Share

bab 2

Part 02

"Bu ... ayah berangkat dulu, ya."

"Iya ... Ayah."

Pukul 19.10.

Aku mulai melangkahkan kaki menuju rumah Pak Santoso. Malam ini adalah tahlilan malam pertama, yang biasanya diadakan sampai tiga malam di daerah kami. Sampai di sana, aku melihat sudah ada beberapa orang yang hadir. Kebanyakan dari mereka adalah tetangga dekat dan beberapa keluarga dari Almarhumah.

Setelah bersalaman dengan pelayat yang lain. Aku memilih duduk di halaman rumah yang sudah diberikan tenda, sebagai tempat duduk para pelayat. Masih. Mereka masih terus berbincang tentang kejadian aneh beberapa waktu belakangan di kampung ini.

Aku juga sempat mendengar, beberapa warga sering melihat sosok wanita misterius yang sering berjalan sendirian di tengah malam, sambil membawa sebilah belati.

"Bapak pernah melihatnya juga?" tanya salah seorang pria yang duduk tepat di sebelahku.

"Alhamdulilah belum, Pak. Saya hanya sering mendengar suara-suara aneh saat tengah malam. Namun, tidak pernah melihat sosok apapun."

"Sukurlah kalau begitu. Saya sendiri sudah hampir dua puluh lima tahun tinggal di kampung ini. Tetapi, baru sekarang merasakan hal aneh dan menakutkan."

"Ya, kita sama-sama berdoa saja, Pak. Agar pihak kepolisian segera memecahkan misteri ini. Sebelum ada korban lain yang berjatuhan. Kalau boleh tahu, seperti apa wanita yang sering terlihat melintas itu, Pak?"

Pria itu terdiam.

Terlihat, wajahnya seakan mengingat kejadian yang pernah ia alami dengan wanita itu. Kerutan diantara alisnya, menunjukkan jika ia sedang berpikir keras.

"Ada apa, Pak? Mengapa diam?"

"Sebenarnya saya takut jika mengingat kejadian malam itu. Rasanya, kejadian itu tak ingin terlihat lagi."

"Begitu menakutkan, 'kah?" tanyaku heran.

"Ya, Pak. Sangat menakutkan. Tapi nanti saja kita bicarakan. Sepertinya tahlilnya akan segera dimulai."

"Baik, Pak."

*****

Rumah Pak Santoso masih terlihat ramai oleh pihak kepolisian. Sementara, teras rumah yang menjadi tempat ditemukannya almarhum, masih diberi garis polisi.

Sementara, di sudut rumah lainnya Pak Santoso masih terlihat terus merenung seorang diri. Aku yakin, kejadian ini begitu membuatnya terpukul.

Apalagi, ia sudah hidup puluhan tahun dengan sang Istri yang kini harus pergi meninggalkannya, dengan tidak wajar. Entahlah, jika

Sementara, di sudut rumah lainnya Pak Santoso masih terlihat terus merenung seorang diri. Aku yakin, kejadian ini begitu membuatnya terpukul.

Apalagi, ia sudah hidup puluhan tahun dengan sang Istri yang kini harus pergi meninggalkannya, dengan tidak wajar. Entahlah, jika aku berada di posisinya bisa jadi akan melakukan hal yang sama.

.

Tahlilan pun selesai.

Satu persatu warga kembali pulang ke rumah masing-masing. Sedangkan aku, memilih kembali dengan pria yang tadi duduk di sebelah. Ya, aku ingin mengetahui apa yang tadi belum sempat ia ceritakan.

"Jadi ... bagaimana kejadian Bapak dengan wanita misterius itu?" tanyaku kembali, sembari berjalan menuju ke rumah.

"Saat itu, sekitar pukul 02.00 malam. Entah kenapa, saya begitu gelisah dan sulit tidur. Rasanya, hati ini tidak tenang tapi entah kenapa."

"Lalu, Pak?"

"Akhirnya, saya memilih untuk menonton televisi sendirian. Karena Istri dan Anak-anak sudah terlelap. Anehnya, mereka begitu nyenyak. Berbeda dengan saya. Baru beberapa saat menonton, terdengar teriakan seorang wanita minta tolong. Tapi entah dari mana."

"Suaranya jelas?"

"Jelas, Pak. Suara teriakan itu terdengar beberapa kali. Semakin lama semakin dekat. Sampai akhirnya terdengar teriakan panjang menyakitkan, dan suara itu hilang dengan seketika."

Hampir sama.

Hampir sama dengan yang pernah aku dengar dari rumah. Suara teriakan entah dari mana.

"Lalu, Pak?"

"Karena merasa penasaran, saya mencoba mengintip dari jendela dan melihat keadaan di luar. Anehnya, tidak ada apapun. Bahkan tidak ada seorang pun yang keluar dari rumah. Namun, saat hendak kembali ke kamar. Ada suara aneh yang terdengar diantara sunyinya malam."

"Suara apa, Pak?"

"Seperti suara seseorang yang sedang menyeret sesuatu. Suara itu berasal dari luar. Seketika saya melihat kembali dari jendela teras. Dan benar saja .... "

"Bapak melihatnya?"

"Ya, Pak. Saya melihat seorang wanita berambut panjang, sedang menyeret sesuatu dengan tangan sebelah memegang belati yang cukup besar. Anehnya, ia seperti mengetahui kalau saya sedang mengintip. Sorot matanya seketika menatap saya, dari balik rambut yang terurai hampir menutupi wajahnya."

"Apa yang ia seret, Pak?"

"Seorang wanita. Ia menyeret seorang wanita yang sepertinya sudah tak bernyawa. Bahkan, saat pagi hari saya masih melihat sedikit bercak darah yang tertinggal."

Mengerikan.

Seandainya aku ada di saat itu, sudah pasti juga merasakan ketakutan yang sama dengannya. Apalagi, saat itu tengah malam. Tidak ada siapapun.

**

"Lalu ... mengapa Bapak tidak berteriak dan meminta tolong?"

"Tidak, Pak. Itu bukan suatu tindakan yang benar. Karena menurut mitosnya, kita tidak boleh mengganggu 'dia'. Kalau tidak ingin keluarga kita diganggu."

"Bapak percaya itu?"

"Percaya atau tidak. Saya tidak ingin terjadi apapun kepada keluarga saya. Duluan, ya, Pak?"

"Oh, ya, Pak. Silakan."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status