu mudah. 

Sakit setiap harinya. Lebih tepatnya pukul 17:35. Krill telah sampai kembali di rumah, setelah bekerja keras. Dilihatnya seorang istri sedang bermain di halaman dengan Nayla. Entahlah, hal ini, yang memberikan kebahagiaan tersendiri untuk Krill dengan seolah-olah semua rasa lelah setelah bekerja kini telah terobati.

"Assalamualaikum ... ayah pulang," sapa Krill terhadap mereka yang tengah asyik dengan kebersamaannya itu.

"Waalaikumsalam ... lihat Nay, Ayah sudah pulang," sambut istrinya diiringi dengan Nayla yang masih belajar berusaha mendekat ke arahnya. Dan pada saat itu juga, Krill menghabiskan waktu beberapa menit bercengkrama dengan mereka. Tawa dan kehangatan keluarga dengan keakrabannya, satu sama lain terlihat sangat gembira.

"Oh ya, Bu. Sudah dengar belum kejadian tadi pagi?" tanya Krill di sela kehangatan keluarga kecil yang tengah menonton itu.

"Iya, Yah. Soal Istri Pak Santoso yang meninggal secara misterius itu, kan?" timpalnya.

“Iya, Bu. Mengerikan!” 

"Biar saja, Yah. Lagian itu karma buat mereka yang terlalu sombong." celetuk sang istri yang membuat Krill semakin bingung.

"Sombong? Maksudnya, Bu?" tanya Krill dengan penuturannya yang Tidak Sulit. Apakah itu sikap yang baik ketika mendengar tetangganya meninggal? Seburuk apapun tetangga, baik jika mengungkit orang yang telah meninggal.

"Iya, Yah. Mereka menganggap harta mereka adalah segala-galanya. Jadi bisa menyenangkan siapapun dengan sesuka hati." merancang dengan lontaran yang seketika membuat Krill semakin bingung. 

Krill terdiam dan memperhatikan setiap perkataan istrinya. 

"Memang, mereka pernah mengatakan apa pada Ibu?"

"Bukan hanya ibu, Yah. Hampir semua warga pernah dihina oleh mereka." terangnya kembali. 

"Ya sudah, Bu. Mereka sedang dalam musibah. Tidak baik jika kita membicarakannya. Ya, sudah. ​​Ayah mau mandi dulu, setelah itu mau melayat ke sana." 

"Ya, Ayah." 

Krill segera berlalu meninggalkan istrinya yang menatapnya dalam.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status