Short
Janji Selamanya

Janji Selamanya

By:  Luis JosephCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
7Chapters
4views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Di hari pernikahan, sahabat kecil tunanganku muncul di lokasi dengan mengenakan gaun pengantin yang sama persis denganku. Melihat mereka berdiri berdampingan menyambut tamu, aku tersenyum dan memuji bahwa mereka benar-benar pasangan yang serasi. Sahabat kecilnya langsung pergi dengan wajah malu dan kesal, sementara tunanganku menuduhku picik dan suka membuat keributan di hadapan semua orang. Setelah resepsi berakhir, dia malah pergi ke tempat bulan madu yang sudah kami pesan bersama sahabat kecilnya. Aku tidak menangis dan ribut, melainkan langsung menelepon pengacara.

View More

Chapter 1

Bab 1

Setelah menyelesaikan semua urusan dan pulang ke rumah, hari pun sudah larut malam.

Cahaya bulan menyinari ruang tamu, membuat seluruh ruangan terasa semakin sepi.

Dengan tubuh yang kelelahan, aku masuk ke kamar. Saat melihat hiasan pernikahan berwarna merah di dalam kamar yang biasanya melambangkan kebahagiaan pernikahan, aku malah merasa itu sangat sarkastik.

Kelopak bunga di atas ranjang belum sempat dibereskan, tapi karena benar-benar terlalu lelah hari ini, aku hanya menyapunya ke lantai seadanya, lalu menjatuhkan tubuh ke ranjang empuk.

Saat mengisi daya ponsel, aku kebetulan melihat unggahan Steve di instagram.

[Sungguh beruntung bisa bersamamu di masa muda ini.]

Dengan foto dirinya merangkul Cindy. Keduanya saling bertatapan mesra, hampir berciuman dan di tangan mereka terlihat memakai gelang pasangan.

Jika ini terjadi dulu, aku pasti langsung pergi menemui Steve dan menuntut penjelasan.

Namun sekarang, aku hanya diam-diam mematikan ponsel dan berbalik tidur.

Beberapa hari berikutnya, aku sama sekali tidak menerima kabar dari Steve, hanya sesekali melihat unggahan tentang perempuan itu di instagramnya.

Mereka tampak sedang berpelukan, berfoto dan jalan-jalan bersama.

Aku tidak peduli, malah langsung menghubungi pengacara untuk mengurus perceraian.

Aku dan Steve sudah pacaran enam tahun, dari SMA sampai sekarang.

Meski baru mengadakan pesta pernikahan beberapa waktu lalu, sebenarnya kami sudah menikah secara hukum sejak lulus kuliah, karena waktu itu kami menikah secara impulsif.

Walau belum mengadakan resepsi, dia tetap memberikan uang mahar, perhiasan dan cinta yang tulus.

Namun sekarang, cinta itu sudah lenyap, yang tersisa hanya kekacauan belaka.

Setengah bulan kemudian, saat aku sedang duduk di rumah membaca draft awal dari pengacara, tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka.

Saat menoleh, aku melihat Steve masuk sambil menggandeng tangan Cindy.

Begitu tatapan kami bertemu, aku melihat ada sedikit kepanikan di mata Steve. Dia buru-buru melepas tangan Cindy dan berbicara dengan nada agak canggung,

“Cindy belum pernah keluar negeri, jadi aku mengajaknya pergi.”

“Lagian kamu juga sibuk bekerja, jadi aku pergi bersamanya….”

Belum selesai dia bicara, aku sudah mengalihkan pandangan kembali ke draft di tanganku dan mengangguk santai.

“Oh, iya.”

“Ke….”

Kata-katanya langsung terputus. Melihat aku tetap fokus ke laptop tanpa memberi reaksi apapun, dia terlihat semakin kesal dan bertanya dengan dingin,

“Perlukah kamu begitu? Aku sudah jelasin kalau Cindy belum pernah keluar negeri, makanya aku membawanya pergi.”

“Lagipula, bulan madu itu bisa kapan saja, untuk apa ribut begini?!”

“Aku juga sudah bilang berkali-kali, aku dan Cindy itu hanya….”

Melihatnya bicara tanpa henti, akhirnya aku langsung memotong ucapannya.

“Aku tahu, kamu hanya menganggapnya adik.”

Aku menatapnya dengan wajah datar, tanpa ekspresi marah sedikit pun.

Wajahnya justru semakin dingin. Dia menatapku sambil mengernyit, nada suaranya terdengar tak berdaya.

“Terus apalagi yang kamu ributkan?”

“Aku lagi sibuk.”

Jawabku santai, lalu kembali fokus ke pekerjaanku tanpa melihat wajah Steve.

Cindy yang dari tadi diam, tiba-tiba maju selangkah, menggandeng lengan Steve dan berkata manis,

“Jangan marah, Kak Luna. Kamu juga tahu aku dan Steve sudah kenal sejak kecil.”

“Lagipula, meski Steve nggak pergi denganmu kali ini, dia tetap menyempatkan diri untuk belikan hadiah untukmu, lho.”

Usai bicara, dia menatap Steve dengan pandangan lembut.

“Steve, ayo cepat kasih lihat hadiah untuk Kak Luna.”

Mendengar itu, Steve buru-buru mengeluarkan sebuah kotak kecil dari tasnya, membukanya dan menyodorkannya padaku.

“Ini khusus untukmu, coba dibuka.”

Steve terlihat cukup bangga, seolah yakin aku bakal sangat berterima kasih.

Aku melirik sekilas ke dalam kotak, sepasang anting dengan desain simple, dihiasi mutiara dan permata biru berbentuk bunga, tampak manis dan segar.

Namun, aku hanya melihat sekilas, lalu mendorong kotak itu kembali ke arahnya.

“Nggak perlu, aku nggak punya hobi mengumpulkan barang gratisan.”

Seketika, suasana membeku. Ekspresi Steve langsung memuram.

“Luna, apa maksudmu?”

Aku menatap santai jam tangan di pergelangannya yang nilainya puluhan juta, lalu menatap matanya dan berkata pelan,

“Sesuai apa yang kubilang barusan. Kamu kasih anting ke orang lain, lalu kasih aku hadiah gratisannya. Kamu pikir aku hanya pantas dikasih barang gratisan?”

Mungkin Steve tak menyangka aku akan menyinggung barang gratisan itu secara langsung, ekspresinya langsung terlihat canggung.

Namun, Cindy langsung menyahut dengan nada manja tapi menyebalkan,

“Jangan marah, Kak Luna. Sebenarnya anting itu dikasih ke aku karena aku sangat suka. Tapi, kalau Kak Luna nggak senang, aku kasih saja ke kakak.”

“Jangan sampai kalian bertengkar gara-gara aku, nggak sepadan.”

Meski bicara seperti itu, tangannya tetap diam saja. Ekspresinya malah seperti merasa kasihan pada Steve. Tapi, saat matanya beralih padaku, justru penuh dengan sindiran.

Melihat reaksinya, Steve langsung menggenggam pergelangan tangannya, lalu menatapku dengan tidak senang.

“Cindy, jangan dengarkan dia. Anting itu sudah kukasih ke kamu, jadi itu punyamu.”

“Dia memang begitu, perhitungan dan picik.”

Aku hanya melirik mereka sekilas dan tak menjawab, lalu kembali menatap layar laptop di depanku.

Sikapku itu justru membuat Steve semakin marah. Dia malah langsung merangkul Cindy dan berjalan keluar. Setelah melewati pintu, dia sengaja membanting pintu terbuka, lalu berdiri di ambang pintu sambil menatapku.

Aku tahu, dia sedang menungguku luluh. Menungguku seperti biasanya, mengalah dan minta maaf duluan.

Dulu, selalu aku yang mengalah dan minta maaf duluan. Tapi, yang kudapat justru sikapnya yang semakin keterlaluan.

Namun sekarang, aku bahkan tak meliriknya. Aku malah menambahkan harga anting yang dia belikan untuk Cindy ke dalam catatan pembagian harta.

Melihat sikapku, akhirnya Steve membanting pintu sekuat tenaga dan pergi.

Tak lama setelah mereka pergi, orang tuaku menelepon dan menyuruhku pulang makan malam bersama.

Aku tak menolak, tapi tak menyangka bakal bertemu Steve di depan rumah orang tuaku.
Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
7 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status