Share

Bab 0013

Perubahan yang begitu cepat ini membuat Anita kaget.

Setelah tersadar dari kagetnya, dia segera berdiri di depan Yara.

"Kalau Nona Xilla kurang suka rancangannya, kami bisa mengubahnya. Tapi harap jaga perilaku Anda. Kalau Anda melakukan sesuatu lagi, saya akan panggil polisi."

Saat ini, semua orang di kantor mendengar keributannya dan berkumpul di luar ruang VIP.

Xilla mencibir, "Bukannya Baruy dikenal sebagai yang terbaik di seluruh negeri? Kenapa kalian mempekerjakan seniman yang menjiplak?"

Hati Anita mencelos dan dia menatap Yara penuh kebencian.

"Nona Xilla, saya nggak tahu dari mana Anda dengar informasi seperti itu. Yara masih muda dan memang pernah melakukan kesalahan di masa lalu, tapi saya jamin rancangan yang saya berikan hari ini nggak ada masalah dan kualitasnya tinggi."

"Nggak ada masalah?" Xilla berteriak keras. "Itu cuma katamu saja."

Dia menuding Yara. "Biar kuberitahu, aku pernah lihat rancangan ini sebelumnya."

Warna di wajah Yara seketika memudar. "Nggak mungkin!"

Anita juga menganggapnya tidak masuk akal dan meminta penegasan lagi. "Nona Xilla, apa yang Anda bilang tadi?"

"Aku bilang, aku pernah lihat gambar desain yang sama persis sebelumnya."

Xilla mengambil tasnya, bersiap-siap pergi.

"Kalian perusahaan ternama, tapi sampai terjadi skandal seperti ini? Bersiap-siaplah kalian dipanggil pengadilan."

Dia mendorong Yara dan melangkah keluar.

Yara terjerembap di lantai. Seluruh tubuhnya mati rasa, hanya ada satu pikiran di benaknya: tidak mungkin.

Dia menggambar rancangan ini siang malam, tidak meniru siapa pun.

Anita menyadari keseriusan masalahnya dan segera menyusul Xilla untuk meminta maaf.

"Nona Xilla, saya benar-benar minta maaf atas hal ini. Setelah kami menyelidiki kebenarannya, kami pasti akan memberi Anda penjelasan yang masuk akal."

"Menyelidiki?" Xilla berkata dengan sengit, "Apanya yang perlu diselidiki? Buat apa aku membohongi kalian?"

Dia meludah ke arah Yara. "Kalau kalian pelihara sampah murahan seperti dia, tunggu saja sampai bisnis kalian hancur."

Xilla pergi meninggalkan kehebohan.

Anita nyaris mengamuk. Apalagi karena dia sempat mengagumi Yara beberapa menit yang lalu.

Benar-benar bodoh dan tidak tertolong lagi.

Dia kembali ke ruang VIP dan berteriak pada Yara yang masih duduk di lantai. "Keluar! Kemasi barang-barangmu dan keluar sekarang!"

"Nggak, Bu Anita, aku nggak menjiplak."

Yara tidak berdaya. Dia tidak tahu kenapa hal ini bisa terjadi.

"Yara, apa menurutmu semua orang di dunia ini adalah sepupumu yang selalu memanjakanmu dan membiarkanmu menjiplak lagi dan lagi?"

Yara terus menggelengkan kepalanya. Dia benar-benar tidak menjiplak.

"Yara, kamu dipecat. Satu hal yang dipandang paling rendah di industri ini adalah plagiarisme. Jangan bekerja di bidang ini lagi."

Yara tidak tahu bagaimana dia keluar dari kantor Baruy. Tidak ada yang percaya padanya dan semua orang meremehkannya.

Sesampainya di rumah kontrakan, dia memeluk Siska dan menangis lama sekali.

"Siska, apa usahaku masih kurang? Kenapa bisa terjadi seperti ini?"

"Aku nggak pernah menjiplak siapa pun, kenapa mereka nggak mau percaya?"

Mata Siska memerah karena tersulut amarah. Dia menepuk-nepuk punggung Yara.

"Rara, itu bukan salahmu. Mereka saja yang buta dan salah paham."

"Menurutku, orang-orang di perusahaanmu pasti otaknya ikut dipotong waktu tali pusar mereka dipotong. IQ mereka mengkhawatirkan."

"Rara, bagaimana kalau kamu telepon Melanie dulu? Dia tahu kamu orang seperti apa dan dia juga direktur bagian. Kata-katanya pasti lebih dipercaya."

Ini adalah satu-satunya kesempatan Yara.

Jadi, dia segera menelepon Melanie dan menceritakan keseluruhan kejadiannya.

"Bagaimana bisa terjadi?"

Melanie yang terdengar sangat terkejut segera menghibur Yara, lalu akhirnya berjanji akan membantu.

Setelah menutup telepon, Melanie mentransfer 200 juta ke rekening. Dia juga mengirim pesan: Kerja bagus.

Di tempat lain, Yara tidak bisa berhenti memikirkan hal ini.

Dia merasa ada yang tidak beres. "Kenapa Anita bilang aku menjiplak lagi dan lagi?"

Siska juga merasa ada yang aneh. "Rara, beberapa kali, Bu Anita selalu marah-marah setiap kali kamu mengirimkan rancanganmu. Mungkinkah ... dia mengira semua itu hasil jiplakan?"

"Gawat," seru Yara. "Aku ingin menjelaskan."

Dia tidak mau difitnah dan kehilangan pekerjaannya begitu saja.

Dia cepat-cepat mengirimkan pesan kepada Anita.

"Bu Anita, kejadian hari ini harus saya perjelas. Saya tidak menjiplak siapa pun, tidak hari ini, tidak sebelumnya."

Namun, saat pesan terkirim, dia melihat bahwa dia telah diblokir.

Dia mencoba menelepon nomornya, tetapi juga diblokir.

"Rara." Siska menyerahkan ponselnya. "Mau coba pakai nomorku?"

Yara berpikir sejenak, lalu menggelengkan kepalanya.

Anita saat ini sudah terlampau marah. Saat Anita menjawab teleponnya dan menyadari itu adalah dirinya, teleponnya pasti langsung ditutup tanpa memberinya kesempatan untuk menjelaskan.

"Aku akan menemuinya besok dan menjelaskannya secara langsung."

"Benar, begitu saja!"

Keesokan harinya, Yara berangkat pagi-pagi ke perusahaan untuk menemui Anita.

Namun, di tengah jalan, dia melihat seseorang yang tidak asing menaiki taksi. "Pak Sopir, berhenti sebentar."

Itu si klien Xilla.

Hanya saja, saat ini Xilla sudah tidak mengenakan pakaian merek ternama. Pakaiannya sangat biasa dan rambutnya acak-acakan.

Setahu Yara, harga satu pesanan di Baruy tidak kurang dari 400 juta.

Harga setinggi itu bukan sesuatu yang dapat dibeli oleh Xilla yang ada di depannya saat ini.

Yara menyaksikan Xilla naik taksi dan pergi. Dia menggertakkan gigi dan segera meminta sopir taksinya untuk mengikuti.

Karena memang tidak ada plagiarisme, Xilla pasti sengaja menjebaknya.

Namun, mereka tidak saling kenal.

Sekitar satu jam kemudian, taksi akhirnya berhenti.

Yara keluar dari mobil dan melihat kompleks perumahan berisi bangunan rendah dan terlantar.

Xilla tinggal di sini?

Dia semakin yakin akan penilaiannya bahwa Xilla adalah orang suruhan.

"Nona Xilla!" panggil Yara.

Xilla berbalik dan saat dia melihat Yara, sekilas muncul kepanikan di wajahnya.

"Aku nggak kenal kamu. Kamu salah orang."

Dia berbalik ingin melarikan diri.

"Xilla, berhenti!"

Yara mengejarnya dan menghentikannya. "Kenapa kamu menyakitiku?"

"Aku nggak tahu apa yang kamu bicarakan."

Xilla menunduk, tidak berani menatap mata Yara.

"Kamu nggak tahu?"

Yara meraih lengannya dan berjalan keluar. "Ikuti ke kantor polisi, nanti pasti kamu tahu."

"Lepas, lepaskan aku!"

Xilla berjuang melepaskan diri mati-matian. "Ada wanita yang memberiku 200 juta."

Yara memandang kaget. "Apa katamu?"

"Seorang wanita mendatangiku dan berkata akan memberiku 200 juta, membelikan dua pasang pakaian merek terkenal, dan memberiku peran di sebuah sinetron."

"Dia memintaku pergi ke perusahaan itu dan berkata ... sudah pernah melihat rancangan itu. Aku nggak tahu apa-apa lagi selain itu."

Genggaman tangan Yara menjadi sedikit lebih erat.

"Lepaskan aku, aku nggak mau pergi ke kantor polisi."

"Oke, kalau kamu nggak mau ke kantor polisi, pergi ke Baruy saja dan jelaskan pada manajer kami."

"Nggak, aku nggak mau pergi." Xilla duduk di tanah. "Nggak ada gunanya menyeretku ke sana, aku nggak akan bersaksi membelamu."

Yara menggertakkan gigi penuh kebencian. "Nggak apa-apa kalau kamu nggak mau pergi, tapi katakan padaku, seperti apa wajah wanita yang mendekatimu itu?"

"Sangat cantik."

Yara berpikir sejenak, lalu mengeluarkan ponselnya. Dia mencari sebuah foto dan memperlihatkannya.

"Perhatikan baik-baik, apakah wanita ini?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status