Beranda / Romansa / Cintai Aku Suamiku / 3 Awal Rasa Sakit

Share

3 Awal Rasa Sakit

Penulis: Ria Wijaya
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-08 14:34:01

Tidak terasa tiga bulan sudah Ellena tinggal di negara ini. Dan selama itu pula Ellena sudah bekerja di majikan yang sama dengan Erwin. Ellena meminta diberi pekerjaan kepada Erwin, dia ingin mendapatkan uang untuk bisa kembali ke negara asalnya.

Tuan Deffin adalah seorang tuan muda penguasa negeri ini, dia memiliki seorang istri yang cantik dan baik hati yang bernama Azkia, mereka berdua sudah dikaruniai seorang putra yang bernama Reynand, seorang bayi lelaki yang tampan dan menggemaskan yang sudah berusia empat bulan.

Ellena bekerja sebagai pengasuh Reynand, setelah Erwin memberikan beberapa pilihan pekerjaan kepada Ellena, Ellena lebih memilih menjadi pengasuh bayi, karena dia memang suka dengan anak kecil.

Dan selama tinggal di rumah Deffin, Ellena menjadi sedikit lebih banyak mengetahui tentang Erwin yang sangat misterius baginya.

****

Pada waktu menjelang siang, Azkia dan Ellena sedang duduk santai sambil mengasuh Reynand, Azkia yang sangat suka dengan sifat gadis polos yang sedang duduk di depannya, berencana ingin menjodohkannya dengan Erwin.

Azkia semakin girang di dalam hati, ketika melihat Ellena yang menatap Erwin tertarik, di saat Erwin sedang tidak sengaja lewat di belakang Azkia.

"Ehm." Azkia berdehem melihat kelakuan Ellena yang mencuri pandang ke arah Erwin.

Ellena yang mendengar deheman Azkia mendadak salah tingkah, Azkia yang melihat ada semburat merah di pipi Ellena sudah tidak bisa menahan senyumnya lagi.

"Sepertinya kamu tertarik dengan Erwin," ujar Azkia. 

"Tidak, Nona!" jawab Ellena panik. 

"Hehehe ... Sudahlah Ellena, kamu tidak bisa menutupinya dariku." 

"Nona, mana mungkin saya berani menaruh rasa suka kepada tuan Erwin yang seperti tidak tersentuh itu," ujar Ellena lirih.

Sejak pertama kali bertemu dengan Erwin, Ellena memang sudah jatuh hati dengan dewa penolongnya. Ellena mengira bahwa Erwin adalah lelaki yang berhati hangat, namun ternyata dugaannya salah.

Selama tiga bulan mengenal Erwin, ternyata Erwin adalah orang yang dingin, Erwin hanya mau bicara seperlunya saja dengan orang lain, namun entah kenapa ketika dengan Azkia semua sikapnya berbanding terbalik.

Azkia yang mendengar perkataan Ellena tersenyum. "Erwin sebenarnya berhati hangat Ellena, dia orang yang sangat baik. Kamu jangan khawatir, aku akan membantumu mencairkan sikap dinginnya itu, aku mendukungmu." Azkia mengepalkan tangannya memberikan semangat kepada Ellena.

"Nona bisa saja, tapi sayang mungkin ini hari terakhir saya bekerja di sini Nona."

Perkataan Ellena membuat Azkia terkejut. " Hei, kenapa kamu tiba-tiba ingin berhenti bekerja, Ellena?!"

"Apakah kamu tidak nyaman bekerja di sini?"

"Apa kamu ingin ganti pekerjaan? nanti biar saya bantu bicara dengan Deffin kalau kamu ingin ganti profesi."

"Atau apakah kami membuat kesalahan, hingga kamu mendadak ingin berhenti?" Azkia mencecar pertanyaan untuk Ellena dengan panik.

Azkia sudah merasa cocok dengan Ellena, dia merasa sedih jika gadis di depannya ini memutuskan berhenti bekerja.

"Tidak, Nona. Di sini sangat nyaman, Nona dan Tuan juga sangat baik, dan saya sangat suka dengan pekerjaan saya mengasuh Rey yang menggemaskan ini, tetapi saya ingin kembali ke negara saya, saya sudah sangat merindukan orang tua saya," jawab Ellena jujur.

"Oh begitu ... Kalau seperti itu aku sudah tidak bisa mencegah, tapi kalau bisa kamu urungkan niatmu itu ya ...." pinta Azkia yang membuat Ellena tersenyum bahagia, dia sangat senang bisa mengenal nona mudanya yang tidak pernah menganggapnya sebagai pengasuh.

Azkia memperlakukannya seperti seorang adik, dan itu jelas membuatnya juga ikut bersedih jika meninggalkan tempat ini.

Di saat suasana sedang sedih, tangisan Rey membuat Ellena segera berdiri menghampiri stroller bayi untuk menenangkan Rey.

"Popok Rey sudah penuh, saya tinggal dulu untuk menggantinya, Nona."

Azkia mengangguk, menatap nanar gadis yang sedang menggendong anaknya menuju ke kamar.

Setelah kepergian Ellena, Erwin yang melihat wajah muram Azkia segera mendekat dan bertanya, "Kenapa dengan wajah Anda, Nona? Mengapa jadi berubah muram tidak seperti tadi?"

"Apa kamu tahu rencana Ellena yang ingin berhenti bekerja, Erwin?" 

Erwin mengernyit heran. "Tidak," jawabannya datar.

"Huh, padahal aku sudah sangat cocok dengan dia, aku sudah tidak kesepian lagi semenjak Ellena ada di sini."

Erwin diam tidak memberi respon, lalu dia segera pergi ketika melihat Deffin yang sudah pulang datang mendekat.

Dia tidak ingin melihat adegan yang selalu membuat hatinya panas, ketika berjalan melewati anak tangga, Erwin berpapasan dengan Ellena yang sedang menuruni tangga.

"Kamu ingin berhenti bekerja?" tanya Erwin datar.

"I-iya, Tuan. Karena tabunganku sudah cukup, saya ingin kembali ke negara saya.

"Baiklah, tapi nanti kamu bersihkan dahulu kamar di rumahku yang dua hari dulu pernah kamu tempati, aku tidak ingin ada barang bekasmu yang tersisa di sana," ujar Erwin yang tidak sadar telah menyakiti hati Ellena.

"Baik Tuan, sebelum saya pergi, nanti saya bersihkan," sahut Ellena sopan.

Erwin kemudian berlalu, meninggalkan Ellena yang sedang bergumam dalam hatinya, "Apakah ini yang Anda maksud berhati hangat, nona? Tuan Erwin bahkan tidak ingin barang yang bekas kupakai tertinggal di rumahnya, padahal hanya beberapa lembar pakaian yang sudah saya cuci bersih. Bagaimana mungkin saya akan bisa mendapatkan perasaan tuan Erwin, jika sampai sekarang cinta tuan Erwin hanya ada untuk Anda."

Tanpa ada yang memberi tahu, Ellena mengerti bahwa cara Erwin memandang Azkia bukanlah tatapan rasa hormat untuk majikan, setiap tatapan dan sikap lembutnya kepada Azkia adalah karena perasaan cinta.

Ellena menghela napas dalam, dia berharap hari cepat sore agar dia bisa pamit dan segera membersihkan kamar yang dulu pernah dia tempati selama dua hari di rumah Erwin.

****

Sore yang ditunggu Ellena telah tiba, setelah drama tangis panjang ketika berpamitan dengan majikan beserta orang yang bekerja di sana telah usai, kini Ellena sudah sampai di rumah Erwin.

Semua orang merasa sedih akan kehilangan sosok cerianya, Ellena pun juga tidak kalah sedih karena dia akan berpisah dengan orang-orang baik di negara ini.

Karena kebanyakan melamun sebab memikirkan bagaimana nasibnya nanti ketika sampai di negaranya, membuat Ellena cukup lama berada di kamar itu, hingga dia tersadar karena dikejutkan dengan suara ketukan pintu.

"Ada apa, Bi Ema?" Setelah membuka pintu, ternyata pelayan Erwin yang mengetuk pintunya.

"Tuan berpesan, Anda harus membawa semua barang di kamar ini, yang memang disiapkan tuan untuk Anda."

"Kenapa harus semua Bi? Saya hanya memakai Empat lembar pakaian saja, jadi hanya itu yang akan saya bawa. Barang lainnya masih utuh, saya hanya akan membawa barang yang pernah saya pakai."

"Maaf Nona, tapi Anda harus mengikuti perintah tuan Erwin. Ini kopernya." Bibi Ema menyerahkan koper dengan sopan, setelah itu dia langsung pergi, karena memang dilarang Erwin untuk membantu Ellena.

Dengan terpaksa Ellena mengemasi semua barang-barang itu, namun karena kopernya tidak muat dia menulis memo untuk meminta maaf karena menyisakan barang, Ellena hanya membawa beberapa lembar pakaian dan sepasang sepatu, dan untuk peralatan make-up yang sudah disediakan lengkap, dia hanya memilih bedak dan lipstik saja.

Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 20.00, dia segera bergegas karena satu jam lagi adalah jadwal penerbangan pesawat yang akan ditumpanginya.

Ketika sudah membuka pintu hendak keluar kamar, Ellena terkejut melihat Erwin yang berdiri di depan kamarnya dengan penampilan kacau dan bau alkohol yang sangat menyengat menyeruak di Indra penciumannya.

Tanpa aba-aba, tiba-tiba saja Erwin mencium bibir Ellena dan mendorongnya masuk ke dalam kamar, Erwin sempat mengunci kamar tanpa melepaskan ciuman itu, lalu dia dengan terburu-buru membawa Ellena ke ranjang, Erwin tidak peduli dengan tangisan dan penolakan Ellena, dia hanya ingin malam ini gairahnya bisa dituntaskan.

Dan malam itu awal rasa sakit untuk Ellena telah dimulai.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
ari fin
kok naskahnya d ulang alik trs..menyebalkann
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Cintai Aku Suamiku   64. Akan Selalu Mencintaimu (End)

    Beberapa hari kemudian...Semenjak kejadian itu, Ellena sering merenung sendirian. Namun, jika ada Erwin di rumah, Ellena menjadi sosok yang seperti biasanya. Sebab, Ellena tidak ingin Erwin melihat dirinya yang sebenarnya masih tertekan atas kejadian di hari itu.Sedangkan Erwin sendiri, ia sangat tahu apa yang dirasakan Ellena saat ini, meskipun Ellena selalu berusaha menutupinya.Namun, Erwin juga tidak akan memaksa Ellena agar mau bercerita kepadanya, Erwin mengerti jika Ellena butuh ruang untuk berdamai dengan batinnya sendiri.Ellena yang sedang melamun di balkon kamarnya, ia tersentak saat tiba-tiba Erwin memeluknya dan berbicara padanya."Sayang, maukah kamu menemaniku pergi ke rumah, Tuan Deffin?" tanya Erwin lembut."Sayang, kamu membuatku terkejut. Sejak kapan kamu pulang?""Sudah dari sepuluh menit yang lalu," sahut Erwin seraya mencium pipi Ellena. "Bagaimana dengan pertanyaanku yang tadi? Maukah kamu menemaniku ke rumah Tuan Deffin?"Ellena tersenyum, ia juga langsung men

  • Cintai Aku Suamiku   63. Masalah Telah Berakhir

    Meskipun Erwin menyadari apa yang sedang dilakukan Camelia, Erwin tetap mengabaikannya, seolah-olah nyawanya memang tak berharga."Hei, letakkan pistolmu! Ataukah kau ingin mati juga?" teriak Lucas seraya mengacungkan pistol miliknya ke arah Camelia.Camelia tertawa frustasi. "Dia sudah membunuh Kakak ku, apakah kau pikir dia masih pantas untuk hidup?" Julian sebenarnya bukanlah kakak kandung Camelia. Namun, karena Julian pernah menyelamatkan hidupnya, Camelia menganggapnya sebagai kakak, dan karena Camelia telah melihat Erwin membunuh Julian, semua pandangan Camelia terhadap Erwin telah berubah, termasuk perasaannya. Yang ada kini hanyalah dendam yang membara.Mendengar keributan di sekelilingnya, Ellena sontak mendongakkan kepalanya, ia terkejut ketika melihat Camelia mengacungkan pistol ke arah suaminya. Namun, ia lebih terkejut karena Erwin tidak bereaksi sama sekali, justru Erwin masih asyik memeluknya untuk menenangkannya."Apakah kamu juga mencintainya? Kenapa kamu membiarkan

  • Cintai Aku Suamiku   62. Yang Harus Pergi...

    Maju mati, mundur pun mati. Inilah yang harus dilalui Camelia saat ini. Camelia tidak bisa kabur, ataupun bisa bunuh diri dengan mudah. Hari ini ia harus menjalankan semua rencana yang sudah ia dan laki-laki misterius itu susun sebelumnya.Sedangkan di seberang sana, lelaki itu tidak curiga sama sekali, jika rencana mereka dipercepat. Sebab, ia memang pernah mendengar, bahwa Camelia telah jatuh cinta dengan Erwin. Jadi, lelaki itu berpikir bukanlah masalah, karena baginya yang penting adalah ia bisa mendapatkan Ellena, dan akan lebih baik jika Ellena bisa membenci Erwin, karena Erwin telah menyelingkuhinya.Semuanya begitu lancar, seolah pagi ini memang tidak ada kejadian yang aneh. Ellena dan Erwin bisa menikmati sarapan seperti biasanya, setelah tadi Ellena membantu Camelia memandikan Erlena.Jadi, pada waktu sarapan hingga sesudahnya, Ellena sudah tidak mengurus Erlena, sebab Camelia akan mengasuh Erlena hingga Erlena tertidur, baru setelah Erlena nanti bangun, Ellena akan membantu

  • Cintai Aku Suamiku   61. Mengikuti Apa Yang Direncanakan Musuh

    Camelia baru saja membaringkan Erlena yang tertidur ke dalam boks bayi, lalu kemudian sejenak ia melihat jam yang menggantung di dinding."Lima menit lagi, syukurlah aku masih punya waktu untuk bersiap," ujar Camelia seraya mengambil sisir dan kemudian dengan cepat menyisir rambutnya.Tidak lupa, ia semprotkan parfum dengan wangi yang menggoda, lalu kemudian mengambil lipstiknya yang berwarna merah menyala dan dioleskannya ke bibir tebalnya.Untung saja malam ini Erlena bisa diajak bekerja sama, ia sudah terbangun dan selesai menyusu dengan asi yang sudah diletakkan ke dalam botol, tepat sebelum tengah malam tiba. Padahal biasanya bayi itu terbangun ketika tepat tengah malam. Jadi itu artinya, malam ini Camelia bisa menemani Erwin dengan tenang.Camelia sekali lagi mematut dirinya di depan cermin, memastikan penampilannya sudah sempurna, dengan lingerie berwarna merah yang melekat ditubuhnya, Camelia sangat yakin bahwa malam ini ia bisa memuaskan Erwin di atas ranjang.Namun, Camelia

  • Cintai Aku Suamiku   60. Tawaran Dari Erwin

    Ada yang retak, tapi bukan kaca. Kata-kata itu sedang menggambarkan perasaan Ellena pada saat ini. Selebihnya Ellena sudah tidak bisa mendengar lagi apa yang dikatakan oleh Wendy. Dalam benak Ellena, hanya berputar pernyataan, 'Tuan Erwin mengizinkan Camelia masuk ke dalam ruang kerjanya'.Sebenarnya itu hanyalah kalimat biasa, namun itu sudah seperti petir yang menggelegar di telinga Ellena.Padahal semua orang tahu bahwa tidak ada yang boleh masuk ke dalam ruang kerja Erwin, kecuali Erwin dan Lucas, dan juga Ellena tentunya. Namun, Ellena juga tidak bisa bebas keluar masuk. Bahkan Wendy pun juga harus mengantarkan kopi milik Erwin, hanya sampai di depan pintu ruangannya saja. Tapi, kenapa sekarang Erwin memperbolehkan Camelia masuk ke dalam ruang kerjanya Erwin?"Nyonya!" Wendy refleks mendekat ketika melihat Ellena terduduk lemas di atas sofa di dalam kamarnya, seraya memegangi dadanya yang berdenyut nyeri.Melihat Wendy cemas, Ellena memaksakan senyumnya. "Tidak apa-apa, Wendy.

  • Cintai Aku Suamiku   59. Bukan Pengasuh Biasa

    Satu bulan kemudian..."Ellena ...." Ellena menolehkan kepalanya ke kiri, ketika ia mendengar suara Elma memanggilnya, dan benar saja, Elma sedang memanggilnya seraya melambaikan tangannya.Namun, bukan hanya Elma saja yang sedang berdiri di sana, ada Azkia, Jessie, beserta anak-anak mereka dan para pengasuhnya. Dan, tidak lupa juga dengan para pengawal yang selalu setia di belakang mereka, apalagi jika bukan karena perintah dari para suami posesif mereka, yaitu untuk menjaga keluarga tercinta mereka dari mara bahaya, terutama dari para lelaki yang tidak bisa menjaga matanya."Pagi, Nona Azkia, Kak Elma, Kak Jessie. Maaf kami terlambat," ujar Ellena yang tampak tidak enak. Jika saja pagi tadi Erwin tidak mengganggunya, Ellena tidak akan terlambat seperti ini."Tidak apa-apa, Ellena. Kita juga baru saja sampai," sahut Azkia seraya menepuk-nepuk pundak Ellena pelan."Hanya kamu dan Elma saja yang juga baru datang, sedangkan aku sudah tiba sejak lima belas menit yang lalu," sungut Jessi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status