แชร์

Bab 26

ผู้เขียน: Anana-chan
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-03-01 10:46:10

“Hai, siapa itu?!” teriak Aurora.

Dia berusaha berdiri. Namun sialnya, kakinya terasa sakit. Seorang lelaki segera menginjak gaunnya dan membuatnya kesusahan untuk berdiri.

“Hai, lepaskan gaunku!”

“Sial!”

Aurora spontan mendorong tubuh lelaki berbaju hitam itu. Dia lalu bergegas berlari menuju aula pesta dansa yang jaraknya lumayan jauh dari tempatnya sekarang. Deru napas Aurora memburu. Dia sangat kebingungan.

Melihat lelaki itu mengejarnya, Aurora segera mempercepat larinya. Dia menatap ke sekelilingnya. “Joanna, di mana kamu?”

“Hai, kau siapa? Mengapa mengikutiku?” sahut Aurora ketakutan.

Brak!

Kakinya menginjak sebuah penghalang dan membuat Aurora terjatuh. Lututnya terluka dan akhirnya dia hanya bisa menangis.

“Help me!”

“Tolong aku!”

“Siapa pun itu!” ucap Aurora. Aurora bisa melihat bayangan kayu berada di tangan lelaki aneh itu. Semakin lama, Aurora bisa melihat wajahnya secara nyata.

“Kau?” ucapnya. Tatapan tajam dan penuh dendam membuat Aurora segera ingin membunuh lelaki di
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 27

    Aurora terbangun. Kepalanya benar-benar sakit. Dia perlahan turun dari tempat tidur lalu bergegas berjalan menuju kamar mandi.“Nona,” ucap Margaret yang datang ke kamar dan meletakkan secangkir susu cokelat di meja rias. Aurora yang membersihkan wajahnya segera menatap perempuan paruh baya itu. Aurora harus mencari tahu, mengapa Margaret berbohong kepadanya. Apa yang diinginkan dari kebohongan itu?“Maafkan saya, Nona!” sahutnya segera. Aurora menghela napas panjang dan berkacak pingang.“Aku tidak tahu, mengapa kau melakukan ini, Margaret. Tapi, kau sudah membuatku terlihat buruk!” jelas Aurora. Perlahan, dia berjalan mendekati Margaret yang berdiri di depan pintu. Perempuan paruh baya itu menunduk ke bawah dengan perasaan bersalah.Aurora menghela napas panjang sambil memijit pelipisnya.“Aku tahu, pasti ada yang ingin kau dapatkan,” sambungnya. Dia menatap Margaret dengan sorot mata yang tajam. Margaret menggelengkan kepala.“Tidak Nona!” jawabnya.Ch!“Kau berbohong,” sergap Auro

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-02
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 28

    “Mengapa kau selalu dalam masalah?”Pertanyaan itu membuat Aurora terdiam cukup lama. Di dalam kelas, saat seluruh mahasiswa sudah keluar, Aurora malah terjebak dan kini, prof. John menahannya.“Aku juga tidak tahu,” ucap Aurora lirih.“Saya akan mengantarmu pulang,” jawab Prof. John sambil merapikan buku dan memasukannya di dalam tas.“Tidak usah, aku bisa pulang sendiri,” jawab Aurora yang bergegas melangkah keluar dari dalam kelas. Namun, Prof. John bergegas menarik tangannya. Menahannya dan tidak membiarkannya pergi.“Ceritakan kepada saya, mengapa kau bisa menjadi istri kedua di keluarga Keller,” ucap Prof. John dengan sorot mata yang tajam. Aurora menunduk.“A-aku …,”“Jelaskan!” desaknya. Aurora menghela napas panjang.“Aku menjelaskan hal seperti ini, itu bukan urusanmu!” ucap Aurora. Dia membalas tatapan Prof. John dengan ekspresi tidak bersahabat. Prof. John mengangguk.“Kau hanya sebagai dosen di sini, kebetulan saja kau membantuku!” sambung Aurora lagi. Prof. John menghela

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-02
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 29

    Aurora menyentuh kepalanya yang terasa sakit. Dia berusaha untuk duduk. Apa yang terjadi dengannya? Mengapa dia terlihat sangat lelah. Aurora berusaha menyeruput segelas air mineral yang tersedia.Di depan tempat tidurnya, ada William yang terlelap tidur di sofa. Lelaki itu tampak kelelahan. Aurora tersenyum menatap wajah William yang sangat lucu.“William!”“Tuan William!” seru Aurora.William sama sekali tidak mendengarkan suaranya. Aurora berusaha berdiri dan berjalan menuju sofa. Tubuhnya terasa aneh, pingangnya sangat sakit. Biasanya dia merasakan hal seperti ini saat datang bulan.“Tuan William!” ucap Aurora lagi. Dia berbicara di telinga William. Berusaha untuk menyadarkan lelaki itu dari tidurnya.William spontan menongakan wajahnya saat menatap Aurora sudah berada di depannya sambil tersenyum.“Kau seharusnya tidak boleh banyak gerak!” protes William seketika. Dia menatap Aurora lalu mengengam tangan perempuan itu menuju tempat tidur lagi. Aurora menghela napas panjang. Willi

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-02
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 30

    “Tuan William, bisa berikan aku Farro Porridge Roy Ellamar, aku mau makan bubur itu!” ucap Aurora yang mengintip dari balik pintu. Kamarnya berhadapan dengan ruang kerja William sekarang. Ide itu tiba-tiba saja terbesit di pikiran William.William yang fokus menatap ke layar laptop spontan menongakan wajahnya dan menatap ke arah Aurora. Perempuan itu tersenyum. Hanya kepalanya saja yang terlihat.“Kamu mau makan sekarang?”“Oke, aku akan telepon Edward untuk membelikan bubur itu,” ucap William sambil bergegas mengambil ponselnya. Kedua alis Aurora bertautan. Dia tidak ingin orang lain yang membelinya. Aurora ingin William sendiri yang membelikan bubur itu.“Aku tidak mau jika Edward yang membelinya!”“Aku mau kau yang membelikan untukku!” gerutu Aurora sedikit kesal. William menghela napas panjang. Dia mengusap wajahnya lalu bergegas beranjak dari tempat duduk. William berjalan keluar dari ruangannya dan bergegas menuju garasi mobil. Aurora hanya senyum-senyum saat suaminya itu melewa

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-03
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 31

    “Habiskan makananmu dan jangan manja kepadaku,” ucap William yang menatap Aurora. Perempuan itu tersenyum melihat makanan yang ingin dia pesan.“Oh yah, bukankah kau harus mencari pamanmu bernama Robert yah?” sahut William segera.“Kau tahu dari mana?” Aurora membulatkan matanya menatap William. Dia menunggu jawaban lelaki itu. William mengaruk kepalanya yang tidak gatal.“A-aku tahu saja!”“Makanlah!”Aurora menghela napas panjang. Dia segera menikmati bubur Farro Porridge Roy Ellamar yang sangat dia inginkan. William terus memperhatikan Aurora tanpa berkedib. Perempuan itu sangat manis jika diam dan tidak banyak bicara.“Kau mengenal keluarga ayahmu?” serunya kemudian. Aurora menghela napas panjang. Dia menggelengkan kepala.“Kau tidak tahu?” sergap William tidak percaya. Aurora mengangguk. Dia memasukan satu sendok bubur ke dalam mulutnya lagi. William membulatkan matanya. Bola mata lentik itu seakan sengaja mengodanya. Ah, William menepis pikiran kotor yang terbesit di otaknya saa

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-03
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 32

    Aurora terbangun, dia memandang ke sampingnya namun tidak ada William. Lelaki itu sudah pergi. Aurora menghela napas panjang.Aurora spontan melirik ke jam dinding yang berada di dalam kamarnya. Pukul dua malam, seperti biasa Aurora terbangun. Kini, tengorokannya sangat kering. Di butuh secangkir air mineral.Aurora kemudian turun dari tempat tidur lalu berjalan ke arah dapur. Seharusnya Margaret menyediakan air mineral di dalam kamarnya. Perempuan paruh baya itu pasti sudah tidur, pikir Aurora kemudian.Aurora berjalan dengan sangat pelan menuju dapur. Kamarnya berada di lantai satu dan kamar William dan Maya berada di lantai dua. Di dalam dapur, Aurora menuangkan secangkir air ke dalam gelasnya dan menyeruputnya dengan hati-hati.“Kau baru pulang?” suara itu membuat Aurora membulatkan matanya. Dia berjalan menuju pintu dan menatap Maya sedang tergesa-gesa naik ke atas tangga. Perempuan itu tampak panik saat William berdiri di depan pintu kamar.Dari arah dapur, Aurora bisa melihat p

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-03
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 33

    “Saya menyukaimu!”“Menyukai?”“Ya, saya menyukai dirimu!”Aurora membulatkan matanya. Tidak percaya dengan apa yang sedang didengarnya hari ini. Lelaki itu menyukainya? Prof. John mengatakan cinta? Apakah ini semacam lelucon?“Prof. John, aku tidak bisa!”“Banyak hal yang harus aku selesaikan di Nevada ini, aku tidak punya urusan tentang cinta dan sejenisnya. Sebaiknya aku pergi!”“Saya tidak main-main mengatakan hal ini!” ucap Prof. John tegas. Ekspresi wajahnya benar-benar datar namun sorot matanya sangat dalam. Pandangan mereka bertemu beberapa detik di udara.“Aku tidak bisa!”Aurora membalikan badan dan bergegas berjalan meninggalkan lelaki itu. Prof. John membiarkan Aurora pergi meninggalkannya. Prof. John terus memandangi Aurora hingga dia masuk ke sebuah mobil.“Ya, seharusnya aku datang lebih cepat!” batinnya.Di dalam mobil, Aurora terdiam cukup lama. Pesan dari Joanna sudah begitu banyak masuk di ponselnya dan Aurora tidak ingin membacanya dulu. Ya, prof. John lelaki aneh

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-04
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 34

    “Aurora?”“Boleh aku masuk?”Mendengarkan suara itu, membuat Aurora bergegas membuka pintu. Ada William yang berada di depannya saat ini. Wiliam memandangi Aurora dengan tatapan yang sangat dalam. Wajah William berbeda. Lelaki itu tampak pucat dan ada bekas air mata di pipinya. Apa yang terjadi? Pikirnya.“Aku lagi bingung.”“Bingung?” Aurora mengerutkan kening tidak mengerti. William bergegas masuk ke dalam kamar. Dia segera memeluk Aurora yang berdiri di depan pintu. Bola mata Aurora terbelalak.“Hai, lepaskan aku Tuan William!”“Apa yang sedang kau lakukan?” gerutu Aurora kesal. William terus memeluknya dan tidak membiarkan Aurora melepaskan tangannya.“Lelaki mesum!”“Lepaskan aku!”“Aku ingin seperti ini, beberapa detik saja!” bisik William lirih.Aurora terdiam sejenak. Dia membiarkan William terus memeluknya. Aurora tidak mengerti. William sedang apa? Dia baru saja melihatnya berciuman dengan istrinya, Maya. Namun, apa yang terjadi?“Tuan William, ada apa?”Tidak ada suara, Wil

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-04

บทล่าสุด

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 98

    “Untuk saat ini, Aurora harus di sini.”Prof John menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Mereka sedang berada di dalam kamar. Semenjak keluar dari rumah sakit. Aurora hanya terdiam membisu. Dia tidak banyak bicara.“Apa tidak berbahaya?” tanya Joanna sedikit ragu. Tatapannya nanar memandangi prof. John.“Tidak ada yang curiga hal ini. Pengawal keluarga Keller tidak akan curiga terhadap Roy.”“Akan sangat berbahaya jika dia berada di rumah atau di apartemen,” jawab prof. John. Dia membungkukan sedikit badannya menatap Aurora. Perempuan itu memandang ke depan. Tatapannya kosong dan tangannya bergetar.“Aku akan menghubungi salah satu psikolog kenalanku, dia akan membantu Aurora menyembuhkan traumanya,” jelas prof. John. Dia berdiri lalu melipat tangannya. Joanna mengusap rambut Aurora dengan iba.Roy hanya terdiam membisu di depan pintu. Entah apa yang sedang dipikirkan lelaki itu.“Aku akan memerintahkan pengawal berjaga di sekitar sini, tentu saja dengan diam-diam

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 97

    Edward pulang dari apartemen Tuan Damian saat lelaki tua itu terlihat sangat mabuk. Edward berpamitan dan segera menuju rumah tuan William. Rumah keluarga Keller namun Tuan Damian tidak ingin berlama-lama tinggal di sana. Entahlah, tidak ada yang tahu alasan Tuan Damian tidak ingin tinggal di rumah lamanya. Rumah yang menyimpan banyak kenangan antara dirinya dan istri tercintanya, nona Adelia.Edward semakin menyesal karena menghianati keluarga Keller. Seharusnya dia berterus terang saja kepada lelaki tua itu. Namun, Edward merasa Roy bisa menyelamatkannya dan melindungi dirinya jika keluarga Keller akan membuangnya sewaktu-waktu.“Ah.” Edward menghela napas panjang.Sesampai di rumah keluarga Keller, Edward segera turun dan menatap William yang sudah berdiri di depan sana.“Dari mana saja kamu?”William menatap Edward yang baru saja turun dari mobil perak. Lelaki berjalan dan sedikit membungkukan badan.“Maaf Tuan William, Tuan Damian mengajakku minum dan menemaninya di apartemen. Ap

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 96

    “Apa John sama sekali tidak memberikanku kesempatan?” Cicilia memandangi Roy dengan sangat lama. Lelaki di depannya itu menghela napas panjang.“Cicilia, John sudah jatuh cinta dengan Aurora. Akan sangat sulit membuat hatinya berpindah.”“Ini tidak mudah, menyerahlah!” sambungnya.Roy menatap Cicilia dengan serius. Mereka bertemu di salah satu cafe yang terletak tidak jauh dari kampus The Great.Hari ini, Roy ingin menjemput Joanna, namun dia malah bertemu Cicilia yang sedang mengunjungi Prof. John.“John akan ke Inggris bersama Aurora. Kamu sudah tidak memiliki kesempatan lagi.”Cicilia menunduk ke bawah.“Aku mencintainya. Roy!”“Aku sangat mencintainya!”Roy menyenderkan tubuhnya di sofa sambil mengusap wajahnya. Bola mata Cicilia perlahan menjadi berkabut. Dia menatap Roy yang terlihat iba memandanginya.“Aku tahu itu, Cicilia. Semua orang tahu kamu mencintainya.”Roy menghela napas panjang.“Sudahlah, masih banyak lelaki lain di luar sana, Cicilia. Kamu pasti bisa mendapatkan yan

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 95

    “Sial!”“Benar sial, bagaimana perempuan itu bisa hidup dan membuat William selalu bersamanya?”“Seharusnya dia mati saja, jika seperti ini, dia akan semakin dekat dengan William. Apa lelaki itu lupa? Aku sedang mengandung anaknya juga!”“Ah, sial!” desahnya. Maya mengepal tangannya dengan kuat. Dia benar-benar tidak suka dengan kelakuan Aurora. Perempuan itu terlalu manja kepada William. Sudah pukul lima sore dan setua hari penuh, William mengurus Aurora tanpa memperdulikan dirinya. Membuat Maya benar-benar muak.Minggu depan, dia sudah berjanji kepada William untuk mengundurkan diri dari dunia model. Sialnya, lelaki itu malah mengacuhkannya dan tidak peduli. Maya mengira jika dia mundur dari dunia model, William akan semakin menyanyanginya dan posisinya akan aman. Namun, lelaki itu malah dekat dengan Aurora. Perempuan jalang yang sangat dibencinya.Maya mengusap wajahnya frustasi. Jika ada tempat dan waktu, dia akan bertemu dengan Aurora dan membunuh perempuan itu dengan tangannya s

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 94

    Mereka duduk saling berhadapan. Margaret memandangi mereka dari kejauhan. Untung saja Nona Maya sedang beristirahat dan perempuan itu tidak mungkin mengetahui kehadiran lelaki asing di rumahnya. Kalo tidak, Nona Maya pastinya akan marah.“Jadi, kamu bernama Edward?” ucap Roy memandangi lelaki di depannya. Sebenarnya Edward sangat malas berbasa-basi seperti ini. Dia tidak punya waktu untuk itu.“Kamu mau membahas tentang Joanna?”“Ah, saya tidak punya waktu!” ucap Edward ketus. Roy menggelengkan kepala. Tidak, dia tidak ingin membahas tentang Joanna. Dia ingin mencari bukti mengenai perselingkuhan majikannya sendiri.“Aku sebenarnya malas bertemu denganmu!”“Aku tidak punya waktu berurusan denganmu. Tapi ini tugasku, maka aku melakukannya!” jelas Roy panjang lebar.“Maksudmu apa?” sergap Edward segera. Matanya melotot menatap lelaki itu. Roy menghela napas panjang. Benar-benar menyebalkan berurusan dengan Edward. Jika bukan karena uang, dia tidak akan menginginkan hal ini.Roy mencondo

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 93

    Aurora membuka matanya dan menatap William yang sedang berada di sampingnya. Lelaki itu tersenyum lalu mengelus pipinya dengan lembut.“Maafkan aku,” bisiknya.Aurora mengerutkan kening. Bukan, bukan lelaki itu yang diharapkannya sekarang. William melirik ke kiri dan ke kanan. Mencari sosok prof. John. Namun nihil, lelaki itu tidak berada di ruangannya saat ini.“Aurora?” William mendekatkan wajahnya. Ekspresi Aurora seperti orang kebingungan.“Ada apa?” tanyanya lagi.“Kamu mencari siapa, sayang?” William lebih mendekatkan wajahnya. Mengamati mimik wajah Aurora yang kebingungan.“Mundur, aku tidak menyukai wajahmu!” hardiknya. William spontan menjauhkan tubuhnya dari perempuan itu.“Prof. John, di mana dia?” Aurora menatap William lalu mengarahkan pandangannya ke seluruh ruangan. William beranjak dari tempat duduknya lalu berjalan menuju sofa. Dia menuangkan air mineral ke dalam tengorokannya. Mendengarkan nama prof. John membuatnya kehausan seketika.“Mengapa kau mencari lelaki itu?

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 92

    William terus memandangi wajah Aurora secara dekat. William baru menyadari bahwa Aurora begitu mempesona.“Mengapa aku baru menyadari bahwa dia secantik ini?” sahut William dalam hati.“Atau selama ini, aku sama sekali tidak menyadarinya?”William tersenyum. Salah satu tangannya mengelus dengan lembut pipi Aurora. Mencoba untuk menyentuh perempuan itu dengan pelan.“Aurora Smith!”“Aurora Smith? Mengapa kau tidak bangun-bangun?” bisiknya pelan.Dring!Ponsel itu mengagetkan William. Dia segera membalikan badan dan berjalan menuju sofa.“Prof. John?” serunya.“Hai, ada apa?”“Mengapa meneleponku? Kau mendapatkan nomorku dari mana?”“Bagaimana Aurora?” ucap prof. John segera. Dia sangat malas berbasa-basi kepada lelaki itu. Bagi prof. John, menurunkan ego untuk saat ini adalah sesuatu yang penting.“Dia istriku, John. Mengapa bertanya seperti itu?”“Jangan terlalu cemas, aku ada di sini bersamanya. Jadi, jangan terlalu berlebihan!” jawab William dengan penuh penekanan. Prof. John terdia

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 91

    Prof. John terus memeluk Aurora. “Please, bangunlah Aurora!” bisiknya. Prof. John menatap kedua pengawal yang bersamanya di dalam mobil.“Cepat lajukan mobilnya!”“Dia bisa saja mati!”“Hai, saya akan potong kepala kalian, jika lambat melajukan mobilnya!” teriak prof. John frustasi. Melihat Aurora terus mengeluarkan darah membuatnya panik. Prof. John tidak bisa berpikir apapun saat ini. Apa yang sedang terjadi dengan kandungannya?“Aurora sayang, bertahanlah!”Prof. John terus memeluk tubuh Aurora sambil menangis. Ini kali pertama Prof. John sangat ketakutan. Dia tidak akan memaafkan dirinya jika terjadi sesuatu kepada perempuan itu.Sesampai di rumah sakit Valley Hospital Las Vegas. Prof. John segera turun sambil mengendong Aurora menuju ruang UGD. Dia tidak membiarkan perempuan itu sendiri.“Maaf Tuan John, biar kami periksa lebih dahulu!”Prof. John mundur. Ruangan ditutup dan dia harus menunggu di luar. Prof. John mengusap wajahnya frustasi. Dia benar-benar kebingungan saat ini.D

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 90

    “Jadi bagaimana Tuan, apa kita akan mengeksekusinya sekarang?”Dominic mengangkat salah satu alisnya. “Bunuh dia!” perintahnya.“Baik tuan!” sahut suara itu.“Tapi Antoni, tunggu dulu!”Dominic meletakkan tangan di dagu dan sedang memikirkan sesuatu saat ini. Antoni terheran. Dari sambungan telepon, suara majikannya itu tidak terdengar jelas.“Ada apa Tuan?”“Jangan sampai orang lain tahu rencana ini. Bunuh Aurora dan buang mayatnya begitu saja!” titahnya.“Kamu mengerti? Kamu bisa kan?” Antoni terdiam cukup lama melalui sambungan telepon. Dia sedang memikirkan tawaran itu.“Aku akan menambahkan komisi buatmu, jadi tenang saja! Jika semuanya sudah selesai, hubungi aku!”Tit!Telepon terputus. Dominic bergegas meletakkan ponselnya “William akan kehilangan kedua perempuan yang berada di sampingnya. Bukan kah seperti itu yang dia lakukan kepadaku?” batinnya. Sebuah senyum penuh misteri terukir di wajah tampannya. Dominic sangat puas. Melihat William jatuh adalah tujuan utamannya. Perset

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status