Share

Bab 2

Penulis: Safura
Zeon langsung panik dan buru-buru menjelaskan, "Aku ... aku terlalu khawatir karena kamu sakit. Di kulkas cuma ada talas. Semua ini salahku, aku sampai kehilangan akal karena cemas."

"Maaf ya, Valen. Sekarang aku antar kamu ke rumah sakit."

Aku menatapnya datar, tanpa berkata apa-apa. Hingga akhirnya, dua pesan masuk ke ponselku.

[ Bubur talas itu pasti sudah kamu makan, 'kan? Ya, kamu secinta itu sama Zeon, bahkan kalau alergi pun pasti kamu tetap makan. ]

[ Terus terang saja, bubur talas itu kesukaanku. Zeon sudah kebiasaan masakin itu buatku. Kamu nggak akan pernah menang dari aku. ]

Aku tertawa pelan. Pria baik-baik susah dicari, pria berengsek berseliweran di mana-mana. Siapa juga yang mau rebutan sama kamu?

Sejak hari itu, Zeon mulai jarang bertemu Kimmy. Hampir setiap malam, dia pulang ke rumah. Kadang bahkan dia sendiri yang turun tangan masak untukku.

Sementara itu, aku justru makin dingin terhadapnya. Aku baru tersenyum saat dia mengalihkan sebagian saham perusahaan ke namaku.

Perlahan-lahan, perusahaan mulai mengalami masalah. Zeon pun mulai kembali sering tak pulang malam.

Sampai akhirnya, aku menerima telepon dari sekretarisnya. "Bu, Pak Zeon pingsan di kantor. Sekarang dia dirawat di rumah sakit. Dia terus memanggil-manggil nama Ibu. Tolong datang sebentar, ya!"

Suara sang sekretaris terdengar cemas. Aku menyetujuinya, lalu berpikir sejenak.

Aku mengeluarkan sup ayam yang pernah dimasak Zeon seminggu lalu dari kulkas dan menghangatkannya, lalu menuangnya ke dalam termos makanan. Tidak sopan rasanya kalau menjenguk orang sakit tanpa membawa apa pun.

Namun begitu sampai di depan pintu kamar rawat, sekretaris yang tadi panik itu mendadak berubah. Bahkan, dia mengangkat tangan untuk menghalangiku masuk.

Aku agak heran, lalu sedikit memiringkan kepala dan bertanya, "Ada apa?"

Wajahnya memerah dan bingung mencari alasan. Padahal, dari kaca kecil di pintu itu, aku sudah melihat semuanya dengan jelas. Zeon sudah sadar dan Kimmy sedang memeluknya dengan erat.

Sahabat dekat Zeon berkata, "Kamu nggak tahu seberapa khawatirnya Kimmy sama kamu. Dia menangis sampai matanya bengkak. Aku saja nggak tega melihatnya."

Aku diam-diam mengeluarkan kamera dan mulai merekam.

Zeon tersenyum lembut sambil mengusap puncak kepala Kimmy dengan manja. "Aku nggak apa-apa. Sudah ya, jangan nangis."

Setelah bermesraan cukup lama, barulah keduanya berpisah. "Aku nggak peduli, kamu harus ganti rugi!" Kimmy mulai manja-manjaan lagi. "Kamu mau ganti rugi apa?" tanya Zeon.

Tatapan Kimmy turun perlahan dan berhenti pada pergelangan tangan kiri Zeon. Di tangannya terdapat seutas tali merah. Dengan ujung jarinya, Kimmy menunjuk sambil berkata, "Aku mau tali merah itu."

Jantungku langsung tercekat.

Itu adalah tali yang diminta Zeon dengan paksa dari tanganku saat melamarku. Itu milikku. Katanya dulu, tali itu adalah simbol cinta kami. Selama simbol itu ada, cinta kami juga akan tetap ada.

Namun detik berikutnya, Zeon hanya melirik sekilas, lalu melepaskannya begitu saja dari pergelangan tangannya dan menyerahkannya ke Kimmy. "Cuma barang murah begini. Kalau kamu suka, ambil saja. Nanti aku beliin kamu beberapa tas lagi, biar senang."

Kimmy menerimanya dengan gembira, meski tampak sedikit jijik saat menyimpannya ke dalam tasnya.

Aku menghapus air mata dan menelan anyir darah yang naik ke tenggorokanku, lalu menutup kembali kamera. Setelah itu, aku menyerahkan termos sup ke sekretaris, lalu pergi.

Setelah Kimmy meninggalkan rumah sakit, Zeon menatap kamar rawat yang terasa begitu kosong. Kemudian dia berkata, "Lina, tolong telepon Valen. Bilang aku di rumah sakit dan ingin minum sup yang dia masak sendiri."

Lina teringat pesan dari Kimmy sebelum pergi. Apa pun yang diberikan Valen untuk Zeon, dia harus mengatakan bahwa benda itu dibawakan oleh Kimmy. Dengan keringat dingin di pelipisnya, Lina masuk ke kamar rawat.

"Pak Zeon, kalau soal sup, di sini ada sup ayam buatan Nona Kimmy. Bagaimana menurut Bapak?"

Entah mengapa, hati Zeon mendadak terasa sesak dan gelisah. Sudah dua hari dia tidak pulang, juga tidak menelepon atau mengirimkan pesan pada Valen. Apa Valen benar-benar tidak khawatir sama sekali?
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta yang Kukira Abadi, Ternyata Ilusi   Bab 8

    Aku terkejut melihat sosok yang berdiri di hadapanku. Dia benar-benar mengundang aktor utama dari drama yang sedang aku ikuti. Idolaku!Dengan senyum hangat, sang aktor maju dan mengangkat sebuah kue ulang tahun yang tampilannya agak kurang menarik. Sepertinya buatan tangan Zeon sendiri."Valen, selamat ulang tahun ya," ucap idolaku sambil tersenyum.Aku menoleh ke arah Zeon dengan wajah tak percaya. Dia menggaruk kepalanya dengan canggung, lalu berkata, "Aku lihat kamu lagi fans sama dia dan aku kebetulan kenal dia. Jadi, aku minta tolong supaya dia bisa datang ngerayain ulang tahunmu."Aku langsung menarik Zeon masuk ke rumah dan membanting pintu dengan keras, lalu menggerutu sambil menurunkan suara, "Kamu ini, setidaknya kasih kode biar aku sempat ganti baju!"Zeon tampak terkejut dengan reaksiku. Namun kemudian, dia tertawa lembut sambil mengusap kepalaku dengan sayang dan ikut menurunkan nada bicaranya, "Kalau begitu kamu ganti dulu, aku bawa dia turun sebentar."Karena kejutan in

  • Cinta yang Kukira Abadi, Ternyata Ilusi   Bab 7

    Padahal dulu dia bahkan tidak ingat simbol cinta dan cincin yang pernah dia berikan.Di bawah tatapan penuh harapnya, aku mencicipi pancake kentang yang dia buat. Rasanya lumayan. Sepertinya dia cukup sering memasak untuk Kimmy.Setelah makan, pertunjukan di teater dibatalkan karena salju terlalu lebat. Begitu mendengar kabar itu, Zeon senangnya bukan main. Dia sampai membersihkan meja kopi lebih dari sepuluh kali.Sambil mengelap, dia terus mengoceh, "Valen, nanti aku buatkan manusia salju untukmu. Bukannya kamu paling suka bermain salju? Aku akan seperti dulu lagi, membuat dua manusia salju yang sangat cantik untukmu!"Aku meringkuk di sofa dan menatap wajahnya yang riang tanpa berkata apa pun.Zeon salah ingat. Dia tidak pernah membuat manusia salju untukku sekali pun. Setiap tahun, akulah yang sendirian membuat dua manusia salju, sampai kedua tanganku memerah karena dingin. Lalu, aku meniup lilin ulang tahun sendirian dan diam-diam mendoakan sesuatu untuknya.Setiap kali, dia hanya

  • Cinta yang Kukira Abadi, Ternyata Ilusi   Bab 6

    Melihat wajah Kimmy yang dibasahi air mata dan ingus, aku malah tertawa.Semua ini jelas-jelas ulah Zeon, tapi semua tuduhan malah diarahkan padaku. Dari semua tuduhan itu, aku tahu jelas bahwa itulah isi hati Zeon yang sesungguhnya.Kimmy mengangkat jarinya dan menunjuk ke arah guruku sambil berteriak, "Kalian semua yang sama dia, semuanya wanita jahat!"Amarahku langsung meluap. Aku melangkah maju dan menamparnya dengan keras beberapa kali. Dia jatuh tersungkur ke tanah.Aku tidak akan terima jika dia menghinaku, apalagi sampai melibatkan orang lain.Salah satu sahabatnya naik pitam dan langsung menerjangku dan hendak membalas. "Justru yang nggak dicintai itu pelakor sesungguhnya, kamu nggak punya hak nyakitin dia!"Aku mengerahkan semua tenagaku untuk menamparnya dengan keras. Keduanya kini tergeletak di tanah, tanpa bisa mengatakan apa pun. Aku memandang mereka dengan tatapan dingin."Wanita bodoh. Omongan laki-laki semua kamu telan mentah-mentah. Ke mana otakmu, hah?"Kimmy memega

  • Cinta yang Kukira Abadi, Ternyata Ilusi   Bab 5

    Aku memutuskan untuk meneruskan kembali mimpi lamaku menjadi penari yang dulu sempat kulepaskan.Zeon adalah tipe pria yang sangat tidak punya rasa aman. Atas permintaannya, aku pernah rela meninggalkan satu-satunya hal yang benar-benar kusukai. Aku terus menemaninya dengan sepenuh hati.Namun, sekarang aku sadar bahwa dia sama sekali tidak pantas untuk pengorbanan itu.Awalnya, guruku enggan menemuiku. Jadi, aku menitipkan pesan lewat kepala pelayan dengan mengatakan bahwa aku datang untuk ikut kelas. Sesuai dugaan, dalam waktu kurang dari satu menit, guruku sendiri yang membukakan pintu. Selain itu, dia bahkan menatapku dengan enggan.Dulu, aku adalah murid kesayangannya. Saat aku berhenti menari demi Zeon, guruku marah besar dan bersumpah memutus hubungan denganku.Dia menuangkan segelas susu, lalu mulai mengomel tiada henti, "Dari dulu aku sudah bilang cowok kamu itu nggak bisa diandalkan, tapi kamu nggak percaya. Sekarang kamu baru nyadar, 'kan?""Aku kasih tahu ya, kerugian menta

  • Cinta yang Kukira Abadi, Ternyata Ilusi   Bab 4

    Ibu sebenarnya masih punya urusan lain sepulang dari luar negeri. Setelah memberi Zeon sedikit peringatan, dia pun pergi.Malam itu, ada jamuan makan malam besar antar perusahaan dan aku menghadirinya bersama Zeon.Sejak kecil aku sudah terbiasa dengan acara seperti ini, jadi mudah sekali bagiku untuk menghadapinya. Hanya saja, semua ini terasa tidak sepadan jika dilakukan untuk Zeon."Aku agak lelah, mau duduk di sana sebentar." Zeon agak terkejut, tapi tetap menunjukkan sikap lembutnya. Dia mengantarku ke sofa untuk beristirahat. Selain itu, dia juga menyiapkan air hangat dan memberiku selimut tipis sebelum pergi."Bu Valen beruntung sekali ya. Pak Zeon itu benar-benar lembut sampai bikin meleleh! Berbeda sekali sama suamiku. Bahkan seujung kukunya pun nggak bisa dibandingkan sama sekali!" ujar seorang wanita.Miyano belakangan ini memang sering mencoba mendekatiku karena kerja sama antara Keluarga Tanzar dan Zeon. Aku menatap ke kejauhan, lalu menyesap sampanye dengan santai dan ber

  • Cinta yang Kukira Abadi, Ternyata Ilusi   Bab 3

    'Dulu Valen selalu membalas pesan dalam hitungan detik. Akan tetapi, kenapa sekarang tiba-tiba berubah? Apa karena akhir-akhir ini aku terlalu baik padanya, jadi dia mulai besar kepala? Atau ... apakah Valen sama seperti keluarganya yang memandang rendah aku? Ya, pasti begitu.'"Nggak mau. Kamu saja yang minum. Sekalian keluar beliin aku makan." Lina langsung menghela napas lega. Semua orang sekarang tahu kalau Kimmy adalah kesayangan Zeon. Dia tidak sanggup menyinggungnya.Zeon mendengus kesal dan bergumam pelan, "Kalau kamu nggak cinta aku, masih banyak yang cinta."Setelah berpikir sejenak, dia pun mentransfer 400 juta ke Kimmy.Malam itu juga, setelah meminum sup ayam tersebut, Lina bolak-balik ke kamar mandi sebanyak 13 kali. Dia bersumpah, "Pasti ada pencahar di dalamnya! Ini hukuman buat Pak Zeon! Benaran deh, belum sempat nikmati berkatnya, malah dapat siksaan duluan."Setelah keluar dari rumah sakit, Zeon tidak pulang ke rumah. Seolah-olah sedang beradu emosi denganku.Aku tid

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status