Share

Bab 2

Author: Rona
Raisa berjalan menyusuri jalanan kota. Di tangannya tergenggam erat surat vonis kematian dari dokter.

"Jadi, maksudnya waktu yang tersisa untukku cuma sekitar 30 hari?"

"Maafkan kami, Bu Raisa."

Petir di siang bolong, ini bukan pertama kalinya Raisa merasakan hal itu. Keluarga Sutrisno berada di ambang kehancuran dan seluruh beban ada di pundaknya.

Saat itu, dia pernah merasa sangat tak berdaya. Dia menelepon Wira. Dia berpikir, walaupun hanya bertengkar dengannya, mungkin hatinya akan terasa lebih lega.

Namun, Wira menolak semua panggilannya. Sampai akhirnya merasa terganggu, pria itu mematikan ponselnya.

Kemunculannya kembali adalah saat dia membawa seorang model wanita muda, telanjang, tidur di ranjang pengantin mereka.

Raisa yang sedang dalam keputusasaan tidak pernah terlihat oleh Wira. Yang Wira lihat hanyalah wajah yang membuatnya muak.

Dengan sengaja, Wira mencium model itu dengan penuh gairah tepat di depan matanya. Air liur yang menghubungkan bibir mereka terasa seperti pisau yang menusuk mata Raisa.

"Gimana? Mau cerai, 'kan?"

Raisa memaksakan diri untuk tetap tenang dan melarikan diri dari kamar itu.

Di Kota Jarda, hampir semua orang tahu bahwa sejak kecil Raisa dan Wira tidak akur. Setiap kali bertemu, mereka pasti bertengkar.

Hampir semua orang juga percaya bahwa Raisa sangat membenci Wira, sama seperti Wira yang membenci dirinya.

Raisa menyentuh cincin di jari manisnya, cincin yang Wira berikan dengan terpaksa setelah menikah. Bahkan saat menyerahkan cincin itu, kotaknya dilemparkan ke wajahnya.

Awalnya, Raisa menyembunyikan perasaannya dengan sangat baik. Sampai akhirnya Wira memaksa dirinya untuk menjalankan kewajiban sebagai istri.

Di tengah momen itu saat Raisa mulai tersentuh, Wira tak sengaja menyentuh cincin di jarinya. Wira langsung tertawa keras. "Raisa, jangan-jangan kamu suka sama aku, makanya nggak mau cerai?"

"Kalau iya, mending kamu buang jauh-jauh pikiran itu. Aku nggak mungkin suka sama kamu, bahkan aku benci sama kamu!"

Tak ada kebencian yang datang tanpa sebab. Wira tak menyukai Raisa karena mereka sudah dijodohkan sejak lama. Karena perjodohan itu, cinta pertama Wira dipaksa pergi ke luar negeri.

Malam itu, Raisa menatap langit-langit kamar sampai pagi. Ibunya sudah tiada sejak dulu, tak ada yang mengajarkannya cara mempertahankan orang yang dia cintai. Saat masih kecil, satu-satunya cara yang dia tahu untuk membuat Wira memperhatikannya hanyalah dengan kata-kata tajam dan sikap keras kepala. Namun, setelah itu?

Raisa berkedip, matanya terasa kering. Getaran dari ponselnya memecah pikirannya yang kacau. Dia melirik layar, Wira sedang membagikan uang di grup.

[ Ada apa nih? Kamu lagi bahagia banget ya, Wira? ]

Wira tidak menjawab. Dia hanya mengirim foto tanda tangan pada formulir masa tenang perceraian. Satu gambar itu seperti bom, langsung menggegerkan semua orang di grup yang selama ini hanya diam-diam menonton.

[ Cerai? Raisa setuju? ]

[ Ini kabar paling baik tahun ini! Akhirnya kamu bisa lepas juga dari beban itu! ]

[ Pasti harus dirayain dong! Bukannya kamu pernah bilang setiap pulang dan lihat muka Raisa, kamu nggak bisa tidur? Nah, sekarang kamu bebas, ganti cewek setiap malam juga nggak ada yang protes! ]

[ Tapi, kalian nggak merasa aneh? Selama ini Wira tidur sama banyak model, Raisa juga masih tahan. Kenapa sekarang tiba-tiba nyerah? Jangan-jangan dia cuma main-main. Hati-hati, jangan sampai pas hari-H dia nggak muncul. Kalian nggak bakal bisa ambil akta cerai. ]

Ucapan itu membuat grup langsung hening.

Tak lama kemudian, telepon Raisa berdering.

"Raisa, jangan bilang kamu cuma main-main ya? Habis masa tenang, kamu benaran bakal datang buat ambil akta cerai, 'kan?"

Wajah Raisa yang pucat menyunggingkan senyuman kecil. Dengan suara lirih, dia menjawab, "Oh, memang aku lagi main-main. Wira, kamu bisa apa?"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta yang Dipaksakan Berakhir Tragis   Bab 25

    Melihat kondisi Wira saat ini, Yola sangat senang. Kalau saja boleh mengambil foto, dia pasti sudah memotret momen ini dan membakarnya untuk diperlihatkan kepada Raisa di alam sana.Sambil menatap Yola, Wira menjilat bibirnya yang kering dan pecah-pecah. "Tali merahnya mana?"Yola sama sekali tidak menyebut soal tali itu, hanya menunduk dan mengeluarkan sebuah buku catatan dari dalam tasnya. Mata Wira tak lepas dari setiap gerak-geriknya.Yola menempelkan buku catatan itu ke dinding kaca."Apa itu?" Wira bingung. Yang ingin dia lihat adalah tali merah, bukan buku.Yola tidak menjawab, hanya membuka buku itu dan memperlihatkannya. Begitu melihat isi halaman, mata Wira langsung membelalak.Setiap halaman, setiap baris, penuh dengan tulisan tangan yang tak rapi. Yola tak mengatakan apa-apa, tetapi Wira sudah tak mampu menahan getaran di bibirnya.Setelah waktu yang lama, Yola baru berkata, "Wira, surat yang kamu terima waktu itu bukan ditulis oleh Raisa. Kamu tentu nggak tahu gimana dia m

  • Cinta yang Dipaksakan Berakhir Tragis   Bab 24

    Wira perlahan mengangkat kepalanya. "Lebih baik apa?"Nada dingin dan tajam dari pertanyaannya membuat orang yang berbicara tadi seketika bungkam. Sorot matanya pun tampak ketakutan. Dia buru-buru bersembunyi di belakang.Melihat itu, Wira menyeringai sinis. "Kenapa? Nggak berani ngomong? Menyesal dulu nggak bawa anak haram itu pulang?"Ayahnya punya anak di luar nikah. Semua anggota keluarga besar tahu tentang ini, kecuali dirinya. Saat itu, dia hanya mengalami kecelakaan mobil dan kehilangan penglihatan, tetapi semua orang sudah berebut kekuasaan, ingin dia turun dari posisinya.Kalau bukan karena Raisa yang merawatnya dengan sepenuh hati, menemaninya melewati masa-masa kelam itu, mungkin dia sudah dimakan hidup-hidup oleh orang-orang ini.Pikiran itu langsung membuat dadanya sesak dan sakit. Melihat wajah mereka yang terkejut, seolah-olah tak percaya dia bisa tahu semua itu, ekspresi Wira semakin dingin dan kejam."Aku bukan cuma nggak akan kasih Grup Sutrisno ke kalian, tapi parasi

  • Cinta yang Dipaksakan Berakhir Tragis   Bab 23

    "Raisa, boleh aku membalaskan dendammu?" Suara Wira pelan.Begitu ucapan itu dilontarkan, dia mengangkat botol bir di atas meja dan menghantamkan botol itu ke kepalanya sendiri berulang kali. Darah langsung mengucur deras, membasahi kemeja putihnya.Kemudian, dia berbaring di sofa sambil memeluk foto kenangan Raisa. Tiba-tiba, ponsel berdering."Maaf, Pak Wira. Banyak orang yang menelepon untuk mengabari soal pencarian tali merah itu, tapi nggak ada satu pun yang berhasil menemukannya.""Ya ...." Wira memejamkan mata dalam kepedihan.Beberapa saat kemudian, dia menyuruh asistennya memesankan tiket pesawat. Kalau tidak bisa menemukannya, dia akan memintanya lagi. Tali merah yang sama persis, dari sumber yang sama.Beberapa jam kemudian, pesawat mendarat. Wira menempuh perjalanan sulit hingga tiba di kaki gunung. Kata warga sekitar, kuil itu berada di puncak gunung.Namun, hanya mereka yang benar-benar tulus dan memiliki niat suci yang akan diberi kesempatan untuk bertemu dengan sang gur

  • Cinta yang Dipaksakan Berakhir Tragis   Bab 22

    Ponsel Wira tiba-tiba menerima banyak pesan ucapan ulang tahun. Dia baru tersadar bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya.Dia seperti mesin yang rusak, otaknya berhenti bekerja. Jarinya menggulir layar tanpa sadar. Entah bagaimana, dia membuka pesan-pesan lama dari Raisa.[ 27 Mei 2024, pukul 00.00: Wira, selamat ulang tahun. ][ 27 Mei 2023, pukul 00.00: Wira, selamat ulang tahun. ][ 27 Mei 2022, pukul 00.00: Wira, selamat ulang tahun. ]....Tulisan-tulisan di layar ponsel itu seperti monster yang siap memangsanya. Seluruh tubuhnya menggigil hebat dan kesakitan, seolah-olah ada makhluk tak kasatmata yang mencabiknya.Ponsel terlepas dari tangannya dan terjatuh ke lantai dengan suara keras. Apakah Raisa terlalu memahami dirinya? Raisa tahu dirinya tidak akan pernah membaca pesan yang dikirimnya.Itu salahnya karena terlalu kejam. Dia bahkan tak pernah menyadari bahwa setiap tahun, Raisa adalah orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya.Dadanya terasa sakit. Dia

  • Cinta yang Dipaksakan Berakhir Tragis   Bab 21

    Wira mengurung Jennifer di vila itu. Dia menyita ponselnya, mengambil semua barang miliknya, dan tidak meninggalkan sedikit pun makanan di dalam.Meskipun Jennifer terus berteriak, Wira tetap mengunci pintu rapat-rapat dan pergi tanpa menoleh.Ponsel Wira hampir meledak karena terus-menerus dihubungi asistennya. Begitu dia mengangkat, suara lega langsung terdengar dari seberang. "Pak Wira, akhirnya Bapak angkat juga. Ada urusan penting yang harus segera Bapak tangani."Namun, Wira tidak menanggapi. Ekspresinya datar saat memberi perintah, "Belikan beberapa kotak bir, kirim ke rumahku."Tanpa menunggu jawaban, dia langsung mematikan telepon dan tak peduli lagi pada ponselnya.Jendela-jendela kamar ditutup rapat, tirai pun diturunkan hingga tak ada cahaya masuk. Wira memeluk bantal yang dulu digunakan Raisa, menghirup dalam-dalam aroma yang masih tertinggal.Namun, tak butuh waktu lama hingga dia menyadari bahkan aroma tubuh milik Raisa pun perlahan menghilang.Semua emosi yang selama in

  • Cinta yang Dipaksakan Berakhir Tragis   Bab 20

    Wira berjongkok, tampak hampa seolah-olah tubuhnya tak memiliki jiwa. Dengan hati-hati, dia mengeluarkan uang arwah dan melemparkannya ke dalam tungku pembakaran.Dia sangat ingin tahu di mana Raisa dimakamkan. Dia sangat merindukannya hingga tak bisa tidur semalaman.Dia bertanya kepada asistennya, tetapi si asisten memberitahunya bahwa kabar kematian Raisa datang dari sepucuk surat anonim.Dalam surat itu, ada foto Raisa saat mencabut identitas kependudukannya, juga salinan rekam medisnya. Satu-satunya informasi tentang makam hanyalah sebuah nisan dengan nama tertulis, tanpa alamat, tanpa lokasi. Asistennya tak tahu Raisa dikuburkan di mana.Wira seakan-akan disambar petir mendengar itu. Namun, tak lama kemudian, pikirannya tertuju pada Yola, wanita yang membalas dendam dengan kejam itu.Yola adalah sahabat Raisa, pasti tahu di mana Raisa dimakamkan. Bisa jadi Yola sendiri yang menguburkannya.Tanpa pikir panjang, Wira langsung meluncur ke rumah Yola. Namun, begitu sampai, dia malah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status