Home / Romansa / Cinta yang Diracik Takdir / Bab 3 - Gula dan Garam

Share

Bab 3 - Gula dan Garam

last update Last Updated: 2025-11-21 07:54:43

BAB 3

Keesokan harinya. Siska sudah bersiap untuk berangkat ke kantor. Sejak subuh tadi, dia sudah menyiapkan sarapan sederhana untuk Evan, sekadar roti dan kopi, agar pria itu tidak lagi berteriak seperti kemarin.

Semalam, Siska sebenarnya menunggu Evan pulang. Bukan karena rindu, tetapi karena dia takut sendirian di apartemen baru itu. Lingkungan sekitar masih asing dan dia belum tahu bagaimana keamanan di kawasan tersebut. Tetapi hingga jam sepuluh malam, Evan tak kunjung datang. Akhirnya Siska menyerah dan memutuskan untuk tidur lebih dulu.

“Oke, aku sudah siap.” Siska menatap jam di pergelangan tangannya, memastikan tidak terlambat. “Aku harus berangkat sekarang.”

Baru saja ia keluar kamar, Evan juga muncul dari kamarnya. Pria itu sudah rapi dengan kemeja panjang dan rambut yang disisir klimis.

“Aku sudah buatkan kamu roti di meja makan dan juga kopi. Aku berangkat, ya!” seru Siska sambil bergegas menuju pintu. Tetapi baru dua langkah, ia berhenti, berbalik, lalu berlari kecil ke arah Evan dan meraih tangan pria itu untuk diciumnya.

“Lupa salim,” ujarnya sambil menyengir malu. “Aku pergi, ya!” serunya kembali.

Evan hanya berdiri terpaku.

Beberapa detik berlalu sebelum pria itu bisa bernapas normal kembali. “A-apa yang barusan dia lakukan?” gumamnya, masih tak percaya.

Evan menghela napas pelan. “Wanita itu … benar-benar aneh. Tapi di balik keterpaksaan pernikahan ini, setidaknya Siska masih tahu sopan santun.”

Evan berjalan ke meja makan. Benar saja, di sana sudah ada sepiring roti dan secangkir kopi hitam. Ia menatapnya ragu. “Ini tidak bikin sakit perut, kan?”

Demi menghargai usaha Siska, ia tetap duduk dan mulai menyantap rotinya.

“Lumayan,” ujarnya pelan setelah mengunyah sepotong. “Akan lebih nikmat kalau dipanggang.”

Merasa aman-aman saja, Evan kemudian menyeruput kopi buatan Siska. Tetapi baru satu teguk, wajahnya langsung berubah drastis. Ia menahan batuk dan buru-buru menyemburkan kopi itu ke wastafel terdekat.

“Ya Tuhan … ini … ini asin?” serunya frustasi. “Dia nggak bisa bedain gula sama garam, apa?”

Evan mengusap wajahnya lelah. “Aku menyesal sudah memuji rotinya.”

***

Siska tiba di kantor dengan langkah mantap. Ia menarik napas panjang, menegakkan kepala dan berusaha tak peduli dengan tatapan orang-orang di sekitarnya. Sudah sejak pagi, ia tahu kalau banyak yang memperbincangkan dirinya. Berita tentang pernikahannya yang mendadak tersebar di mana-mana — televisi, media sosial, bahkan gosip antar karyawan. Tetapi Siska sudah menyiapkan mental. Hari ini dia harus tetap kuat, apapun yang terjadi.

Begitu sampai di lantai tiga, ia langsung menuju ruangan yang bertuliskan Wakil Direktur Operasional. Ruangan yang dulu menjadi kebanggaannya, hasil kerja keras bertahun-tahun. Tetapi hari ini, sesuatu terasa berbeda.

Begitu pintu terbuka, Siska langsung menemukan dua sosok yang sudah menunggunya di dalam: ayahnya, Heriawan, dan adiknya, Sesil. Keduanya menatap Siska dengan ekspresi dingin yang sudah sangat ia kenal.

Siska menghela napas panjang sebelum membuka suara. “Kenapa Papa dan Sesil ada di sini? Ada urusan penting?” tanyanya tenang, meski dadanya mulai berdegup kencang.

Sesil, yang duduk santai di kursi kerjanya — ya, di kursi yang biasanya diduduki Siska tersenyum puas. “Mulai hari ini, aku yang menempati kursi ini, Kak.”

Siska berhenti melangkah. “Apa maksudmu?”

“Mulai hari ini, aku yang menjabat sebagai Wakil Direktur Operasional,” jawab Sesil dengan nada manja tapi menusuk. “Papa sudah tanda tangan surat keputusan tadi pagi.”

Siska menatap ayahnya tak percaya. “Papa serius?”

Heriawan menautkan jemarinya di atas meja. “Ya. Sesil punya kemampuan yang lebih cocok di posisi ini. Kamu akan kami pindahkan ke bagian Divisi Produksi dan Kualitas untuk sementara waktu.”

Divisi Produksi? Itu berarti Siska harus turun langsung ke pabrik — bagian paling sibuk dan paling melelahkan dari seluruh rantai kerja.

Siska mencoba tetap tenang. “Kalau begitu, boleh aku minta dipindahkan ke Divisi Desain Produk saja, Pa? Papa tahu sendiri aku lebih paham di situ. Aku bahkan yang mendesain koleksi sportwear musim lalu—”

“Tidak bisa!” Sesil langsung memotong dengan suara nyaring. “Papa dan Mama sudah bilang, mereka tidak suka kalau Kakak terlibat di bagian desain. Itu bukan bidangmu.”

“Tapi—”

“Sudahlah,” potong Heriawan tegas, seolah tak ingin mendengar pembelaan apa pun. “Terima saja keputusan ini.”

Siska menarik napas panjang, menahan air mata yang hampir pecah.

Dulu, ketika ia masih kuliah seni rupa, Heriawan memaksanya pindah jurusan bisnis agar bisa membantu di perusahaan keluarga: HeriSport Apparel, perusahaan besar yang memproduksi pakaian olahraga. Meski awalnya ia menolak, akhirnya Siska menyerah demi menyenangkan orang tua. Tetapi sampai sekarang, hasil kerja kerasnya tidak pernah diakui. Sekarang, jabatan yang ia perjuangkan bertahun-tahun diambil begitu saja, bahkan oleh adiknya sendiri.

Ya Allah … aku pengin resign saja. Tapi kalau keluar, aku dapat uang dari mana? Semua fasilitas udah dicabut. Tabunganku juga tinggal sedikit. Aku nggak mungkin bilang ke Evan kalau aku udah nggak punya apa-apa.

Siska hanya bisa menghela napas dan keluar dari ruangan tanpa menatap siapa pun lagi.

***

Sore harinya, Siska sudah berada di supermarket dekat apartemen. Wajahnya masih terlihat murung, tetapi semangat kecil mulai tumbuh ketika ia mendorong troli melewati deretan rak bahan makanan.

Dia memutuskan untuk belajar memasak sungguhan. Kalau perlu, dia akan memaksa Evan untuk menjadi guru dadakan. Setidaknya dengan begitu, dia bisa merasa berguna, meski hanya sebagai istri yang baik.

Setelah mengambil ayam, udang, dan ikan, langkahnya berhenti di bagian sayuran. Matanya menatap kosong ke arah rak yang dipenuhi warna hijau.

“Evan suka makan sayur apa, ya?” gumamnya bingung. Ia berdiri cukup lama di situ, menatap sayur kangkung dan bayam seperti menatap soal ujian matematika.

“Halo, maaf … apa kamu butuh bantuan?” Suara lembut seseorang mengejutkannya.

Siska menoleh. Seorang wanita berhijab berdiri di sampingnya, membawa keranjang belanja. Wajahnya lembut dan senyumnya menenangkan.

“Hah? Oh, iya. Aku … aku cuma bingung mau beli sayur apa,” jawab Siska kikuk. “Aku nggak tahu suamiku suka makan apa.”

Wanita itu tersenyum ramah. “Kalau begitu, pilih saja yang umum disukai banyak orang. Tumis kangkung, capcay, atau sop ayam, itu aman kok.”

Siska ikut tersenyum malu. “Iya juga, ya. Aku Siska, by the way.”

Wanita itu mengulurkan tangan. “Fatin Alesha. Senang kenal kamu.”

Siska membalas jabat tangan itu dengan tulus, lalu dalam hati bergumam pelan. “Cantik sekali orang ini … adem banget auranya.”

Mungkin pertemuan ini bukan kebetulan. Mungkin Fatin akan jadi seseorang yang berarti di kehidupannya nanti.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta yang Diracik Takdir    Bab 5 - Bukan Sekedar Bisnis

    BAB 5Langit masih tampak gelap ketika Siska sudah sibuk di dapur. Semalam, sebelum tidur, ia kembali membuka tutorial “Resep Nasi Goreng Enak dan Simpel.” Kali ini, tekadnya bulat. “Aku pasti bisa!” serunya semangat sambil mengikat rambut tinggi-tinggi dan mengenakan celemek coklat tua.Wajahnya terlihat serius saat memotong bahan-bahan sederhana. Aroma bawang goreng mulai memenuhi dapur dan senyum kecil terbit di wajahnya. Siska menatap nasi goreng yang kini mulai berwarna kecoklatan. Ia mengambil sendok, meniup pelan, lalu mencicipinya.“Masya Allah … ini enak!” serunya antusias, menggeleng tak percaya. Akhirnya, nasi goreng buatannya bisa dimakan manusia juga. Ia teringat dulu, saat beberapa kali belajar di rumah Andin, hasilnya malah bikin kucing minggat karena rasanya amburadul. Tetapi pagi ini, Siska merasa bangga pada dirinya sendiri.“Semoga saja dia menyukainya,” ucapnya lirih, menata piring nasi goreng di meja makan dengan tambahan hiasan sederhana di atasnya. Ia tersenyum

  • Cinta yang Diracik Takdir    Bab 4 - Membakar Dapur

    BAB 4 “Aku harus mulai dari mana nih?” gumam Siska serius memperhatikan bahan-bahan makanan yang telah ia pilih. Ada ikan untuk lauk, bahan sup untuk sayur dan jagung manis untuk rencana membuat perkedel. Tetapi belum juga mulai, Siska sudah meringis pelan sambil menjambak ujung rambut panjangnya.“Aku menyesal dulu nggak pernah masuk dapur,” keluhnya penuh penyesalan.“Oke, Siska, jangan menyerah sebelum berperang. Sekarang zaman sudah serba canggih. Orang yang nggak bisa masak pun bisa jadi jago dengan bantuan si Tubtub. Ayo, semangat, cayo!” ujarnya sambil mengangkat kedua tangan tinggi-tinggi, kemudian membuka ponselnya. Aplikasi video tutorial memasak jadi penyelamatnya hari ini.Dulu, di rumahnya, Siska hanya sekali menginjak dapur — waktu mencoba membuat nasi goreng. Tetapi gara-gara satu piring pecah, Ibu tirinya, Bu Sesil, memarahinya habis-habisan. Sejak itu, ia dilarang masuk dapur lagi. Semua sudah disiapkan untuknya, tanpa pernah boleh menyentuh apapun.“Sekarang aku beb

  • Cinta yang Diracik Takdir    Bab 3 - Gula dan Garam

    BAB 3Keesokan harinya. Siska sudah bersiap untuk berangkat ke kantor. Sejak subuh tadi, dia sudah menyiapkan sarapan sederhana untuk Evan, sekadar roti dan kopi, agar pria itu tidak lagi berteriak seperti kemarin.Semalam, Siska sebenarnya menunggu Evan pulang. Bukan karena rindu, tetapi karena dia takut sendirian di apartemen baru itu. Lingkungan sekitar masih asing dan dia belum tahu bagaimana keamanan di kawasan tersebut. Tetapi hingga jam sepuluh malam, Evan tak kunjung datang. Akhirnya Siska menyerah dan memutuskan untuk tidur lebih dulu.“Oke, aku sudah siap.” Siska menatap jam di pergelangan tangannya, memastikan tidak terlambat. “Aku harus berangkat sekarang.”Baru saja ia keluar kamar, Evan juga muncul dari kamarnya. Pria itu sudah rapi dengan kemeja panjang dan rambut yang disisir klimis.“Aku sudah buatkan kamu roti di meja makan dan juga kopi. Aku berangkat, ya!” seru Siska sambil bergegas menuju pintu. Tetapi baru dua langkah, ia berhenti, berbalik, lalu berlari kecil ke

  • Cinta yang Diracik Takdir    Bab 2 - Tinggal Bersama

    BAB 2 Malam telah tiba. Di sebuah apartemen.“Kalau kau merasa apartemen ini terlalu kecil, lebih baik kau pulang ke rumah besarmu itu.” Suara tegas itu membuyarkan lamunan seorang wanita yang tengah menarik kopernya. Matanya berkeliling menatap sekitarnya.“Aku pikir apartemenmu ini cukup luas kalau hanya untuk kita berdua.” Wanita itu duduk di sofa dengan angkuh.“Siska, aku rasa kamu tahu kenapa kita menikah?” Ya, mereka adalah Evan dan Siska, pasangan pengantin baru yang menikah karena insiden pemergokan mereka di kamar hotel.Siska menoleh, menatap suaminya yang berdiri di dekat tangga. “Aku sangat tahu. Kamu tidak perlu mengatakannya berulang kali.”“Bagus. Ingat, kamu memang istriku, tapi kamu tidak berhak mengatur ataupun ikut campur dalam urusanku. Begitu pun aku terhadapmu.”Siska terdiam. Ekspresinya sulit terbaca ketika mendengar peringatan itu.“Kamarmu ada di dekat dapur. Semua urusan rumah tangga kamu yang urus. Aku tidak suka ada orang lain di rumahku.” Usai berkata

  • Cinta yang Diracik Takdir    Bab 1 - Jebakan Siska

    BAB 1Pesta meriah telah dimulai. Siska telah berada di atas panggung setelah namanya dipanggil. Ia memberikan sepatah dua patah kata, baik tentang kariernya maupun tentang keinginannya di usianya yang telah menginjak 28 tahun.Tidak hanya itu, Siska sempat menyebut nama Vero dan memujinya sebagai kolega terbaiknya. Hal itu sontak membuat semua tamu undangan bersorak. Tidak sedikit juga yang ingin menjodohkan mereka tanpa tahu status Vero yang sebenarnya.“Sial!” seru Vero tertahan. Besok pasti banyak berita yang beredar, baik mengenai kerja samanya dengan perusahaan itu maupun tentang perjodohan dadakan antara dirinya dan Siska.“Sepertinya hidupmu tambah rumit, Bro.” Evan datang tiba-tiba dari belakang dan langsung merangkul Vero.“Diam kamu!” Pria yang mengenakan kemeja biru navy itu menyikut pelan perut Evan.“Bagaimana kamu bisa masuk?” tegur Max. Di luar sana penjagaannya sangat ketat. Bagi yang tidak memiliki undangan, tentu saja tidak diperbolehkan masuk ke pesta ini.“Aku ter

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status