Share

Bab 2

Author: Hibicus
'Aku memang bahagia. Sebab, aku akhirnya bertemu lagi dengan kamu yang masih hidup,' jawabku dalam hati.

Aku tersenyum. "Menurutku, kamu itu orang terbaik di dunia. Siapa pun yang menikahimu akan sangat bahagia."

"Pulang," dengus Atmaja dengan dingin. Kemudian, dia berbalik dan pergi. Jika bukan karena aku tahu dia tidak menyukaiku, aku pasti mengira dia tersipu.

Kereta kuda melaju ke rumah. Saat melewati kawasan hiburan yang ramai, aku membuka tirai dan mendengar percakapan beberapa wanita.

"Malam ini, Dewa Jodoh akan muncul. Dengan naik ke Menara Bintang, kita bisa lihat hujan meteor yang hanya muncul sekali dalam seabad. Konon, pasangan yang bisa menyaksikannya bersama akan saling mencintai selama tiga kehidupan!"

Tiba-tiba, aku teringat bahwa aku juga pernah mendengar kata-kata ini di kehidupan lampau. Kemudian, aku dengan gembiranya meminta Atmaja untuk membawaku ke Menara Bintang.

Saat itu, wajah dingin Atmaja terlihat sinis. "Satu kehidupan masih tidak cukup untukmu, kamu mau menghantuiku selama tiga kehidupan? Rumor tentang hujan meteor itu benar-benar konyol dan menyesatkan! Sudah cukup kamu sendiri yang tertipu, jangan libatkan aku."

Tatapan dingin itu masih bisa membuatku menggigil meskipun sudah tertinggal jauh di kehidupan lampau. Aku menurunkan tirai tanpa bersuara.

Kali ini, malah Atmaja yang bertanya dengan acuh tak acuh, "Mau pergi? Aku bisa temani kamu ke Menara Bintang malam ini. Setelah menikah, aku tidak bisa temani kamu kembali ke rumah untuk memberi penghormatan kepada orang tuamu. Anggap saja ini permintaan maafku."

Aku menatapnya dengan heran. Hal ini sangat mengejutkan, tetapi juga terduga.

Atmaja memang selalu seperti ini. Ucapannya kasar, tetapi hatinya lebih lembut daripada siapa pun. Meskipun dia jelas-jelas tidak mencintaiku, dia tetap mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkanku sebanyak tiga kali.

Pertama kali, ketika aku dirampok oleh bandit. Demi melindungiku, tangan kanannya tertusuk pedang. Sejak saat itu, dia yang sangat ahli dalam memanah tidak lagi mampu mengangkat busur dan anak panah.

Kedua kali, ketika aku terjangkit wabah dan nyaris tewas. Demi menyelamatkanku, dia memanjat tebing tinggi untuk mencari teratai salju dan hampir mematahkan sebelah kakinya karena terjatuh.

Ketiga kali, ketika istana terbakar. Demi menolongku, dia tewas di hadapanku.

Atmaja baik dalam segala hal. Hanya saja, dia tidak mencintaiku.

Aku tahu setelah hari ini, ikatan perjodohan di antara aku dan Atmaja akan terputus. Sekalipun kami mendaki Menara Bintang dan melihat hujan meteor yang hanya terjadi sekali dalam seabad, kami juga tidak akan bersama selamanya seperti yang dikatakan rumor.

Namun, aku tetap menahan keinginan untuk menangis dan tersenyum berseri-seri. "Baik. Ayo kita pergi saksikan hujan meteor bersama."

...

Di tengah perjalanan, seseorang menghentikan kereta kuda. Itu adalah pelayan Intan. Dia mengatakan bahwa Intan sakit kepala dan ingin bertemu Atmaja.

Setelah mendengarnya, Atmaja mengerutkan kening dan langsung melompat keluar dari kereta kuda. "Intan lagi tidak enak badan. Aku harus menjenguknya. Kamu pulang saja dulu. Kita ketemu di Menara Bintang malam ini."

Aku mengangguk. "Baik."

Atmaja terlihat agak terkejut. "Bukannya dulu kamu selalu keberatan setiap kali aku bertemu dengannya? Kenapa sekarang kamu tiba-tiba berubah?"

Baru saja aku hendak menjawab, dia mencibir lagi, "Oh iya, kita akan segera menikah dan dia nggak akan jadi ancaman lagi bagimu."

Atmaja turun dari kereta kuda, lalu langsung pergi tanpa menyadari kesedihan dan senyum pahitku.

Sebenarnya, aku tidak pernah menghentikan Atmaja memperlakukan Intan dengan istimewa. Hanya saja, pernah sekali aku mendengar percakapan ayahnya dan mengetahui bahwa Intan memiliki hubungan tidak senonoh dengan seorang pejabat istana.

Kemudian, setelah penyelidikan lebih lanjut, rumor itu ternyata benar. Oleh karena itu, aku baru berusaha mati-matian mencegah Atmaja berhubungan dengannya.

Namun, Atmaja tidak mengetahui apa-apa tentang hal itu. Setelah kematian Intan, dia bahkan menderita selama sepuluh tahun.

Jika harus memilih, aku lebih rela melihatnya bersama Intan daripada melihatnya begitu menderita dan akhirnya tewas gara-gara aku.

Aku terlebih dahulu pergi ke balai pemerintahan untuk mengurus surat meninggalkan kota, lalu baru kembali ke Kediaman Bangsawan Anugraha.

Amina, ibunya Atmaja itu telah memasakkan semeja penuh hidangan kesukaanku secara pribadi.

Seperti biasa, aku melepas mantel buluku yang berwarna putih dan menyampirkannya ke tubuh Amina. "Nyonya Amina, cuacanya dingin. Nyonya harus perhatikan kesehatan."

Amina menatapku sambil tersenyum lebar. "Nak, memang cuma kamu yang perhatian padaku. Ayo tunjukkan dekret pernikahanmu dengan Atmaja. Setelah menunggu begitu lama, akhirnya aku akan mendengarmu memanggilku Ibu."

Berhubung melihat aku hanya pulang sendiri, Budi, ayahnya Atmaja itu pun mengamuk.

"Anak nakal itu tidak kembali bersamamu? Dekret pernikahan kalian sudah diturunkan. Kenapa dia masih tidak menghargai kamu! Aku akan memarahinya habis-habisan waktu dia pulang nanti!"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta yang Melintasi Waktu   Bab 9

    "Mungkin kamu masih belum menyadari perasaanmu terhadapku yang sebenarnya. Kamu itu orang yang baik. Mungkin saja kamu merasa bersalah atas kejadian itu atau merasa orang tuamu menyayangiku, makanya kamu merasa aku cocok menjadi istrimu. Tapi, aku tidak butuh rasa bersalah itu.""Kak Atmaja, jangan datang mencariku lagi." Aku mendorong payung kertas minyak milik Atmaja, lalu berbalik dan berlari ke tengah hujan. Aku takut pada detik berikutnya, aku akan melemparkan diriku ke dalam pelukan Atmaja dan menangis tersedu-sedu. Namun, di kehidupan ini, aku tidak boleh egois lagi....Setelah itu, Atmaja tidak pernah mencariku lagi. Namun, dari waktu ke waktu, barang-barang yang dulunya kusukai akan muncul di depan pintu rumahku.Atmaja sepertinya ingin menemukan diriku yang dulu. Terkadang, dia membawakanku camilan yang paling kusukai saat masih tinggal di rumahnya. Terkadang, dia membawakanku mainan-mainan yang dibuatnya karena paksaanku ketika kami masih kecil.Aku tidak menyangka Atmaja

  • Cinta yang Melintasi Waktu   Bab 8

    Intan akhirnya diseret pergi. Namun, tawanya terdengar bagaikan pisau yang menusuk hati Atmaja. Rasa sakit itu nyaris membuatnya tidak bisa bernapas. Dialah yang melukai Lestari dengan kata-katanya. Dia juga yang ingin mengambil darah jantung Lestari.Kesedihan yang luar biasa tiba-tiba menerpanya dan hampir membuatnya tumbang. ...Setelah meninggalkan ibu kota, aku tidak pergi ke Jadur. Aku ingin mengunjungi tempat di mana orang tuaku berjuang seumur hidup mereka. Setelah menempuh perjalanan cukup lama, aku tiba di Narata. Kota ini memang tidak sesejahtera ibu kota, tetapi penduduknya sederhana dan jujur.Nelayan yang mengendalikan perahu berkata sambil tersenyum, "Narata sering diserbu musuh asing. Dinilai dari pakaian Nona, Nona seharusnya adalah orang kaya atau seorang bangsawan, kenapa Nona mau datang kemari?"Aku tidak menjawab.Orang tuaku telah melindungi tempat ini seumur hidup mereka. Aku ingin tempat yang mereka lindungi ini menjadi lebih baik.Aku membuka sebuah pondok bel

  • Cinta yang Melintasi Waktu   Bab 7

    Budi terdiam dan sorot matanya meredup.Amina yang sedari tadi diam pun tertawa getir."Atmaja, kamu berani bilang kamu tidak mencintai Tari? Kalau kamu tidak mencintainya, kenapa kamu berulang kali mempertaruhkan nyawamu demi menyelamatkannya?"Bibir Atmaja terbuka, tetapi tidak mengeluarkan suara. Dia memang mencintai Lestari, begitu cinta hingga rela mempertaruhkan nyawanya demi Lestari.Hanya saja, berhubung mereka tidak berhenti menekannya, dia tidak mau menuruti kemauan mereka. Dia ingin bisa membuat keputusan sendiri. Jadi, dia mengabaikan betapa dirinya mencintai Lestari.Amina melanjutkan, "Kemarin, Tari datang untuk ucapkan selamat tinggal pada kami. Anak itu benar-benar baik hati dan kasihan. Sebelum pergi, satu-satunya harapannya adalah kamu bisa panjang umur dan hidup bahagia."Atmaja tiba-tiba teringat kata-kata perpisahan Lestari sebelumnya. Ekspresinya menegang dan dia tertegun sejenak sebelum berujar, "Tapi kalau dia benar-benar datang untuk berpamitan, mana mungkin di

  • Cinta yang Melintasi Waktu   Bab 6

    Atmaja langsung terkejut, tetapi segera tersadar kembali. Dia mengernyit dan berujar, "Itu seharusnya cuma orang yang punya nama sama? Dekret pernikahan kami sudah diturunkan dan kami baru akan pergi ke Jadur lima hari lagi. Mana mungkin dia meninggalkan kota sekarang?"Pada saat ini, tabib masuk untuk melapor. "Tuan, Nona Lestari memintaku untuk sampaikan pesannya sebelum dia pergi. Dia sudah menempuh perjalanan panjang ke Jadur. Dia berharap kalian bisa jalani hidup masing-masing dengan bahagia, juga menyuruh Tuan untuk tidak mengkhawatirkannya."Ucapan tabib itu terasa bagaikan suara guntur di telinga Atmaja. Dia yang tidak pernah kehilangan ketenangannya pun terhuyung-huyung dan hampir jatuh.Ternyata, yang dimaksud Lestari dengan "keinginan tercapai" dan "umur panjang" adalah ucapan perpisahan kepadanya. Air mata mulai menggenang di sepasang mata Atmaja yang merah. Dia berusaha keras untuk mengendalikan bibirnya yang gemetar."Mustahil!"Dia sudah beberapa kali mempertaruhkan nya

  • Cinta yang Melintasi Waktu   Bab 5

    Aku mengangguk. "Baguslah."Mungkin karena melihat wajahku yang pucat, keningnya tetap berkerut. "Ucapanku kemarin memang kasar. Kamu jangan tersinggung. Tapi, Intan tidak bersalah. Kamu tidak seharusnya menyeretnya ke dalam urusan kita. Kelak, jangan mengadu lagi."Mendengar kata-katanya, hatiku terasa pahit. Namun, aku tidak lagi memberikan penjelasan dengan sedih seperti di kehidupan lampau. Aku hanya tersenyum tipis dan menjawab, "Emm, itu tidak akan terulang lagi."Atmaja merapikan selimutku dan berujar, "Karena aku tidak jadi temani kamu saksikan hujan meteor semalam, aku akan temani kamu pulang ke rumah orang tuamu setelah menikah nanti. Seingatku, kamu suka Jadur. Setelah pulang ke rumah orang tuamu, ayo kita pergi ke Jadur bersama."Aku tertegun sejenak, lalu tersenyum tipis dan menjawab, "Tidak usah. Kamu tidak perlu beri aku kompensasi atas kejadian semalam. Aku sendiri yang mau selamatkan Nona Intan."Atmaja tertegun sejenak, matanya dipenuhi emosi yang berkecamuk."Aku sud

  • Cinta yang Melintasi Waktu   Bab 4

    Di kehidupan lampau, karena aku menikah dengan Atmaja, Intan tidak dapat menerimanya. Sebulan setelahnya, dia pun mengakhiri hidupnya dengan meminum racun sihir. Atmaja tidak dapat menemukan darah yang sesuai untuk menawarkan racun sihir itu. Jadi, dia hanya bisa menyaksikan Intan meninggal tanpa daya. Gara-gara hal ini, dia pun sepenuhnya membenciku sampai ajalnya.Namun, di kehidupan ini, aku tidak menikah dengannya. Kenapa Intan tetap bunuh diri?Sebelumnya, aku masih memikirkan bagaimana aku bisa mewujudkan permintaan ketiganya. Sekarang, kesempatannya tiba juga.Aku menatapnya dan bertanya, "Jadi, kamu datang untuk mengambil darahku supaya bisa tawarkan racunnya?"Setelah mendengar pertanyaanku, Atmaja tertegun, seolah-olah tidak menyangka aku akan berkata begitu. Dia pun berbicara dengan lebih dingin lagi, "Kamu pikir aku tidak berani? Kamu sudah sebabkan Intan dihina dan minum racun. Kamu memang seharusnya menebus dosamu."Kemudian, Atmaja menyeretku pergi ke tempat tinggal Int

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status