Share

Bab 4

Author: Hibicus
Di kehidupan lampau, karena aku menikah dengan Atmaja, Intan tidak dapat menerimanya. Sebulan setelahnya, dia pun mengakhiri hidupnya dengan meminum racun sihir.

Atmaja tidak dapat menemukan darah yang sesuai untuk menawarkan racun sihir itu. Jadi, dia hanya bisa menyaksikan Intan meninggal tanpa daya. Gara-gara hal ini, dia pun sepenuhnya membenciku sampai ajalnya.

Namun, di kehidupan ini, aku tidak menikah dengannya. Kenapa Intan tetap bunuh diri?

Sebelumnya, aku masih memikirkan bagaimana aku bisa mewujudkan permintaan ketiganya. Sekarang, kesempatannya tiba juga.

Aku menatapnya dan bertanya, "Jadi, kamu datang untuk mengambil darahku supaya bisa tawarkan racunnya?"

Setelah mendengar pertanyaanku, Atmaja tertegun, seolah-olah tidak menyangka aku akan berkata begitu. Dia pun berbicara dengan lebih dingin lagi, "Kamu pikir aku tidak berani? Kamu sudah sebabkan Intan dihina dan minum racun. Kamu memang seharusnya menebus dosamu."

Kemudian, Atmaja menyeretku pergi ke tempat tinggal Intan.

Intan sedang terbaring sekarat di tempat tidur. Tabib mengeluarkan belati dan mengiris lenganku. Rasa sakit menusuk itu membuatku meringis kesakitan.

Tabib berseru gembira, "Racunnya bereaksi. Darah Nona ini memang cocok. Tapi, untuk menyelamatkannya, kita perlu darah jantung Nona ini. Hanya saja, entah apakah tubuh Nona ini sanggup menanggungnya atau tidak?"

"Tidak bisa!" Ekspresi Atmaja berubah drastis. Dia menyahut dengan kening berkerut, "Orang yang diambil darah jantungnya setara dengan kehilangan separuh nyawanya. Dia tidak akan sanggup. Bagaimana dengan darah lainnya?"

Tabib itu merasa sangat serbasalah. "Darah lainnya tidak akan terlalu berpengaruh. Kalau Tuan tidak setuju, yang bisa dilakukan adalah mempersiapkan hati. Nona yang darah jantungnya diambil tidak akan meninggal, tapi Nona yang terkena racun sihir pasti meninggal."

Atmaja mengerutkan bibir tipisnya. Tatapannya tertuju pada Intan.

Aku melihat kesedihan Atmaja dan menatap tabib itu sambil berkata, "Aku bersedia menyelamatkannya. Ambil saja."

Tabib itu menatap Atmaja. "Tapi, itu akan sangat merusak kesehatanmu."

Aku tersenyum. "Tidak apa-apa. Aku cuma perlu pulihkan diri. Menyelamatkan orang lebih penting."

Atmaja menatapku lekat-lekat. Akhirnya, dia merobek ujung jubah putihnya dengan kening berkerut, lalu menutupi mataku. "Anggap saja aku berutang budi padamu. Aku pasti akan membalas budimu."

Setelah dia pergi, tabib mulai mengambil darahku. Pisau itu menancap ke dagingku dan rasa sakitnya makin hebat seiring dengan setiap tusukan.

Aku tiba-tiba teringat masa laluku dengan Atmaja. Orang tuaku meninggal saat aku berumur delapan tahun. Ketika anak-anak keluarga bangsawan lain mengejekku tidak memiliki orang tua dan tidak memiliki dukungan, Atmaja membelaku dengan memukul mereka hingga mereka kabur, lalu mengelus kepalaku.

"Jangan takut. Aku akan melindungimu."

Atmaja benar-benar menepati janjinya. Sebelum mengembuskan napas terakhir, dia selalu melindungiku.

Aku tidak mungkin berhenti mencintainya. Namun, aku tahu bahwa sejak terlahir kembali, aku harus memutus ikatan jodohku dengannya meskipun harus mengorbankan segalanya.

Ketika darah jantungku diambil, darah hangat juga tidak berhenti mengalir dari sudut mulutku. Aku pingsan karena kesakitan, lalu samar-samar teringat kata-kata terakhir Atmaja dari kehidupan lampau.

"Lestari, alangkah baiknya apabila aku tidak bertemu denganmu di kehidupan ini ...."

Air mataku menetes dan aku tersenyum lemah. "Kak Atmaja, aku tidak akan mengganggumu lagi di kehidupan ini."

Ketika aku tersadar, langit sudah terang. Aku ditempatkan di kamar sebelah. Rasa sakit yang luar biasa menjalar dari dadaku. Tidak ada orang di sekitarku, sedangkan tubuhku terasa tidak bertenaga dan tak bisa digerakkan.

Aku melihat ke luar jendela. Ini telah menjelang siang dan sudah saatnya aku pergi.

Obrolan para pelayan terdengar dari luar.

"Semalam ada hujan meteor yang hanya terjadi sekali dalam seabad. Apa kalian melihatnya?"

"Iya, indah sekali! Dengar-dengar, pasangan yang menyaksikannya bersama dapat hidup bersama sampai tua!"

Mendengarkan suara puas mereka, aku mau tak mau merasa menyesal. Sayang sekali, aku melewatkan hujan meteor yang begitu indah.

Tak lama kemudian, Atmaja membuka pintu dengan membawa semangkuk makanan. Itu adalah makanan kesukaanku semasa kecil, sup makanan laut yang dimasak juru masak istana.

Aku tertegun untuk sesaat. Aku tidak menyangka dia masih mengingatnya.

Atmaja menatapku dan berbicara dengan suara lembut yang sudah lama tidak kudengar, "Dadamu masih sakit? Apa perlu diperiksa tabib? Dia sudah terlepas dari bahaya berkat kamu."
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta yang Melintasi Waktu   Bab 9

    "Mungkin kamu masih belum menyadari perasaanmu terhadapku yang sebenarnya. Kamu itu orang yang baik. Mungkin saja kamu merasa bersalah atas kejadian itu atau merasa orang tuamu menyayangiku, makanya kamu merasa aku cocok menjadi istrimu. Tapi, aku tidak butuh rasa bersalah itu.""Kak Atmaja, jangan datang mencariku lagi." Aku mendorong payung kertas minyak milik Atmaja, lalu berbalik dan berlari ke tengah hujan. Aku takut pada detik berikutnya, aku akan melemparkan diriku ke dalam pelukan Atmaja dan menangis tersedu-sedu. Namun, di kehidupan ini, aku tidak boleh egois lagi....Setelah itu, Atmaja tidak pernah mencariku lagi. Namun, dari waktu ke waktu, barang-barang yang dulunya kusukai akan muncul di depan pintu rumahku.Atmaja sepertinya ingin menemukan diriku yang dulu. Terkadang, dia membawakanku camilan yang paling kusukai saat masih tinggal di rumahnya. Terkadang, dia membawakanku mainan-mainan yang dibuatnya karena paksaanku ketika kami masih kecil.Aku tidak menyangka Atmaja

  • Cinta yang Melintasi Waktu   Bab 8

    Intan akhirnya diseret pergi. Namun, tawanya terdengar bagaikan pisau yang menusuk hati Atmaja. Rasa sakit itu nyaris membuatnya tidak bisa bernapas. Dialah yang melukai Lestari dengan kata-katanya. Dia juga yang ingin mengambil darah jantung Lestari.Kesedihan yang luar biasa tiba-tiba menerpanya dan hampir membuatnya tumbang. ...Setelah meninggalkan ibu kota, aku tidak pergi ke Jadur. Aku ingin mengunjungi tempat di mana orang tuaku berjuang seumur hidup mereka. Setelah menempuh perjalanan cukup lama, aku tiba di Narata. Kota ini memang tidak sesejahtera ibu kota, tetapi penduduknya sederhana dan jujur.Nelayan yang mengendalikan perahu berkata sambil tersenyum, "Narata sering diserbu musuh asing. Dinilai dari pakaian Nona, Nona seharusnya adalah orang kaya atau seorang bangsawan, kenapa Nona mau datang kemari?"Aku tidak menjawab.Orang tuaku telah melindungi tempat ini seumur hidup mereka. Aku ingin tempat yang mereka lindungi ini menjadi lebih baik.Aku membuka sebuah pondok bel

  • Cinta yang Melintasi Waktu   Bab 7

    Budi terdiam dan sorot matanya meredup.Amina yang sedari tadi diam pun tertawa getir."Atmaja, kamu berani bilang kamu tidak mencintai Tari? Kalau kamu tidak mencintainya, kenapa kamu berulang kali mempertaruhkan nyawamu demi menyelamatkannya?"Bibir Atmaja terbuka, tetapi tidak mengeluarkan suara. Dia memang mencintai Lestari, begitu cinta hingga rela mempertaruhkan nyawanya demi Lestari.Hanya saja, berhubung mereka tidak berhenti menekannya, dia tidak mau menuruti kemauan mereka. Dia ingin bisa membuat keputusan sendiri. Jadi, dia mengabaikan betapa dirinya mencintai Lestari.Amina melanjutkan, "Kemarin, Tari datang untuk ucapkan selamat tinggal pada kami. Anak itu benar-benar baik hati dan kasihan. Sebelum pergi, satu-satunya harapannya adalah kamu bisa panjang umur dan hidup bahagia."Atmaja tiba-tiba teringat kata-kata perpisahan Lestari sebelumnya. Ekspresinya menegang dan dia tertegun sejenak sebelum berujar, "Tapi kalau dia benar-benar datang untuk berpamitan, mana mungkin di

  • Cinta yang Melintasi Waktu   Bab 6

    Atmaja langsung terkejut, tetapi segera tersadar kembali. Dia mengernyit dan berujar, "Itu seharusnya cuma orang yang punya nama sama? Dekret pernikahan kami sudah diturunkan dan kami baru akan pergi ke Jadur lima hari lagi. Mana mungkin dia meninggalkan kota sekarang?"Pada saat ini, tabib masuk untuk melapor. "Tuan, Nona Lestari memintaku untuk sampaikan pesannya sebelum dia pergi. Dia sudah menempuh perjalanan panjang ke Jadur. Dia berharap kalian bisa jalani hidup masing-masing dengan bahagia, juga menyuruh Tuan untuk tidak mengkhawatirkannya."Ucapan tabib itu terasa bagaikan suara guntur di telinga Atmaja. Dia yang tidak pernah kehilangan ketenangannya pun terhuyung-huyung dan hampir jatuh.Ternyata, yang dimaksud Lestari dengan "keinginan tercapai" dan "umur panjang" adalah ucapan perpisahan kepadanya. Air mata mulai menggenang di sepasang mata Atmaja yang merah. Dia berusaha keras untuk mengendalikan bibirnya yang gemetar."Mustahil!"Dia sudah beberapa kali mempertaruhkan nya

  • Cinta yang Melintasi Waktu   Bab 5

    Aku mengangguk. "Baguslah."Mungkin karena melihat wajahku yang pucat, keningnya tetap berkerut. "Ucapanku kemarin memang kasar. Kamu jangan tersinggung. Tapi, Intan tidak bersalah. Kamu tidak seharusnya menyeretnya ke dalam urusan kita. Kelak, jangan mengadu lagi."Mendengar kata-katanya, hatiku terasa pahit. Namun, aku tidak lagi memberikan penjelasan dengan sedih seperti di kehidupan lampau. Aku hanya tersenyum tipis dan menjawab, "Emm, itu tidak akan terulang lagi."Atmaja merapikan selimutku dan berujar, "Karena aku tidak jadi temani kamu saksikan hujan meteor semalam, aku akan temani kamu pulang ke rumah orang tuamu setelah menikah nanti. Seingatku, kamu suka Jadur. Setelah pulang ke rumah orang tuamu, ayo kita pergi ke Jadur bersama."Aku tertegun sejenak, lalu tersenyum tipis dan menjawab, "Tidak usah. Kamu tidak perlu beri aku kompensasi atas kejadian semalam. Aku sendiri yang mau selamatkan Nona Intan."Atmaja tertegun sejenak, matanya dipenuhi emosi yang berkecamuk."Aku sud

  • Cinta yang Melintasi Waktu   Bab 4

    Di kehidupan lampau, karena aku menikah dengan Atmaja, Intan tidak dapat menerimanya. Sebulan setelahnya, dia pun mengakhiri hidupnya dengan meminum racun sihir. Atmaja tidak dapat menemukan darah yang sesuai untuk menawarkan racun sihir itu. Jadi, dia hanya bisa menyaksikan Intan meninggal tanpa daya. Gara-gara hal ini, dia pun sepenuhnya membenciku sampai ajalnya.Namun, di kehidupan ini, aku tidak menikah dengannya. Kenapa Intan tetap bunuh diri?Sebelumnya, aku masih memikirkan bagaimana aku bisa mewujudkan permintaan ketiganya. Sekarang, kesempatannya tiba juga.Aku menatapnya dan bertanya, "Jadi, kamu datang untuk mengambil darahku supaya bisa tawarkan racunnya?"Setelah mendengar pertanyaanku, Atmaja tertegun, seolah-olah tidak menyangka aku akan berkata begitu. Dia pun berbicara dengan lebih dingin lagi, "Kamu pikir aku tidak berani? Kamu sudah sebabkan Intan dihina dan minum racun. Kamu memang seharusnya menebus dosamu."Kemudian, Atmaja menyeretku pergi ke tempat tinggal Int

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status