Share

Bab 3

Penulis: Safura
'Dulu Valen selalu membalas pesan dalam hitungan detik. Akan tetapi, kenapa sekarang tiba-tiba berubah? Apa karena akhir-akhir ini aku terlalu baik padanya, jadi dia mulai besar kepala? Atau ... apakah Valen sama seperti keluarganya yang memandang rendah aku? Ya, pasti begitu.'

"Nggak mau. Kamu saja yang minum. Sekalian keluar beliin aku makan." Lina langsung menghela napas lega. Semua orang sekarang tahu kalau Kimmy adalah kesayangan Zeon. Dia tidak sanggup menyinggungnya.

Zeon mendengus kesal dan bergumam pelan, "Kalau kamu nggak cinta aku, masih banyak yang cinta."

Setelah berpikir sejenak, dia pun mentransfer 400 juta ke Kimmy.

Malam itu juga, setelah meminum sup ayam tersebut, Lina bolak-balik ke kamar mandi sebanyak 13 kali. Dia bersumpah, "Pasti ada pencahar di dalamnya! Ini hukuman buat Pak Zeon! Benaran deh, belum sempat nikmati berkatnya, malah dapat siksaan duluan."

Setelah keluar dari rumah sakit, Zeon tidak pulang ke rumah. Seolah-olah sedang beradu emosi denganku.

Aku tidak habis pikir, dia yang selingkuh dan aku masih punya niat baik membawakan sup ayam yang setengah basi untuknya. Lalu, apa haknya untuk marah padaku?

Di suatu siang yang cerah dan tenang, aku pergi ke bandara menjemput ibuku yang baru kembali dari luar negeri. Dia bilang, kali ini dia datang untuk membelaku.

Tak kusangka, saat menunggu di bandara, aku justru berpapasan dengan Kimmy yang berjalan dengan percaya diri memakai sepatu hak tinggi 10 sentimeter. Dia tersenyum manis, lalu sengaja menggulung lengan bajunya dan memperlihatkan tali merah di pergelangan tangannya.

"Kelihatan nggak asing? Ini tali merah yang dipakai Zeon selama lima tahun. Aku cuma bilang kepengen, dia langsung kasih begitu saja. Sahabat masa kecil seperti kamu, ternyata cuma segini doang nilainya."

"Dia bahkan transfer 400 juta buat aku jalan-jalan ke luar negeri untuk senang-senang."

Aku hanya tersenyum, lalu berkata pelan, "Kamu lupa, tali merah itu aslinya milikku."

Kimmy tertegun sejenak, tapi setelah beberapa detik, dia malah semakin senang.

"Terus kenapa? Zeon suka aku, nggak suka wanita tua sepertimu. Gelang itu? Dia kasih ke aku tanpa mikir sama sekali. Kalaupun aku buang, dia juga nggak bakal ngomel sedikit pun!"

Usai bicara, dia langsung melepas tali merah dari pergelangan tangannya dan melemparkannya ke tempat sampah di sampingnya.

Tepat saat itu, Ibu muncul di hadapanku. Aku malas berurusan dengan Kimmy lagi, jadi sambil berjalan aku berkata, "Aku nggak pernah jadi pelakor. Dunia kita beda. Semoga kamu berhasil, ya."

Suaraku cukup keras, sehingga beberapa orang di sekitar langsung melirik dengan penasaran. Wajah Kimmy memerah karena malu, tapi dia masih nekat berteriak, "Yang nggak dicintai itu justru yang jadi pelakor!"

Tak kusangka, Kimmy ternyata cukup gesit. Saat aku sedang makan, Zeon menelepon. Ini adalah telepon pertama darinya setelah setengah bulan perang dingin.

"Halo?" jawabku datar.

"Valen, Kimmy nyariin kamu, ya?" Suaranya terdengar hati-hati.

Aku tidak menjawab. Dia pun melanjutkan dengan cepat, "Nggak ada apa pun antara aku dan dia. Aku cuma kasihan dan anggap dia seperti adik. Dia masih muda, kalau dia bikin kamu kesal, kamu maklumi saja, ya? Nanti aku akan ganti rugi ke kamu."

"Kita makan malam sama-sama, ya? Aku sudah reservasi restoran favorit kamu."

Aku berpikir sejenak, lalu berkata, "Sepertinya dia itu lebih tua sebulan dariku, deh."

"Terus, hubungan kita apa? Hubungan kalian apa? Kamu mau ganti rugi kasih aku karena dia?"

Di seberang sana, Zeon terdiam.

Berhubung aku menggunakan speaker, Ibu yang sedang menuang daging sapi ke dalam panci langsung memberi isyarat agar aku menyerahkan ponsel padanya.

"Valen itu dibesarkan dengan penuh kasih sayang. Kami nggak tega kalau dia harus mengalah sama orang lain. Kalau hidup sama kamu cuma bikin dia menderita, lebih baik aku bawa dia pulang saja."

Zeon diam selama tiga detik, lalu akhirnya bersuara canggung, "Ibu ...."

Nadanya terdengar agak memelas. "Kenapa Ibu pulang ke sini?"

Ibuku hanya tertawa sinis dan berkata, "Aku kangen sama Valen, sekalian mau lihat apakah ada wanita nggak tahu malu yang berani nindas anakku. Sudah ya, kami lagi makan hotpot. Lanjutkan saja urusanmu."

Tanpa basa-basi, Ibu langsung memutus sambungan telepon.

Sesampainya di rumah, mobil Zeon sudah terparkir rapi di tempat biasa. Dia membukakan pintu untuk Ibu dengan sopan, lalu mengambil semua barang bawaan tanpa diminta.

Begitu masuk ke rumah, dia menyapa Ibu dengan ramah, lalu segera menarikku ke samping dan bertanya, "Valen, cincin nikah kita ke mana? Aku sudah cari semalaman tapi nggak ketemu."

Cincin nikahnya mungkin sudah dijadikan mainan oleh Kimmy. Sedangkan milikku, sudah kucampakkan ke tempat sampah di saat dia membuang tali merah itu.

Aku melirik sekilas ke arah tempat sampah. "Sudah dibuang," jawabku datar.

Ekspresi Zeon langsung berubah panik. Dia menggenggam tanganku erat-erat dan berkata dengan kecewa, "Itu 'kan cincin nikah kita. Kenapa kamu bisa tega buang begitu saja?"

Aku balik bertanya, "Kalau begitu, ke mana cincinmu?" Dia refleks mengalihkan pandangan dan menghindari tatapanku.

Aku tertawa tipis, lalu melanjutkan, "Mana cincin nikah dan tali merahmu? Selama ada tali merah itu, cinta kita tetap ada. Bukannya kamu sendiri yang bilang itu?"

Wajah Zeon seketika pucat pasi. Aku menepis tanganku dengan pelan untuk melepaskan diri darinya. Mungkin, baru sekarang dia teringat akan semua itu.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta yang Kukira Abadi, Ternyata Ilusi   Bab 8

    Aku terkejut melihat sosok yang berdiri di hadapanku. Dia benar-benar mengundang aktor utama dari drama yang sedang aku ikuti. Idolaku!Dengan senyum hangat, sang aktor maju dan mengangkat sebuah kue ulang tahun yang tampilannya agak kurang menarik. Sepertinya buatan tangan Zeon sendiri."Valen, selamat ulang tahun ya," ucap idolaku sambil tersenyum.Aku menoleh ke arah Zeon dengan wajah tak percaya. Dia menggaruk kepalanya dengan canggung, lalu berkata, "Aku lihat kamu lagi fans sama dia dan aku kebetulan kenal dia. Jadi, aku minta tolong supaya dia bisa datang ngerayain ulang tahunmu."Aku langsung menarik Zeon masuk ke rumah dan membanting pintu dengan keras, lalu menggerutu sambil menurunkan suara, "Kamu ini, setidaknya kasih kode biar aku sempat ganti baju!"Zeon tampak terkejut dengan reaksiku. Namun kemudian, dia tertawa lembut sambil mengusap kepalaku dengan sayang dan ikut menurunkan nada bicaranya, "Kalau begitu kamu ganti dulu, aku bawa dia turun sebentar."Karena kejutan in

  • Cinta yang Kukira Abadi, Ternyata Ilusi   Bab 7

    Padahal dulu dia bahkan tidak ingat simbol cinta dan cincin yang pernah dia berikan.Di bawah tatapan penuh harapnya, aku mencicipi pancake kentang yang dia buat. Rasanya lumayan. Sepertinya dia cukup sering memasak untuk Kimmy.Setelah makan, pertunjukan di teater dibatalkan karena salju terlalu lebat. Begitu mendengar kabar itu, Zeon senangnya bukan main. Dia sampai membersihkan meja kopi lebih dari sepuluh kali.Sambil mengelap, dia terus mengoceh, "Valen, nanti aku buatkan manusia salju untukmu. Bukannya kamu paling suka bermain salju? Aku akan seperti dulu lagi, membuat dua manusia salju yang sangat cantik untukmu!"Aku meringkuk di sofa dan menatap wajahnya yang riang tanpa berkata apa pun.Zeon salah ingat. Dia tidak pernah membuat manusia salju untukku sekali pun. Setiap tahun, akulah yang sendirian membuat dua manusia salju, sampai kedua tanganku memerah karena dingin. Lalu, aku meniup lilin ulang tahun sendirian dan diam-diam mendoakan sesuatu untuknya.Setiap kali, dia hanya

  • Cinta yang Kukira Abadi, Ternyata Ilusi   Bab 6

    Melihat wajah Kimmy yang dibasahi air mata dan ingus, aku malah tertawa.Semua ini jelas-jelas ulah Zeon, tapi semua tuduhan malah diarahkan padaku. Dari semua tuduhan itu, aku tahu jelas bahwa itulah isi hati Zeon yang sesungguhnya.Kimmy mengangkat jarinya dan menunjuk ke arah guruku sambil berteriak, "Kalian semua yang sama dia, semuanya wanita jahat!"Amarahku langsung meluap. Aku melangkah maju dan menamparnya dengan keras beberapa kali. Dia jatuh tersungkur ke tanah.Aku tidak akan terima jika dia menghinaku, apalagi sampai melibatkan orang lain.Salah satu sahabatnya naik pitam dan langsung menerjangku dan hendak membalas. "Justru yang nggak dicintai itu pelakor sesungguhnya, kamu nggak punya hak nyakitin dia!"Aku mengerahkan semua tenagaku untuk menamparnya dengan keras. Keduanya kini tergeletak di tanah, tanpa bisa mengatakan apa pun. Aku memandang mereka dengan tatapan dingin."Wanita bodoh. Omongan laki-laki semua kamu telan mentah-mentah. Ke mana otakmu, hah?"Kimmy memega

  • Cinta yang Kukira Abadi, Ternyata Ilusi   Bab 5

    Aku memutuskan untuk meneruskan kembali mimpi lamaku menjadi penari yang dulu sempat kulepaskan.Zeon adalah tipe pria yang sangat tidak punya rasa aman. Atas permintaannya, aku pernah rela meninggalkan satu-satunya hal yang benar-benar kusukai. Aku terus menemaninya dengan sepenuh hati.Namun, sekarang aku sadar bahwa dia sama sekali tidak pantas untuk pengorbanan itu.Awalnya, guruku enggan menemuiku. Jadi, aku menitipkan pesan lewat kepala pelayan dengan mengatakan bahwa aku datang untuk ikut kelas. Sesuai dugaan, dalam waktu kurang dari satu menit, guruku sendiri yang membukakan pintu. Selain itu, dia bahkan menatapku dengan enggan.Dulu, aku adalah murid kesayangannya. Saat aku berhenti menari demi Zeon, guruku marah besar dan bersumpah memutus hubungan denganku.Dia menuangkan segelas susu, lalu mulai mengomel tiada henti, "Dari dulu aku sudah bilang cowok kamu itu nggak bisa diandalkan, tapi kamu nggak percaya. Sekarang kamu baru nyadar, 'kan?""Aku kasih tahu ya, kerugian menta

  • Cinta yang Kukira Abadi, Ternyata Ilusi   Bab 4

    Ibu sebenarnya masih punya urusan lain sepulang dari luar negeri. Setelah memberi Zeon sedikit peringatan, dia pun pergi.Malam itu, ada jamuan makan malam besar antar perusahaan dan aku menghadirinya bersama Zeon.Sejak kecil aku sudah terbiasa dengan acara seperti ini, jadi mudah sekali bagiku untuk menghadapinya. Hanya saja, semua ini terasa tidak sepadan jika dilakukan untuk Zeon."Aku agak lelah, mau duduk di sana sebentar." Zeon agak terkejut, tapi tetap menunjukkan sikap lembutnya. Dia mengantarku ke sofa untuk beristirahat. Selain itu, dia juga menyiapkan air hangat dan memberiku selimut tipis sebelum pergi."Bu Valen beruntung sekali ya. Pak Zeon itu benar-benar lembut sampai bikin meleleh! Berbeda sekali sama suamiku. Bahkan seujung kukunya pun nggak bisa dibandingkan sama sekali!" ujar seorang wanita.Miyano belakangan ini memang sering mencoba mendekatiku karena kerja sama antara Keluarga Tanzar dan Zeon. Aku menatap ke kejauhan, lalu menyesap sampanye dengan santai dan ber

  • Cinta yang Kukira Abadi, Ternyata Ilusi   Bab 3

    'Dulu Valen selalu membalas pesan dalam hitungan detik. Akan tetapi, kenapa sekarang tiba-tiba berubah? Apa karena akhir-akhir ini aku terlalu baik padanya, jadi dia mulai besar kepala? Atau ... apakah Valen sama seperti keluarganya yang memandang rendah aku? Ya, pasti begitu.'"Nggak mau. Kamu saja yang minum. Sekalian keluar beliin aku makan." Lina langsung menghela napas lega. Semua orang sekarang tahu kalau Kimmy adalah kesayangan Zeon. Dia tidak sanggup menyinggungnya.Zeon mendengus kesal dan bergumam pelan, "Kalau kamu nggak cinta aku, masih banyak yang cinta."Setelah berpikir sejenak, dia pun mentransfer 400 juta ke Kimmy.Malam itu juga, setelah meminum sup ayam tersebut, Lina bolak-balik ke kamar mandi sebanyak 13 kali. Dia bersumpah, "Pasti ada pencahar di dalamnya! Ini hukuman buat Pak Zeon! Benaran deh, belum sempat nikmati berkatnya, malah dapat siksaan duluan."Setelah keluar dari rumah sakit, Zeon tidak pulang ke rumah. Seolah-olah sedang beradu emosi denganku.Aku tid

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status