Aku tahu aku yang jatuh cinta.
Bukan dirimu.
Aku paham aku yang memiliki perasaan terlebih dulu kepadamu.
Aku yang diam-diam memerhatikanmu.
Yang tanpa pernah kau sadari (atau mungkin kau sadar tetapi pura-pura tidak sadar) aku sering mencari perhatianmu.
Aku hanya ingin melakukan sesuatu agar kau melirik aku.
Hanya ingin kau tahu ada orang yang dengan sepenuh hati sedang ingin kau tatap.
Meski sejujurnya, dengan beradasedang ingin kau tatap.
Meski sejujurnya, dengan berada di sampingmu tanpa kau tahu perasaanku pun sudah bahagia.
Aku hanya ingin menumpangkan rindu di dadamu. Bukan untuk memaksamu memilikinya.
Aku hanya ingin menumpang harap di pelukmu. Bukan untuk memaksamu mewujudkannya.
Aku hanya ingin mencintaimu, tanpa pernah memaksamu untuk kembali membalas cinta.
Aku hanya ingin melakukan hal-hal yang tak membuat hatiku menyesal nanti bila aku tak melakukannya.
Kelak, jika doa-doaku tidak pernah dikabulkan Tuhan untuk bersamamu, aku tidak akan pernah menyesal telah memanjatkannya dalam pagi-pagiku yang dingin.
Dalam malam-malamku yang ingin.
Dalam rindu-rindu yang sepi, tanpa pernah merasakan peluk yang pasti.
Karena bagiku, mencintaimu saja adalah hal istimewa.
Mencintaimu saja adalah hal yang tidak akan pernah mampu dibeli dengan apa pun.
Oleh apa pun.
Karena hanya aku yang bisa mencintaimu seperti ini.
Denga mencintaimu saja aku sudah bahagia.
Apalagi bila bisa memiliki dan menyatukan hati denganmu
Kalau diibaratkan warna. Ini mungkin warna merah jambu muda. Lembut, lucu, dan bikin bahagia. Begitulah perasaan saat menikmati obrolan denganmu. Meski hanya melalui chatting. Namun sungguh, aku bahagia. Aku menikmati pembicaraan yang sejujurnya terkesan kaku. Bagaimana tidak, aku harus menenangkan diri untuk membalas chatmu. Sumpah, ini bikin deg-degan. Kalau kau pernah menanti momen pengumuman juara di sebuah lomba. Barangkali ini lebih deg-degan dari itu. Aku bahkan menulis beberapa pesan, lalu menghapusnya, berulang-ulang sebelum akhirnya kukirimkan kepadamu. Momen chatting denganmu sudah lama kunantikan. Berkali-kali aku online di media sosial. Selalu saja aku melihat akun media sosialmu. Namun, ternyata untuk sekadar mengirimimu salam atau halo saja aku tidak berani. Ah, apa setiap hal yang diikutsertakan hati memang begini? Aku bahkan
Berlama-lama Mungkin, ini yang namanya nyaman. Berlama-lama denganmu. Tak melakukan apa-apa. Selain saling diam menatap pantai. Atau tiduran menatap langit di taman belakang kampus. Melihat bintang-bintang berlarian. Menikmati momen diam yang lama. Kita tidak perlu apa-apa lagi untuk merasakan bahagia. Berjam-jam tanpa suara, masih bisa membuat kita ingin berdua. Aku senang menatapmu, yang tiba-tiba menatapku lama. Di matamu, aku selalu merasa lebih baik. Aku tak pernah merasa sendiri. Aku selalu punya teman, bahkan saat aku sudah pulang. Di kepalaku kau kuajak ke mana-mana. Mendatangi tempat-tempat tak terduga. Itulah alasan, kenapa aku selalu ingin bertemu denganmu. Aku suka mengusap keningmu. Menggodamu,"Ih, jerawatan". Atau sekadar membelai rambutmu, "Ih, kamu ketombean, ya?" Kamu cemb
Malam ini hujan turun dengan angkuhnya. Sedari pukul lima sore. Padahal, kita sudah membuat janji untuk menikmati malam Minggu berdua. Bahkan, untuk menentukan ke mana kita malam ini, kau dan aku sempat berdebat. Kau ingin ke toko buku. Sedangkan, aku ingin mengajakmu datang ke acara malam puisi (aku sebenarnya telah menyiapkan puisi untuk kubacakan di depan semua orang "untuk kamu"). Namun akhirnya, kita sepakat: setelah ke toko buku, barulah kita datang ke acara malam puisi. Katamu, ke toko bukunya hanya sebentar, kau hanya ingin membeli buku baru penulis idolamu. Kau tahu? Jauh sebelum malam ini, dua minggu yang lalu. Aku sudah menyiapkan semuanya untukmu. Juga, sebenarnya acara malam puisi ini adalah salah satu hal yang aku tunggu. Dan, semuanya seperti kebetulan, malam ini kau ulang tahun. Aku pun berpikir, sebuah puisi untuk menikmati malam berdua denganmu adalah cara
Hat Ini Tak Terpikirkan Sebelumnya Aku tidak pernah berpikir akan menjadi kekasihnya. Tidak pernah juga berharap akan menjadi seseorang yang menemaninya makan sebagai sepasang kekasih. Aku dan dia hanya berteman, sebelumnya. Sebelum akhirnya kami saling menyadari. Ada hal yang mengikat kami. Perasaan yang tumbuh melalui proses panjang. Perasaan yang berawal dari perkenalan biasa. Kemudian kami memilih berteman. Hingga akhirnya kami sepakat menyebutnya dengan sahabat. Setelah sekian lama. Tanpa kami sadari. Hari ini aku dan dia sudah menjadi begini saja. Tiba-tiba saja aku cemburu saat ada orang lain menginginkannya. Tiba-tiba saja aku merasa risih saat ada teman lain yang lebih mesra dengannya. Entah sejak kapan. Yang aku tahu, perasaan itu mulai mendatangiku setiap kali ia membagi senyum kepada orang lain. Jika
Apa Jatuh Cinta BeginiSebuah Kesalahan?Sejujurnya aku senang berlama-lama denganmu.Menikmati setiap detik yang menemani detak jantungkita. Suaramu, manjamu, dan semua hal yang kauhadirkan membuatku merasa lebih baik. Seringkali suasana hati yang sedang tak keruan bisa tiba-tiba tenang karenamu. Semakin hari kita semakin nyaman. Dan,rasanya aku semakin terikat kepadamu. Ada rasa butuh yang membuatku semakin betah denganmu.Namun, ada sesuatu yang tiba-tiba mendebarkan dadaku lebih kencang.Ada hal yang tiba-tiba menggoyahkan segalanya. Kata nyaman tak lagi terasa seaman dulu. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Akubahkan tidak bisa memercayai diriku sendiri. Aku jatuh hati pada seseorang yang sudah membiarkan hatinyadi ikat oleh orang lain.Apakah perasaan ini salah? Adakah cinta yang tumbuhatas kesalahan? Atau, memang keadaan yang membuatsemua ini menjadi salah. Lalu, k
Tak perlu Tergesah-gesahBelakangan aku hanya ingin sendiri.Menikmati hari-hari sendiri.Tanpa siapa pun.Tidak ada alasan yang perlu dijelaskan untuk itu.Aku hanya ingin sendiri.Dan, itu cukup untuk menjadi alasan yang kuat.Bukankah semua yang kita jalani berawal dari keinginan? Meski tanpa kita sadari, meski tidak atas keinginan kita sendiri.Seperti, kamu harus kuliah di jurusan A, itu ingin orangtuamu.Walaupun kau tak ingin, kau tetap menjalaninya.Apalagi yang sudah menjadi keinginan sendiri, tentu tidak butuh penjelasan.Sebab, apa yang diinginkan diri sendiri memang tidak semuanya harus dijelaskan kepada orang lain.Jika itu berkaitan dengan hal yang bisa dilakukan sendiri.Seperti aku sedang ingin sendiri.Tidak kupungkiri, sejak berakhir luka denganmu, rasanya untuk jatuh cinta kembali cukup sulit.Perasaan yang ada di dadaku semakin rumit.Pada
Melebihi TemanMungkin kau lupa ada perasaan yang tidak bisa dijadikan bahan gurauan.Kau selalu saja menganggap apa yang aku lakukan sebagai gurauan.Padahal, aku butuh kekuatan lebih untuk mengatakan itu.Aku butuh keberanian menatap matamu saat berbicara hal ini.Sungguh, mencintai seseorang yang sudah lama dikenal sebagai teman tidak mudah.Aku harus mencari cara yang tepat agar apa yang aku katakan tidak dianggap sebagai ucapan seorang teman.Seperti yang kau lakukan selama ini."Ah, kau suka bercanda!" katamu. Padahal untuk mengatakan aku suka padamu, aku butuh berhari-hari mengajak diriku sendiri bicara.Kita melakukan hal-hal lebih.Aku mulai merasakan perasaan aneh kalau tidak bertemu kamu.Menjadi serba salah kalau sudah berada di dekatmu.Sementara kamu, masih bersikap seperti biasa.Seolah tidak ada perasaan yang berbeda.Apakah selama ini kau tid
Jangan menghilangTiba-tiba saja kau menghilang.Apa kau kira dipermainkan rindu itu menyenangkan?Apa yang ada di kepalamu saat aku mencari dan kau seolah tidak mau tahu.Apa khawatirku bukan lagi pedulimu? Apa patah hatiku bukan lagi resahmu?Kita tidak sedang bermain-main.Namun, kau seolah mempermainkan apa yang kutitipkan padamu.Sesuatu yang kadang tidak sempat terucap lewat kata, tetapi selalu terselip dalam doa.Sesuatu yang kadang tidak mampu dinadakan suara, tetapi selalu tidak bisa dipungkiri mata.Jangan jauh-jauh. Aku manusia yang jatuh membutuhkanmu.Ke mana saja kamu? Rinduku memikirkanmu hingga menyendu. Lihatlah matanya sembab karena sebab pergimu.Bukan maksud untuk memenjarakan bebasmu.Namun, memberi kabar di mana pijakmu adalah pelerai gundahku.Bukan untuk menghalangi langkahmu.Namun, tahu kalau kau baik-baik saja adalah tenangku.