Share

Cinta yang Kukira Abadi, Ternyata Ilusi
Cinta yang Kukira Abadi, Ternyata Ilusi
Penulis: Safura

Bab 1

Penulis: Safura
Aku merapikan buku catatan itu, mengganti pakaian, lalu pergi menjemput Zeon pulang kerja. Kami sudah beberapa hari tidak bertemu. Katanya, dia sedang sangat sibuk di kantor. Aku berpikir, bagaimana pun keadaannya, aku harus memberinya kesempatan untuk menjelaskan.

Begitu sampai di taman bawah gedung kantornya, dua sosok yang sangat kukenal sedang bersandar di depan mobil. Mataku seketika membelalak tajam.

Seorang anak magang bernama Kimmy berdiri dengan pipi memerah dan berjinjit untuk mencium sudut bibir Zeon. Zeon malah menarik Kimmy mendekat, lalu memperdalam ciuman itu.

Aku melangkah mendekat dengan pikiran yang tidak fokus. "Gimana kalau tas ini dikasih ke Kak Valen saja? Tiap kali ngasih dia barang bonus terus, rasanya nggak enak," ucap Kimmy manja sambil melingkarkan tangan di pinggang Zeon.

Zeon mengusap hidung Kimmy dengan penuh sayang dan berkata dengan suara lembut, "Kamu begitu pengertian, mana tega aku ngecewain kamu?"

Dari dalam kantong belanja yang dipegangnya, ujung sebuah tas menyembul keluar. Dilihat sekilas saja, aku langsung tahu bahwa itu adalah tas favoritku.

Tas itu tidak dijual di dalam negeri. Aku sudah membujuk Zeon berkali-kali, tapi dia selalu mencari-cari alasan untuk menolak. Akhirnya, dia hanya memberiku versi murah dari merek yang sama. Kelihatannya, tas yang dihadiahkan untukku itu cuma barang pelengkap.

Mataku mulai berkaca-kaca dan langit pun perlahan menurunkan salju. Ini adalah salju pertama tahun ini. Aku mendongak. Salju jatuh ke mataku dan membuat mataku terasa perih hingga meneteskan air mata.

Entah Zeon masih ingat tidak dengan janjinya padaku.

Aku mengeluarkan ponsel dan meneleponnya. "Turun salju, nih. Bukannya waktu itu kamu bilang bakal menemaniku lihat salju pertama setiap tahun?"

"Aku sudah reservasi restoran, kamu kapan pulang?" Aku menenangkan suaraku yang gemetaran dan mataku memperhatikan setiap gerak-geriknya tanpa berkedip sedikit pun.

Dia perlahan mendorong Kimmy, lalu berjalan ke samping untuk menjauh. "Oke, aku segera pulang. Tunggu aku, ya."

Aku mengembuskan napas lega, tapi dadaku terasa sangat sakit. Begitu sambungan telepon diputus, kulihat Zeon membisikkan sesuatu ke telinga Kimmy. Mata gadis itu langsung berkaca-kaca dan menatap Zeon dengan pandangan menyedihkan.

"Aku nggak mau apa-apa, semua hadiah itu bisa aku kasih ke Kak Valen. Aku cuma mau kamu. Jangan pergi, ya?" Setelah berkata demikian, Kimmy kembali berjinjit untuk memeluk dan mencium Zeon dalam-dalam.

Jantungku seolah berhenti berdetak. Detik berikutnya, ponselku bergetar menunjukkan pesan dari Zeon.

[ Masih ada urusan kantor, kamu makan sendiri dulu ya. Nanti aku bawain hadiah pulang. ]

Saat aku menoleh lagi, mereka berdua sudah masuk ke kursi belakang mobil. Aku terdiam sejenak. Dengan tangan gemetaran, aku memindahkan kamera dari anak tangga ke cabang pohon, lalu mengarahkannya ke mobil yang mulai berguncang dan merekamnya.

Kalau dipikir-pikir, rasanya menggelikan sekali. Mobil itu bahkan adalah maskawinku.

Aku tertawa miris dan memalingkan wajah karena tidak sanggup lagi melihatnya. Malam itu, Zeon tidak pulang. Dia juga tidak menemaniku melihat salju pertama.

Keesokan harinya menjelang siang, barulah dia menelepon, "Valen, aku udah reservasi restoran. Yuk, kita makan bareng."

Suaranya masih selembut biasanya. Aku sempat merasa bingung, seakan-akan semalam tak terjadi apa-apa. Saat aku keluar rumah setelah berganti pakaian, dia turun dari mobil dan membukakan pintu untukku dengan perhatian.

Aroma parfum yang pekat langsung menyeruak. Wanginya sangat mirip dengan aroma lilin aromaterapi yang diberikannya padaku beberapa hari lalu. Sepertinya itu juga cuma barang bonus.

Di kursi depan, ada seikat bunga dan sebuah kantong hadiah. Aku bisa langsung tahu bahwa bunga itu dibungkus dengan asal-asalan dari toko pinggiran dan kalung dalam kantong hadiah itu adalah bonus pembelian dari tas milik Kimmy.

Zeon membisikkan kata-kata manis di telingaku. "Maaf soal kemarin. Begitu kerjaan selesai, aku langsung pergi cari hadiah. Makanya aku pulang agak malam. Kamu nggak marah, 'kan?"

Zeon menundukkan kepala memandangku dengan sorot mata yang penuh rasa bersalah. Aku hanya tertawa, sinis, lalu menoleh dan pergi.

"Aku lagi nggak enak badan. Hari ini nggak usah pergi makan." Aku kedinginan selama berjam-jam semalam. Kepalaku berdenyut hebat. Namun, karena masih menyimpan harapan pada Zeon, aku tadi bahkan memaksakan diri bangun.

Aku meringkuk dalam selimut, tidak mau melihatnya sama sekali. Namun, dia tidak marah. Dia malah menyentuh dahiku, lalu menyelimuti tubuhku dengan hati-hati.

"Valen, kamu istirahat dulu ya. Aku keluar sebentar beli obat."

Aku tetap tidak menjawab dan dia hanya mengira aku sedang tidak enak badan. Dia pun memeluk dan menghiburku. Saat aku bangun lagi, pandanganku langsung bertemu dengan sorot mata Zeon yang dipenuhi kekhawatiran.

"Sudah mendingan belum? Ayo, bangun dulu makan sedikit. Aku masak bubur buat kamu."

Seperti biasa, Zeon tetap menunjukkan kelembutannya yang konsisten selama sepuluh tahun ini. Aktingnya begitu sempurna.

Saat aku bangun dengan perlahan, dia segera menyelipkan bantal di belakang punggungku dengan sigap. "Bubur talas. Bagus buat lambung," katanya lembut.

"Semua salahku. Kalau aku nggak terlalu sibuk belakangan ini, kamu pasti nggak sampai jatuh sakit."

Ada sedikit rasa bersalah di mata Zeon dan aku tahu, perasaan itu memang nyata. Akan tetapi, yang tersisa memang hanya rasa bersalah.

Aku tidak berkata apa-apa dan menghabiskan bubur itu diam-diam. Baru setelahnya, aku berkata dengan tenang, "Zeon, aku alergi talas."

Prang!

Mangkuk terjatuh ke lantai dan pecah berkeping-keping.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta yang Kukira Abadi, Ternyata Ilusi   Bab 8

    Aku terkejut melihat sosok yang berdiri di hadapanku. Dia benar-benar mengundang aktor utama dari drama yang sedang aku ikuti. Idolaku!Dengan senyum hangat, sang aktor maju dan mengangkat sebuah kue ulang tahun yang tampilannya agak kurang menarik. Sepertinya buatan tangan Zeon sendiri."Valen, selamat ulang tahun ya," ucap idolaku sambil tersenyum.Aku menoleh ke arah Zeon dengan wajah tak percaya. Dia menggaruk kepalanya dengan canggung, lalu berkata, "Aku lihat kamu lagi fans sama dia dan aku kebetulan kenal dia. Jadi, aku minta tolong supaya dia bisa datang ngerayain ulang tahunmu."Aku langsung menarik Zeon masuk ke rumah dan membanting pintu dengan keras, lalu menggerutu sambil menurunkan suara, "Kamu ini, setidaknya kasih kode biar aku sempat ganti baju!"Zeon tampak terkejut dengan reaksiku. Namun kemudian, dia tertawa lembut sambil mengusap kepalaku dengan sayang dan ikut menurunkan nada bicaranya, "Kalau begitu kamu ganti dulu, aku bawa dia turun sebentar."Karena kejutan in

  • Cinta yang Kukira Abadi, Ternyata Ilusi   Bab 7

    Padahal dulu dia bahkan tidak ingat simbol cinta dan cincin yang pernah dia berikan.Di bawah tatapan penuh harapnya, aku mencicipi pancake kentang yang dia buat. Rasanya lumayan. Sepertinya dia cukup sering memasak untuk Kimmy.Setelah makan, pertunjukan di teater dibatalkan karena salju terlalu lebat. Begitu mendengar kabar itu, Zeon senangnya bukan main. Dia sampai membersihkan meja kopi lebih dari sepuluh kali.Sambil mengelap, dia terus mengoceh, "Valen, nanti aku buatkan manusia salju untukmu. Bukannya kamu paling suka bermain salju? Aku akan seperti dulu lagi, membuat dua manusia salju yang sangat cantik untukmu!"Aku meringkuk di sofa dan menatap wajahnya yang riang tanpa berkata apa pun.Zeon salah ingat. Dia tidak pernah membuat manusia salju untukku sekali pun. Setiap tahun, akulah yang sendirian membuat dua manusia salju, sampai kedua tanganku memerah karena dingin. Lalu, aku meniup lilin ulang tahun sendirian dan diam-diam mendoakan sesuatu untuknya.Setiap kali, dia hanya

  • Cinta yang Kukira Abadi, Ternyata Ilusi   Bab 6

    Melihat wajah Kimmy yang dibasahi air mata dan ingus, aku malah tertawa.Semua ini jelas-jelas ulah Zeon, tapi semua tuduhan malah diarahkan padaku. Dari semua tuduhan itu, aku tahu jelas bahwa itulah isi hati Zeon yang sesungguhnya.Kimmy mengangkat jarinya dan menunjuk ke arah guruku sambil berteriak, "Kalian semua yang sama dia, semuanya wanita jahat!"Amarahku langsung meluap. Aku melangkah maju dan menamparnya dengan keras beberapa kali. Dia jatuh tersungkur ke tanah.Aku tidak akan terima jika dia menghinaku, apalagi sampai melibatkan orang lain.Salah satu sahabatnya naik pitam dan langsung menerjangku dan hendak membalas. "Justru yang nggak dicintai itu pelakor sesungguhnya, kamu nggak punya hak nyakitin dia!"Aku mengerahkan semua tenagaku untuk menamparnya dengan keras. Keduanya kini tergeletak di tanah, tanpa bisa mengatakan apa pun. Aku memandang mereka dengan tatapan dingin."Wanita bodoh. Omongan laki-laki semua kamu telan mentah-mentah. Ke mana otakmu, hah?"Kimmy memega

  • Cinta yang Kukira Abadi, Ternyata Ilusi   Bab 5

    Aku memutuskan untuk meneruskan kembali mimpi lamaku menjadi penari yang dulu sempat kulepaskan.Zeon adalah tipe pria yang sangat tidak punya rasa aman. Atas permintaannya, aku pernah rela meninggalkan satu-satunya hal yang benar-benar kusukai. Aku terus menemaninya dengan sepenuh hati.Namun, sekarang aku sadar bahwa dia sama sekali tidak pantas untuk pengorbanan itu.Awalnya, guruku enggan menemuiku. Jadi, aku menitipkan pesan lewat kepala pelayan dengan mengatakan bahwa aku datang untuk ikut kelas. Sesuai dugaan, dalam waktu kurang dari satu menit, guruku sendiri yang membukakan pintu. Selain itu, dia bahkan menatapku dengan enggan.Dulu, aku adalah murid kesayangannya. Saat aku berhenti menari demi Zeon, guruku marah besar dan bersumpah memutus hubungan denganku.Dia menuangkan segelas susu, lalu mulai mengomel tiada henti, "Dari dulu aku sudah bilang cowok kamu itu nggak bisa diandalkan, tapi kamu nggak percaya. Sekarang kamu baru nyadar, 'kan?""Aku kasih tahu ya, kerugian menta

  • Cinta yang Kukira Abadi, Ternyata Ilusi   Bab 4

    Ibu sebenarnya masih punya urusan lain sepulang dari luar negeri. Setelah memberi Zeon sedikit peringatan, dia pun pergi.Malam itu, ada jamuan makan malam besar antar perusahaan dan aku menghadirinya bersama Zeon.Sejak kecil aku sudah terbiasa dengan acara seperti ini, jadi mudah sekali bagiku untuk menghadapinya. Hanya saja, semua ini terasa tidak sepadan jika dilakukan untuk Zeon."Aku agak lelah, mau duduk di sana sebentar." Zeon agak terkejut, tapi tetap menunjukkan sikap lembutnya. Dia mengantarku ke sofa untuk beristirahat. Selain itu, dia juga menyiapkan air hangat dan memberiku selimut tipis sebelum pergi."Bu Valen beruntung sekali ya. Pak Zeon itu benar-benar lembut sampai bikin meleleh! Berbeda sekali sama suamiku. Bahkan seujung kukunya pun nggak bisa dibandingkan sama sekali!" ujar seorang wanita.Miyano belakangan ini memang sering mencoba mendekatiku karena kerja sama antara Keluarga Tanzar dan Zeon. Aku menatap ke kejauhan, lalu menyesap sampanye dengan santai dan ber

  • Cinta yang Kukira Abadi, Ternyata Ilusi   Bab 3

    'Dulu Valen selalu membalas pesan dalam hitungan detik. Akan tetapi, kenapa sekarang tiba-tiba berubah? Apa karena akhir-akhir ini aku terlalu baik padanya, jadi dia mulai besar kepala? Atau ... apakah Valen sama seperti keluarganya yang memandang rendah aku? Ya, pasti begitu.'"Nggak mau. Kamu saja yang minum. Sekalian keluar beliin aku makan." Lina langsung menghela napas lega. Semua orang sekarang tahu kalau Kimmy adalah kesayangan Zeon. Dia tidak sanggup menyinggungnya.Zeon mendengus kesal dan bergumam pelan, "Kalau kamu nggak cinta aku, masih banyak yang cinta."Setelah berpikir sejenak, dia pun mentransfer 400 juta ke Kimmy.Malam itu juga, setelah meminum sup ayam tersebut, Lina bolak-balik ke kamar mandi sebanyak 13 kali. Dia bersumpah, "Pasti ada pencahar di dalamnya! Ini hukuman buat Pak Zeon! Benaran deh, belum sempat nikmati berkatnya, malah dapat siksaan duluan."Setelah keluar dari rumah sakit, Zeon tidak pulang ke rumah. Seolah-olah sedang beradu emosi denganku.Aku tid

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status