Share

Bab 3

Author: Hibicus
Kepedulian Budi dan Amina yang tulus menimbulkan seberkas kesedihan di hatiku.

Setelah orang tuaku meninggal di medan perang, aku menjadi yatim piatu. Budi dan Amina bukan hanya membesarkanku, tetapi juga memberiku kasih sayang dan segalanya. Selama ini, aku selalu bersikap patuh. Namun, kali ini, aku malah harus menentang keinginan mereka.

Aku menatap mereka dan berkata dengan sungguh-sungguh, "Tuan, Nyonya, aku tidak akan menikah dengan Kak Atmaja. Besok, aku akan pergi ke Jadur. Mulai sekarang, aku tidak akan lagi melayani kalian. Kalian harus jaga diri kalian baik-baik."

Amina tertegun, lalu seketika merasa cemas. "Orang tuamu sudah gugur di medan perang. Kamu tumbuh besar bersama kami. Kediaman ini adalah rumahmu. Kalau kamu mau pergi sekarang, kamu bisa pergi ke mana? Apa Atmaja menindasmu demi gadis bernama Intan itu, makanya kamu tidak mau menikah dengannya?"

"Jangan berpikir begitu. Dia sebenarnya menaruh perasaan padamu. Kalau tidak, dia tidak akan pertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkanmu sampai dua kali. Setiap kamu ulang tahun, dia selalu pergi cari berbagai macam harta karun dari jauh-jauh hari."

"Aku tahu kamu juga menyukai Atmaja. Demi dia, kamu belajar memasak. Setiap hari, kamu memijat titik-titik akupunktur untuk meredakan nyeri tangannya. Kalau kalian menikah, hidup kalian akan sangat bahagia!"

"Lagi pula, gadis bernama Intan itu sebenarnya adalah orang jahat. Kita tidak boleh biarkan rencananya berhasil. Kamu tidak boleh pergi cuma karena merajuk!"

Di kehidupan lampau, mereka juga menasihatiku seperti ini. Pada akhirnya, aku kehilangan suamiku, sedangkan mereka kehilangan putra mereka. Semua orang menyesalinya seumur hidup.

Aku menyeka air mata Amina dengan lembut, lalu menjelaskan dengan pelan, "Nyonya Amina, sesuatu yang dipaksakan itu tidak akan membahagiakan. Orang yang disukai Kak Atmaja bukan aku. Aku tidak seharusnya memaksanya menikahiku."

"Semalam, aku bermimpi. Di dalam mimpi, aku dan dia sudah menikah, tapi dia tidak mau bertemu denganku. Dia bekerja keras setiap hari sehingga kesehatannya menjadi buruk. Dia menolak makan bubur yang kubuatkan untuknya, juga menolak menerima perawatanku waktu sakit."

"Dia bilang, penderitaan yang kutimbulkan untuknya jauh lebih banyak daripada kebahagiaan. Bahkan demi menolongku, dia akhirnya meninggal di usia 30 tahun."

Saat berbicara sampai di sini, hatiku terasa begitu sakit hingga aku sulit bernapas.

Amina tertegun. "Ini .... Tapi, ini cuma mimpi, Nak. Atmaja tidak akan begitu."

Aku menahan keinginan untuk menangis dan memaksakan seulas senyum.

"Tuan, Nyonya, mimpi itu pertanda. Aku rasa, dia tidak harus menikah denganku, kami tidak perlu menjadi suami istri. Yang penting, aku mau dia panjang umur. Lagi pula, meskipun dia berstatus tinggi, ada banyak hal yang tidak bisa dia lakukan sesuai keinginannya sendiri. Tapi setidaknya dalam urusan pernikahan, sudah seharusnya dia sendiri yang memutuskannya."

Aku berlutut dan bersujud tiga kali.

"Aku sudah dapatkan surat izin untuk meninggalkan kota ini. Aku harap Tuan dan Nyonya kabulkan permintaanku. Aku tidak akan pernah melupakan kebaikan kalian kepadaku dan pasti akan membalas budi kalian dengan segenap kekuatanku."

Budi menggigit bibirnya dan memapahku untuk berdiri. Sementara itu, Amina menyeka air matanya dan mengeluarkan setumpuk uang kertas, lalu menyelipkannya ke tanganku.

"Berhubung ini adalah keputusanmu, aku akan menghormatinya. Tapi ingat, tidak peduli apa pun yang terjadi, Kediaman Bangsawan Anugraha akan selalu menjadi rumahmu."

Air mataku tiba-tiba menetes. Aku memeluk Amina dan berujar, "Terima kasih, Nyonya."

Selama aku memutuskan seluruh ikatan jodohku dengan Atmaja, tragedi di kehidupan lampau tidak akan terulang. Dia akan berumur panjang, sedangkan Budi dan Amina tidak akan merasa sedih serta tersiksa hingga begitu membenciku.

Dalam kehidupan ini, semua orang akan memiliki akhir yang bahagia.

Dengan begitu, penyesalan kedua yang tertulis dalam buku catatan Atmaja seharusnya termasuk telah terpenuhi.

Aku harus memenuhi tiga penyesalannya dalam 24 jam dan masih ada satu yang harus dipenuhi. Apakah semuanya akan berjalan lancar?

Malam itu, aku pergi ke Menara Bintang. Tempat ini dipenuhi pasangan suami istri yang berharap bisa bersama selamanya.

"Lestari." Tiba-tiba, terdengar sebuah suara yang familier.

Aku menoleh dengan gembira, tetapi yang kulihat adalah raut wajah Atmaja yang muram.

Dia meraih pergelangan tanganku dan tatapannya dipenuhi marah. "Kamu tahu betul aku paling benci sama orang yang menindas orang lain dengan mengandalkan kekuasaannya. Aku cuma tidak mengantarmu pulang, tapi kamu malah menghasut orang tuaku untuk pergi memaki Intan. Sekarang, dia begitu sedih sampai menenggak racun untuk bunuh diri. Apa kamu sudah puas?"

Pergelangan tanganku terasa sangat sakit, seolah-olah dia ingin mematahkannya. Wajahku juga memucat.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta yang Melintasi Waktu   Bab 9

    "Mungkin kamu masih belum menyadari perasaanmu terhadapku yang sebenarnya. Kamu itu orang yang baik. Mungkin saja kamu merasa bersalah atas kejadian itu atau merasa orang tuamu menyayangiku, makanya kamu merasa aku cocok menjadi istrimu. Tapi, aku tidak butuh rasa bersalah itu.""Kak Atmaja, jangan datang mencariku lagi." Aku mendorong payung kertas minyak milik Atmaja, lalu berbalik dan berlari ke tengah hujan. Aku takut pada detik berikutnya, aku akan melemparkan diriku ke dalam pelukan Atmaja dan menangis tersedu-sedu. Namun, di kehidupan ini, aku tidak boleh egois lagi....Setelah itu, Atmaja tidak pernah mencariku lagi. Namun, dari waktu ke waktu, barang-barang yang dulunya kusukai akan muncul di depan pintu rumahku.Atmaja sepertinya ingin menemukan diriku yang dulu. Terkadang, dia membawakanku camilan yang paling kusukai saat masih tinggal di rumahnya. Terkadang, dia membawakanku mainan-mainan yang dibuatnya karena paksaanku ketika kami masih kecil.Aku tidak menyangka Atmaja

  • Cinta yang Melintasi Waktu   Bab 8

    Intan akhirnya diseret pergi. Namun, tawanya terdengar bagaikan pisau yang menusuk hati Atmaja. Rasa sakit itu nyaris membuatnya tidak bisa bernapas. Dialah yang melukai Lestari dengan kata-katanya. Dia juga yang ingin mengambil darah jantung Lestari.Kesedihan yang luar biasa tiba-tiba menerpanya dan hampir membuatnya tumbang. ...Setelah meninggalkan ibu kota, aku tidak pergi ke Jadur. Aku ingin mengunjungi tempat di mana orang tuaku berjuang seumur hidup mereka. Setelah menempuh perjalanan cukup lama, aku tiba di Narata. Kota ini memang tidak sesejahtera ibu kota, tetapi penduduknya sederhana dan jujur.Nelayan yang mengendalikan perahu berkata sambil tersenyum, "Narata sering diserbu musuh asing. Dinilai dari pakaian Nona, Nona seharusnya adalah orang kaya atau seorang bangsawan, kenapa Nona mau datang kemari?"Aku tidak menjawab.Orang tuaku telah melindungi tempat ini seumur hidup mereka. Aku ingin tempat yang mereka lindungi ini menjadi lebih baik.Aku membuka sebuah pondok bel

  • Cinta yang Melintasi Waktu   Bab 7

    Budi terdiam dan sorot matanya meredup.Amina yang sedari tadi diam pun tertawa getir."Atmaja, kamu berani bilang kamu tidak mencintai Tari? Kalau kamu tidak mencintainya, kenapa kamu berulang kali mempertaruhkan nyawamu demi menyelamatkannya?"Bibir Atmaja terbuka, tetapi tidak mengeluarkan suara. Dia memang mencintai Lestari, begitu cinta hingga rela mempertaruhkan nyawanya demi Lestari.Hanya saja, berhubung mereka tidak berhenti menekannya, dia tidak mau menuruti kemauan mereka. Dia ingin bisa membuat keputusan sendiri. Jadi, dia mengabaikan betapa dirinya mencintai Lestari.Amina melanjutkan, "Kemarin, Tari datang untuk ucapkan selamat tinggal pada kami. Anak itu benar-benar baik hati dan kasihan. Sebelum pergi, satu-satunya harapannya adalah kamu bisa panjang umur dan hidup bahagia."Atmaja tiba-tiba teringat kata-kata perpisahan Lestari sebelumnya. Ekspresinya menegang dan dia tertegun sejenak sebelum berujar, "Tapi kalau dia benar-benar datang untuk berpamitan, mana mungkin di

  • Cinta yang Melintasi Waktu   Bab 6

    Atmaja langsung terkejut, tetapi segera tersadar kembali. Dia mengernyit dan berujar, "Itu seharusnya cuma orang yang punya nama sama? Dekret pernikahan kami sudah diturunkan dan kami baru akan pergi ke Jadur lima hari lagi. Mana mungkin dia meninggalkan kota sekarang?"Pada saat ini, tabib masuk untuk melapor. "Tuan, Nona Lestari memintaku untuk sampaikan pesannya sebelum dia pergi. Dia sudah menempuh perjalanan panjang ke Jadur. Dia berharap kalian bisa jalani hidup masing-masing dengan bahagia, juga menyuruh Tuan untuk tidak mengkhawatirkannya."Ucapan tabib itu terasa bagaikan suara guntur di telinga Atmaja. Dia yang tidak pernah kehilangan ketenangannya pun terhuyung-huyung dan hampir jatuh.Ternyata, yang dimaksud Lestari dengan "keinginan tercapai" dan "umur panjang" adalah ucapan perpisahan kepadanya. Air mata mulai menggenang di sepasang mata Atmaja yang merah. Dia berusaha keras untuk mengendalikan bibirnya yang gemetar."Mustahil!"Dia sudah beberapa kali mempertaruhkan nya

  • Cinta yang Melintasi Waktu   Bab 5

    Aku mengangguk. "Baguslah."Mungkin karena melihat wajahku yang pucat, keningnya tetap berkerut. "Ucapanku kemarin memang kasar. Kamu jangan tersinggung. Tapi, Intan tidak bersalah. Kamu tidak seharusnya menyeretnya ke dalam urusan kita. Kelak, jangan mengadu lagi."Mendengar kata-katanya, hatiku terasa pahit. Namun, aku tidak lagi memberikan penjelasan dengan sedih seperti di kehidupan lampau. Aku hanya tersenyum tipis dan menjawab, "Emm, itu tidak akan terulang lagi."Atmaja merapikan selimutku dan berujar, "Karena aku tidak jadi temani kamu saksikan hujan meteor semalam, aku akan temani kamu pulang ke rumah orang tuamu setelah menikah nanti. Seingatku, kamu suka Jadur. Setelah pulang ke rumah orang tuamu, ayo kita pergi ke Jadur bersama."Aku tertegun sejenak, lalu tersenyum tipis dan menjawab, "Tidak usah. Kamu tidak perlu beri aku kompensasi atas kejadian semalam. Aku sendiri yang mau selamatkan Nona Intan."Atmaja tertegun sejenak, matanya dipenuhi emosi yang berkecamuk."Aku sud

  • Cinta yang Melintasi Waktu   Bab 4

    Di kehidupan lampau, karena aku menikah dengan Atmaja, Intan tidak dapat menerimanya. Sebulan setelahnya, dia pun mengakhiri hidupnya dengan meminum racun sihir. Atmaja tidak dapat menemukan darah yang sesuai untuk menawarkan racun sihir itu. Jadi, dia hanya bisa menyaksikan Intan meninggal tanpa daya. Gara-gara hal ini, dia pun sepenuhnya membenciku sampai ajalnya.Namun, di kehidupan ini, aku tidak menikah dengannya. Kenapa Intan tetap bunuh diri?Sebelumnya, aku masih memikirkan bagaimana aku bisa mewujudkan permintaan ketiganya. Sekarang, kesempatannya tiba juga.Aku menatapnya dan bertanya, "Jadi, kamu datang untuk mengambil darahku supaya bisa tawarkan racunnya?"Setelah mendengar pertanyaanku, Atmaja tertegun, seolah-olah tidak menyangka aku akan berkata begitu. Dia pun berbicara dengan lebih dingin lagi, "Kamu pikir aku tidak berani? Kamu sudah sebabkan Intan dihina dan minum racun. Kamu memang seharusnya menebus dosamu."Kemudian, Atmaja menyeretku pergi ke tempat tinggal Int

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status