Share

Bab 6 Di Balik Rencana

Malam ini hujan turun dengan angkuhnya.

Sedari pukul lima sore.

Padahal, kita sudah membuat janji untuk menikmati malam Minggu berdua.

Bahkan, untuk menentukan ke mana kita malam ini, kau dan aku sempat berdebat.

Kau ingin ke toko buku.

Sedangkan, aku ingin mengajakmu datang ke acara malam puisi (aku sebenarnya telah menyiapkan puisi untuk kubacakan di depan semua orang "untuk kamu").

Namun akhirnya, kita sepakat: setelah ke toko buku, barulah kita datang ke acara malam puisi.

Katamu, ke toko bukunya hanya sebentar, kau hanya ingin membeli buku baru penulis idolamu.

Kau tahu? Jauh sebelum malam ini, dua minggu yang lalu.

Aku sudah menyiapkan semuanya untukmu.

Juga, sebenarnya acara malam puisi ini adalah salah satu hal yang aku tunggu.

Dan, semuanya seperti kebetulan, malam ini kau ulang tahun.

Aku pun berpikir, sebuah puisi untuk menikmati malam berdua denganmu adalah cara paling syahdu.

Pukul tujuh lewat empat puluh lima menit, malam.

Hujan belum juga reda.

Malah semakin lebat.

Sepertib enggan menyediakan waktu untuk merasakan hangatnya malam Minggu.

Kita terus berkabar.

Berharap hujan segera berhenti.

Agar kita bisa keluar rumah, dan bertemu di toko buku, lalu berangkat berdua ke acara malam puisi.

Satu jam kemudian, kau melunak.

Katamu, kita tidak usah ke toko buku.

Kita segera ke malam puisi saja.

Lalu, berharap hujan segera reda.

Kau terdengar sedikit mengeluh, kau tidak suka hujan saat ingin berpergian seperti ini.

Aku hanya bisa mengamini doamu, berharap yang sama.

Agar setelah hujan reda kita bisa segera bertemu.

Dua jam kemudian, hujan tidak juga berhenti.

Semua rencana yang telah kita susun sedemikian rupa batal begitu saja.

Padahal kita sempat berdebat menentukan ke mana kita akan pergi.

Sekarang tidak ada toko buku dan malam puisi.

Tidak juga ada pelukan saat malam ulang tahunmu.

Namun, kita tetap bisa bersama.

Berdua di balik ponsel, di rumah masing-masing.

Berharap yang sama.

Meski kita tidak berada pada ruang yang sama, kita selalu bisa menikmati cinta.

Walau tidak sesuai rencana.

Memang benar, terkadang apa yang kita rencanakan sebaik mungkin pun belum tentu bisa terlaksana dengan baik.

Namun, di balik semua yang gagal ada hal manis yang tertinggal.

Kita selalu ke mana-mana berdua, menikmati apa saja berdua.

Bahkan, setiap ulang tahun kita selalu merayakannya berdua.

Namun, malam ini Tuhan berkehendak lain, Tuhan hanya ingin kita menikmati dengan cara yang lain.

Menikmati hujan dan belajar memanjatkan doa berdua tanpa perlu ke mana-mana.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status