Malam ini hujan turun dengan angkuhnya.
Sedari pukul lima sore.
Padahal, kita sudah membuat janji untuk menikmati malam Minggu berdua.
Bahkan, untuk menentukan ke mana kita malam ini, kau dan aku sempat berdebat.
Kau ingin ke toko buku.
Sedangkan, aku ingin mengajakmu datang ke acara malam puisi (aku sebenarnya telah menyiapkan puisi untuk kubacakan di depan semua orang "untuk kamu").
Namun akhirnya, kita sepakat: setelah ke toko buku, barulah kita datang ke acara malam puisi.
Katamu, ke toko bukunya hanya sebentar, kau hanya ingin membeli buku baru penulis idolamu.
Kau tahu? Jauh sebelum malam ini, dua minggu yang lalu.
Aku sudah menyiapkan semuanya untukmu.
Juga, sebenarnya acara malam puisi ini adalah salah satu hal yang aku tunggu.
Dan, semuanya seperti kebetulan, malam ini kau ulang tahun.
Aku pun berpikir, sebuah puisi untuk menikmati malam berdua denganmu adalah cara paling syahdu.
Pukul tujuh lewat empat puluh lima menit, malam.
Hujan belum juga reda.
Malah semakin lebat.
Sepertib enggan menyediakan waktu untuk merasakan hangatnya malam Minggu.
Kita terus berkabar.
Berharap hujan segera berhenti.
Agar kita bisa keluar rumah, dan bertemu di toko buku, lalu berangkat berdua ke acara malam puisi.
Satu jam kemudian, kau melunak.
Katamu, kita tidak usah ke toko buku.
Kita segera ke malam puisi saja.
Lalu, berharap hujan segera reda.
Kau terdengar sedikit mengeluh, kau tidak suka hujan saat ingin berpergian seperti ini.
Aku hanya bisa mengamini doamu, berharap yang sama.
Agar setelah hujan reda kita bisa segera bertemu.
Dua jam kemudian, hujan tidak juga berhenti.
Semua rencana yang telah kita susun sedemikian rupa batal begitu saja.
Padahal kita sempat berdebat menentukan ke mana kita akan pergi.
Sekarang tidak ada toko buku dan malam puisi.
Tidak juga ada pelukan saat malam ulang tahunmu.
Namun, kita tetap bisa bersama.
Berdua di balik ponsel, di rumah masing-masing.
Berharap yang sama.
Meski kita tidak berada pada ruang yang sama, kita selalu bisa menikmati cinta.
Walau tidak sesuai rencana.
Memang benar, terkadang apa yang kita rencanakan sebaik mungkin pun belum tentu bisa terlaksana dengan baik.
Namun, di balik semua yang gagal ada hal manis yang tertinggal.
Kita selalu ke mana-mana berdua, menikmati apa saja berdua.
Bahkan, setiap ulang tahun kita selalu merayakannya berdua.
Namun, malam ini Tuhan berkehendak lain, Tuhan hanya ingin kita menikmati dengan cara yang lain.
Menikmati hujan dan belajar memanjatkan doa berdua tanpa perlu ke mana-mana.
Hat Ini Tak Terpikirkan Sebelumnya Aku tidak pernah berpikir akan menjadi kekasihnya. Tidak pernah juga berharap akan menjadi seseorang yang menemaninya makan sebagai sepasang kekasih. Aku dan dia hanya berteman, sebelumnya. Sebelum akhirnya kami saling menyadari. Ada hal yang mengikat kami. Perasaan yang tumbuh melalui proses panjang. Perasaan yang berawal dari perkenalan biasa. Kemudian kami memilih berteman. Hingga akhirnya kami sepakat menyebutnya dengan sahabat. Setelah sekian lama. Tanpa kami sadari. Hari ini aku dan dia sudah menjadi begini saja. Tiba-tiba saja aku cemburu saat ada orang lain menginginkannya. Tiba-tiba saja aku merasa risih saat ada teman lain yang lebih mesra dengannya. Entah sejak kapan. Yang aku tahu, perasaan itu mulai mendatangiku setiap kali ia membagi senyum kepada orang lain. Jika
Apa Jatuh Cinta BeginiSebuah Kesalahan?Sejujurnya aku senang berlama-lama denganmu.Menikmati setiap detik yang menemani detak jantungkita. Suaramu, manjamu, dan semua hal yang kauhadirkan membuatku merasa lebih baik. Seringkali suasana hati yang sedang tak keruan bisa tiba-tiba tenang karenamu. Semakin hari kita semakin nyaman. Dan,rasanya aku semakin terikat kepadamu. Ada rasa butuh yang membuatku semakin betah denganmu.Namun, ada sesuatu yang tiba-tiba mendebarkan dadaku lebih kencang.Ada hal yang tiba-tiba menggoyahkan segalanya. Kata nyaman tak lagi terasa seaman dulu. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Akubahkan tidak bisa memercayai diriku sendiri. Aku jatuh hati pada seseorang yang sudah membiarkan hatinyadi ikat oleh orang lain.Apakah perasaan ini salah? Adakah cinta yang tumbuhatas kesalahan? Atau, memang keadaan yang membuatsemua ini menjadi salah. Lalu, k
Tak perlu Tergesah-gesahBelakangan aku hanya ingin sendiri.Menikmati hari-hari sendiri.Tanpa siapa pun.Tidak ada alasan yang perlu dijelaskan untuk itu.Aku hanya ingin sendiri.Dan, itu cukup untuk menjadi alasan yang kuat.Bukankah semua yang kita jalani berawal dari keinginan? Meski tanpa kita sadari, meski tidak atas keinginan kita sendiri.Seperti, kamu harus kuliah di jurusan A, itu ingin orangtuamu.Walaupun kau tak ingin, kau tetap menjalaninya.Apalagi yang sudah menjadi keinginan sendiri, tentu tidak butuh penjelasan.Sebab, apa yang diinginkan diri sendiri memang tidak semuanya harus dijelaskan kepada orang lain.Jika itu berkaitan dengan hal yang bisa dilakukan sendiri.Seperti aku sedang ingin sendiri.Tidak kupungkiri, sejak berakhir luka denganmu, rasanya untuk jatuh cinta kembali cukup sulit.Perasaan yang ada di dadaku semakin rumit.Pada
Melebihi TemanMungkin kau lupa ada perasaan yang tidak bisa dijadikan bahan gurauan.Kau selalu saja menganggap apa yang aku lakukan sebagai gurauan.Padahal, aku butuh kekuatan lebih untuk mengatakan itu.Aku butuh keberanian menatap matamu saat berbicara hal ini.Sungguh, mencintai seseorang yang sudah lama dikenal sebagai teman tidak mudah.Aku harus mencari cara yang tepat agar apa yang aku katakan tidak dianggap sebagai ucapan seorang teman.Seperti yang kau lakukan selama ini."Ah, kau suka bercanda!" katamu. Padahal untuk mengatakan aku suka padamu, aku butuh berhari-hari mengajak diriku sendiri bicara.Kita melakukan hal-hal lebih.Aku mulai merasakan perasaan aneh kalau tidak bertemu kamu.Menjadi serba salah kalau sudah berada di dekatmu.Sementara kamu, masih bersikap seperti biasa.Seolah tidak ada perasaan yang berbeda.Apakah selama ini kau tid
Jangan menghilangTiba-tiba saja kau menghilang.Apa kau kira dipermainkan rindu itu menyenangkan?Apa yang ada di kepalamu saat aku mencari dan kau seolah tidak mau tahu.Apa khawatirku bukan lagi pedulimu? Apa patah hatiku bukan lagi resahmu?Kita tidak sedang bermain-main.Namun, kau seolah mempermainkan apa yang kutitipkan padamu.Sesuatu yang kadang tidak sempat terucap lewat kata, tetapi selalu terselip dalam doa.Sesuatu yang kadang tidak mampu dinadakan suara, tetapi selalu tidak bisa dipungkiri mata.Jangan jauh-jauh. Aku manusia yang jatuh membutuhkanmu.Ke mana saja kamu? Rinduku memikirkanmu hingga menyendu. Lihatlah matanya sembab karena sebab pergimu.Bukan maksud untuk memenjarakan bebasmu.Namun, memberi kabar di mana pijakmu adalah pelerai gundahku.Bukan untuk menghalangi langkahmu.Namun, tahu kalau kau baik-baik saja adalah tenangku.
Hujan dan Kamuadalah RinduHujan di kota ini terasa semakin dingin saat kau dan aku terlalu jauh untuk melepaskan ingin.Memeluk, mendekap, meyakinkan semuanya masih baik-baik saja.Ini hanya hujan, bukan duka.Biarlah rindu-rindu yang jatuh di dada kita merasakan betapa kita bahagia.Meski peluk tak selalu bisa kita dekap kapan saja.Namun, kau dan aku akan tetap merasa sama dalam hal menjaga setia.Hujan adalah puisi Tuhan -yang dijatuhkan di antara usaha kita untuk tetap bertahan.Dalam rintik-rintik yang membasahi jarak, dalam rintih-rintih yang melepaskan sesak.Di dadaku, kau adalah rindu tanpa ampun.Yang kujaga dalam hujan-hujan di bawah mata. Ku peluk erat bersama ingatan dan doa-doa.Tak lain hanya untuk meyakinkan kita tetap ada.Kala hujan begini, aku selalu membayangkan ada kamu di sini.Menemaniku menikmati hujan yang melarutkan s
Yang Orang-orangSebut CintaAku ingat tanpa sengaja mataku menatap matamu sore itu.Semalaman aku berpikir apa aku jatuh cinta kepadamu? Apa semudah itu hati dijatuhi.Satu pandangan saja dan dadaku berdetak tak tertata.Dua hari kemudian kita bertemu lagi, tetapi aku sengaja diam.Bukan karena tidak merasa rindu.Jika saja aku berani, ingin kupeluk dan kukecup mesra keningmu.Namun, kita belum punya ikatan apa-apa.Kita bahkan tidak begitu banyak bertegur sapa.Mungkin benar begini: apa yang terasa di hati adalah hal-hal yang ditatap mata.Dan, ia merekamnya hingga terserap di dada.Lalu, orang-orang menyebutnya cinta.Hal yang sama seperti yang aku rasa. Selepas bertemu denganmu.Semalaman aku menghabiskan waktu berpikir tentangmu.Mengingat-ingat apa yang terjadi.Lalu tersenyum membayangkan senyummu.Dan, menyadari betapa indahnya pe
Aku tak pernah mendugaAda yang selalu menyenangkan dalam hidup.Bahwa hidup selalu memberikan kejutan.Hal-hal yang tak pernah terpikirkan sebelumnya.Tiba-tiba saja. Tanpa rencana sesuatu terjadi pada kita.Kau yang awalnya, aku pikir orang yang tidak menyenangkan meski bukan orang yang membosankan.Intinya, aku dan kau sama sekali tidak ada apa-apa.Tidak ada hubungan. Bahkan tidak berteman akrab.Kita hanya dua orang yang saling mengenal sekadarnya.Bertegur sapa sekenanya saja.Tidak ada yang berlebihan.Bahkan, pada beberapa kesempatan sebelumnya.Kita sama sekali tidak saling memedulikan.Kau sibuk dengan urusanmu. Aku juga sibuk dengan urusanku.Meski kita sering bertemu (tanpa sengaja) di tempat yang sama. Kebetulan saja kita satu kampus.Aku masih ada urusan di kampus. Aku hanya menikmati hari-hariku yang menyenangkan.Berteman dan bertemu dengan ba