Share

Bab 5

Author: Hibicus
Aku mengangguk. "Baguslah."

Mungkin karena melihat wajahku yang pucat, keningnya tetap berkerut. "Ucapanku kemarin memang kasar. Kamu jangan tersinggung. Tapi, Intan tidak bersalah. Kamu tidak seharusnya menyeretnya ke dalam urusan kita. Kelak, jangan mengadu lagi."

Mendengar kata-katanya, hatiku terasa pahit. Namun, aku tidak lagi memberikan penjelasan dengan sedih seperti di kehidupan lampau. Aku hanya tersenyum tipis dan menjawab, "Emm, itu tidak akan terulang lagi."

Atmaja merapikan selimutku dan berujar, "Karena aku tidak jadi temani kamu saksikan hujan meteor semalam, aku akan temani kamu pulang ke rumah orang tuamu setelah menikah nanti. Seingatku, kamu suka Jadur. Setelah pulang ke rumah orang tuamu, ayo kita pergi ke Jadur bersama."

Aku tertegun sejenak, lalu tersenyum tipis dan menjawab, "Tidak usah. Kamu tidak perlu beri aku kompensasi atas kejadian semalam. Aku sendiri yang mau selamatkan Nona Intan."

Atmaja tertegun sejenak, matanya dipenuhi emosi yang berkecamuk.

"Aku sudah aturkan kereta kuda untuk meninggalkan kota lima hari lagi. Setelah kamu pulih, kita akan berangkat."

Aku menatap Atmaja dan tidak mengatakan apa-apa lagi.

Tangannya yang memegang mangkuk gemetar hebat. Berhubung urat tangannya pernah terluka parah, tangannya akan terasa sakit setiap turun hujan. Sama seperti sekarang, meskipun hanya memegang sepiring makanan saja, dia juga merasa kesulitan.

Aku tiba-tiba ingin menangis dan bertanya dengan raut wajah sedih, "Demi selamatkan aku, kamu jadi berakhir seperti ini. Apa kamu pernah menyesal?"

Raut wajah Atmaja terlihat tenang. "Tidak ada yang perlu disesali. Meski itu orang lain, aku juga akan menyelamatkannya."

Sorot mataku meredup dan suaraku makin kecil. "Waktu aku terinfeksi wabah, kamu panjat tebing untuk petik teratai salju bagiku. Kamu juga akan lakukan hal yang sama kalau itu orang lain?"

"Emm."

Ternyata memang tidak ada yang istimewa. Air mata sudah menggenang di mataku, tetapi aku memaksakan seulas senyum.

"Kak Atmaja, terima kasih telah menyelamatkanku berkali-kali. Aku sudah kehilangan orang tuaku sejak kecil dan terlalu mendambakan sebuah keluarga, makanya aku baru memaksamu untuk menikah denganku. Aku yang begitu keras kepala pasti membuatmu sangat kesal dan tersiksa, 'kan?"

Namun, mulai hari ini, hal itu tidak akan terjadi lagi. Dia tidak perlu lagi meninggalkan orang yang disukainya dan terpaksa menikah denganku. Dia tidak perlu hidup tersiksa selama sepuluh tahun, apalagi meninggal di usia 30 tahun gara-gara aku.

Di kehidupan ini, dia akan baik-baik saja.

Aku sepertinya melihat sedikit kegugupan Atmaja. Ketika dia membuka mulut untuk mengatakan sesuatu, ucapannya malah disela oleh seorang pelayan yang datang dengan terburu-buru.

"Tuan Atmaja, Nona Intan sudah bangun. Dia mencarimu dan tidak mau makan. Tolong pergi dan temui dia sekarang juga!"

Seulas senyum tiba-tiba merekah di wajah tampan Atmaja. Dia melirikku, lalu bangkit untuk pergi. "Tunggu aku kembali."

"Kak Atmaja," panggilku. Aku menunjukkan senyumku yang paling cerah dan berujar, "Maaf. Selain itu, aku harap semua keinginanmu bisa tercapai dan kamu berumur panjang."

Atmaja merasa terkejut dan entah kenapa merasa gelisah. "Kenapa kamu tiba-tiba berkata begitu? Aku cuma pergi menemui Intan dan akan segera kembali. Kamu makan saja dulu dengan patuh dan tunggu aku kembali. Ada yang ingin kukatakan padamu."

Seusai berbicara, dia berbalik dan pergi.

Saat hampir menjelang siang, aku turun dari tempat tidur. Tabib datang untuk memeriksaku dan memberiku resep obat.

Aku tersenyum penuh terima kasih dan berujar, "Aku akan minum obatnya dengan baik. Terima kasih, Tabib. Tolong beri tahu Tuan Atmaja bahwa aku sudah pergi ke Jadur. Suruh dia jaga dirinya dengan baik dan tidak perlu khawatirkan aku."

Setelah menemui Intan, Atmaja bergegas kembali ke kamar samping. Berhubung tidak melihat siapa pun, dia bertanya pada seseorang, "Di mana Nona Lestari? Dia masih sakit. Ke mana dia pergi?"

Sebelum pelayan itu sempat menjawab, para pengawal datang dengan tergesa-gesa.

"Tuan, gawat! Ada bandit yang melakukan perampokan di jalan keluar kota. Rakyat jelata yang diserang baik-baik saja meski tertikam. Tapi, Nona Lestari yang baru saja diambil darah jantungnya ... meninggal karena kehabisan terlalu banyak darah."
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta yang Melintasi Waktu   Bab 9

    "Mungkin kamu masih belum menyadari perasaanmu terhadapku yang sebenarnya. Kamu itu orang yang baik. Mungkin saja kamu merasa bersalah atas kejadian itu atau merasa orang tuamu menyayangiku, makanya kamu merasa aku cocok menjadi istrimu. Tapi, aku tidak butuh rasa bersalah itu.""Kak Atmaja, jangan datang mencariku lagi." Aku mendorong payung kertas minyak milik Atmaja, lalu berbalik dan berlari ke tengah hujan. Aku takut pada detik berikutnya, aku akan melemparkan diriku ke dalam pelukan Atmaja dan menangis tersedu-sedu. Namun, di kehidupan ini, aku tidak boleh egois lagi....Setelah itu, Atmaja tidak pernah mencariku lagi. Namun, dari waktu ke waktu, barang-barang yang dulunya kusukai akan muncul di depan pintu rumahku.Atmaja sepertinya ingin menemukan diriku yang dulu. Terkadang, dia membawakanku camilan yang paling kusukai saat masih tinggal di rumahnya. Terkadang, dia membawakanku mainan-mainan yang dibuatnya karena paksaanku ketika kami masih kecil.Aku tidak menyangka Atmaja

  • Cinta yang Melintasi Waktu   Bab 8

    Intan akhirnya diseret pergi. Namun, tawanya terdengar bagaikan pisau yang menusuk hati Atmaja. Rasa sakit itu nyaris membuatnya tidak bisa bernapas. Dialah yang melukai Lestari dengan kata-katanya. Dia juga yang ingin mengambil darah jantung Lestari.Kesedihan yang luar biasa tiba-tiba menerpanya dan hampir membuatnya tumbang. ...Setelah meninggalkan ibu kota, aku tidak pergi ke Jadur. Aku ingin mengunjungi tempat di mana orang tuaku berjuang seumur hidup mereka. Setelah menempuh perjalanan cukup lama, aku tiba di Narata. Kota ini memang tidak sesejahtera ibu kota, tetapi penduduknya sederhana dan jujur.Nelayan yang mengendalikan perahu berkata sambil tersenyum, "Narata sering diserbu musuh asing. Dinilai dari pakaian Nona, Nona seharusnya adalah orang kaya atau seorang bangsawan, kenapa Nona mau datang kemari?"Aku tidak menjawab.Orang tuaku telah melindungi tempat ini seumur hidup mereka. Aku ingin tempat yang mereka lindungi ini menjadi lebih baik.Aku membuka sebuah pondok bel

  • Cinta yang Melintasi Waktu   Bab 7

    Budi terdiam dan sorot matanya meredup.Amina yang sedari tadi diam pun tertawa getir."Atmaja, kamu berani bilang kamu tidak mencintai Tari? Kalau kamu tidak mencintainya, kenapa kamu berulang kali mempertaruhkan nyawamu demi menyelamatkannya?"Bibir Atmaja terbuka, tetapi tidak mengeluarkan suara. Dia memang mencintai Lestari, begitu cinta hingga rela mempertaruhkan nyawanya demi Lestari.Hanya saja, berhubung mereka tidak berhenti menekannya, dia tidak mau menuruti kemauan mereka. Dia ingin bisa membuat keputusan sendiri. Jadi, dia mengabaikan betapa dirinya mencintai Lestari.Amina melanjutkan, "Kemarin, Tari datang untuk ucapkan selamat tinggal pada kami. Anak itu benar-benar baik hati dan kasihan. Sebelum pergi, satu-satunya harapannya adalah kamu bisa panjang umur dan hidup bahagia."Atmaja tiba-tiba teringat kata-kata perpisahan Lestari sebelumnya. Ekspresinya menegang dan dia tertegun sejenak sebelum berujar, "Tapi kalau dia benar-benar datang untuk berpamitan, mana mungkin di

  • Cinta yang Melintasi Waktu   Bab 6

    Atmaja langsung terkejut, tetapi segera tersadar kembali. Dia mengernyit dan berujar, "Itu seharusnya cuma orang yang punya nama sama? Dekret pernikahan kami sudah diturunkan dan kami baru akan pergi ke Jadur lima hari lagi. Mana mungkin dia meninggalkan kota sekarang?"Pada saat ini, tabib masuk untuk melapor. "Tuan, Nona Lestari memintaku untuk sampaikan pesannya sebelum dia pergi. Dia sudah menempuh perjalanan panjang ke Jadur. Dia berharap kalian bisa jalani hidup masing-masing dengan bahagia, juga menyuruh Tuan untuk tidak mengkhawatirkannya."Ucapan tabib itu terasa bagaikan suara guntur di telinga Atmaja. Dia yang tidak pernah kehilangan ketenangannya pun terhuyung-huyung dan hampir jatuh.Ternyata, yang dimaksud Lestari dengan "keinginan tercapai" dan "umur panjang" adalah ucapan perpisahan kepadanya. Air mata mulai menggenang di sepasang mata Atmaja yang merah. Dia berusaha keras untuk mengendalikan bibirnya yang gemetar."Mustahil!"Dia sudah beberapa kali mempertaruhkan nya

  • Cinta yang Melintasi Waktu   Bab 5

    Aku mengangguk. "Baguslah."Mungkin karena melihat wajahku yang pucat, keningnya tetap berkerut. "Ucapanku kemarin memang kasar. Kamu jangan tersinggung. Tapi, Intan tidak bersalah. Kamu tidak seharusnya menyeretnya ke dalam urusan kita. Kelak, jangan mengadu lagi."Mendengar kata-katanya, hatiku terasa pahit. Namun, aku tidak lagi memberikan penjelasan dengan sedih seperti di kehidupan lampau. Aku hanya tersenyum tipis dan menjawab, "Emm, itu tidak akan terulang lagi."Atmaja merapikan selimutku dan berujar, "Karena aku tidak jadi temani kamu saksikan hujan meteor semalam, aku akan temani kamu pulang ke rumah orang tuamu setelah menikah nanti. Seingatku, kamu suka Jadur. Setelah pulang ke rumah orang tuamu, ayo kita pergi ke Jadur bersama."Aku tertegun sejenak, lalu tersenyum tipis dan menjawab, "Tidak usah. Kamu tidak perlu beri aku kompensasi atas kejadian semalam. Aku sendiri yang mau selamatkan Nona Intan."Atmaja tertegun sejenak, matanya dipenuhi emosi yang berkecamuk."Aku sud

  • Cinta yang Melintasi Waktu   Bab 4

    Di kehidupan lampau, karena aku menikah dengan Atmaja, Intan tidak dapat menerimanya. Sebulan setelahnya, dia pun mengakhiri hidupnya dengan meminum racun sihir. Atmaja tidak dapat menemukan darah yang sesuai untuk menawarkan racun sihir itu. Jadi, dia hanya bisa menyaksikan Intan meninggal tanpa daya. Gara-gara hal ini, dia pun sepenuhnya membenciku sampai ajalnya.Namun, di kehidupan ini, aku tidak menikah dengannya. Kenapa Intan tetap bunuh diri?Sebelumnya, aku masih memikirkan bagaimana aku bisa mewujudkan permintaan ketiganya. Sekarang, kesempatannya tiba juga.Aku menatapnya dan bertanya, "Jadi, kamu datang untuk mengambil darahku supaya bisa tawarkan racunnya?"Setelah mendengar pertanyaanku, Atmaja tertegun, seolah-olah tidak menyangka aku akan berkata begitu. Dia pun berbicara dengan lebih dingin lagi, "Kamu pikir aku tidak berani? Kamu sudah sebabkan Intan dihina dan minum racun. Kamu memang seharusnya menebus dosamu."Kemudian, Atmaja menyeretku pergi ke tempat tinggal Int

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status