Share

Bab 6

Auteur: Avini
Aku menyewa sebuah apartemen kecil di luar untuk tinggal sementara dan kembali mulai melukis.

Sebenarnya waktu kuliah desain, aku pernah mendapatkan banyak penghargaan internasional terkenal. Belakangan, demi menemani Revano, aku memilih bekerja di perusahaannya sebagai seorang desainer produk industri biasa.

Padahal aku tidak menyukainya. Aku lebih suka mendesain perhiasan, busana, hal-hal indah yang selalu membuatku merasa bahagia.

Hari-hari awalnya tenang. Hanya saja, Selina tidak ingin aku bahagia. Setiap hari selama liburan, dia selalu mengirimiku banyak pesan.

Misalnya, dia berbaring di pantai dan Revano memijatnya dengan minyak aromaterapi. Atau di atas seprai yang berantakan, tangan mereka berdua saling melilit erat. Juga pakaian yang berserakan di lantai dan kondom yang hampir meluap di tempat sampah.

Hati yang seharusnya sudah lama mati rasa, kini kembali terasa perih. Perutku juga samar-samar terasa sakit.

Namun, tidak apa-apa. Sebentar lagi, tidak akan sakit lagi. Beri aku sedikit waktu, aku juga tidak akan merasa sakit lagi.

Aku memblokir Selina, lalu kembali fokus melukis.

Seminggu kemudian, liburan mereka selesai. Namun, yang pulang hanya Revano seorang. Selina diculik.

Saat aku kembali melihat Revano, itu di rumahku sendiri. Rambutnya berantakan, wajahnya penuh memar, matanya merah sampai menakutkan. Dia hampir seperti orang gila.

Kakakku memeluknya erat-erat. "Kamu gila ya! Sampai mau menukar dengan nyawamu! Aku sudah suruh orang menyelidiki. Tenang saja, Selina nggak akan kenapa-napa."

Tak lama, orang tua Revano juga buru-buru datang, menyuruh beberapa pengawal menekannya ke lantai.

"Kalau hari ini kamu berani menawarkan diri jadi sandera, keluarga kami nggak perlu anak sepertimu lagi! Selina itu cuma orang biasa, tapi kamu adalah pewaris masa depan keluarga! Nyawamu jauh lebih berharga ribuan kali lipat! Kamu malah mau mengorbankan diri sendiri? Kamu sudah gila!"

Ibunya juga menangis di samping. "Ya! Katanya yang menculik dia itu Red. Kalian pernah dengar geng itu, 'kan? Nggak pernah ada yang lolos dari tangan mereka! Kalau nggak hilang tangan, ya hilang ginjal ...."

"Sebelumnya demi dia, kamu ikut balap mobil, ditabrak sampai hampir diamputasi. Apa kamu lupa semua rasa sakit itu? Aku nggak akan biarkan kamu bertindak bodoh untuk dia lagi!"

Namun, Revano tidak mau mendengar. Dia berusaha menerobos keluar dan aku langsung terdorong jatuh oleh tubuhnya.

Seketika, darah mengalir di sepanjang pahaku. Aku menggeliat kesakitan.

"Kairen!" Kakakku berlari menghampiriku.

Aku memegangi perutku. Penglihatanku semakin buram. Di sudut mata, aku melihat Revano menoleh ke arahku.

Di matanya ada keterkejutan. Dia tidak menyangka orang yang dia tabrak adalah aku. Namun, dia hanya melihatku sekilas, lalu langsung berpaling, masuk ke mobil, dan melaju pergi.

Suara mesin memekakkan telinga, asap hitam menyesakkan hidungku. Aku menatap Porsche merah itu menghilang di ujung jalan, lalu perlahan menutup mata.

Saat aku membuka mata lagi, perutku sudah rata. Di sana tidak ada nyawa kecil lagi. Padahal aku sudah memutuskan untuk meninggalkannya, tetapi saat benar-benar kehilangannya, aku tetap merasa begitu sedih.

Kakakku duduk di sampingku. Matanya suram dan sembap, seperti sudah lama tidak tidur. Saat aku bangun, dia langsung panik. "Kairen, kamu ...."

Dia menghantam dinding keras-keras. "Sialan si Revano! Aku benar-benar berharap dia mati saja! Dia sampai membuatmu keguguran!"

Aku tersenyum. "Nggak apa-apa, Kak. Memang dari awal aku juga nggak ingin anak itu."

Namun, dari kata-kata kakakku, seharusnya Revano tidak apa-apa.

Kakakku memperlihatkan sebuah rekaman yang dikirim oleh para penculik. Di video, Selina diikat erat.

Revano ditekan oleh beberapa orang. Dia berteriak marah, "Lepaskan dia! Bukannya sudah sepakat nyawa ditukar nyawa? Aku setuju! Lepaskan dia!"

Pemimpin berpakaian hitam tertawa dingin. "Lepaskan dia? Nggak semudah itu. Kudengar kamu ini pewaris kaya. Benar-benar berharga. Seumur hidup aku belum pernah merasakan seorang tuan muda berlutut padaku. Asal kamu berlutut dan bersujud tiga puluh kali, aku lepaskan dia ...."

Belum selesai pihak lawan berbicara ....

Buk! Revano sudah berlutut, lalu mulai membenturkan kepalanya ke lantai, sampai dahinya berdarah.

Pemimpin itu duduk tegak, menatapnya dengan penuh minat. "Benar-benar cinta mati ya. Tapi aku cuma bohong."

"Kamu ...!" Mata Revano merah padam. Dengan suara serak, dia bertanya, "Jadi, apa yang harus kulakukan agar kamu melepaskannya? Sebut saja, aku akan lakukan."

Orang itu memutar-mutar pisau di tangannya, lalu menahannya tiga sentimeter di depan mata Revano. "Matamu bagus. Aku mau itu."

Revano tidak ragu sedetik pun. "Baik."

Pria itu tersenyum, lalu langsung menusukkan pisau ke matanya.

"Arghhh!" Jeritan Revano menggema. Dia menutupi wajahnya erat-erat. Darah sontak mengucur.

Video terputus sampai di sana. Kakakku menutup ponselnya, menghela napas panjang. "Untung orangnya sudah diselamatkan. Mata Revano juga selamat, lukanya nggak dalam. Dia benar-benar gila. Kalau Selina mati, dia pasti langsung menyusul."

"Selina nggak akan mati," ucapku dengan nada datar.

Karena aku dengan jelas melihat sudut bibirnya sedikit terangkat saat menyaksikan Revano meronta-ronta dari kursinya. Wanita itu ternyata jauh lebih menakutkan dari yang kubayangkan.

Kakakku menghela napas, mengambil sebuah baju kecil dari tas. "Padahal aku kira aku bakal jadi paman."

Aku menatap baju itu lama sekali. Saat melihat foto mesra Revano dan Selina, aku tidak menangis. Saat kehilangan anakku karena Revano menyelamatkan Selina, aku juga tidak menangis.

Namun saat ini, aku tidak tahan lagi. Aku memeluk kakakku dan menangis sesenggukan sampai sulit bernapas.

Dia mengelus kepalaku, berucap dengan suara lembut, "Nggak apa-apa, ada Kakak di sini. Tapi kalau aku tahu siapa bajingan yang membuatmu hamil, akan kupotong dia hidup-hidup!"

Untuk pertama kalinya, aku merasa meskipun tanpa Revano, dunia ini tetap punya banyak orang yang mencintaiku.

Saat kakakku keluar membeli makanan, aku mulai membuka hadiah dari teman-teman selama aku dirawat. Tiba-tiba, aku melihat sebuah kotak kecil. Di dalamnya ternyata ada karya desainer favoritku, Diske.

Sebuah kalung kristal ungu. Dalam ingatanku, kalung ini pernah ditawar sampai 60 miliar, tetapi dia tetap tidak mau menjualnya. Kenapa bisa ada di sini?

Aku mencari kartu ucapan, ingin tahu siapa pemberinya, tetapi tidak menemukan nama.

Saat aku bingung, pintu kamar mendadak ditendang hingga terbuka. Orang yang datang adalah Revano.

Dia marah besar, meraih kalung itu dariku dan menghantamkannya ke lantai. "Kamu masih punya waktu memikirkan sampah ini? Kamu hampir membunuh seseorang!"

Aku menatapnya dengan tidak percaya. "Kamu ... kamu bicara apa?"

"Kamu masih mau pura-pura bodoh?" Revano mendorongku dengan keras ke ranjang. "Selina sudah bilang! Dia mendengar penjahat meneleponmu! Katakan yang sebenarnya, kamu yang menyuruh orang menculiknya, 'kan?"

Saat itu, aku paham semuanya. Aku menatapnya dengan dingin. "Oh? Dia dengar? Lalu, dia tahu apa yang aku katakan?"

Revano tertegun. Aku tertawa kecil. "Jadi, kamu bahkan nggak tahu apa yang kukatakan, tapi hanya karena satu kalimat darinya kamu langsung menyalahkanku?"

"Revano, dari awal sampai akhir, kamu nggak pernah menjelaskan hubunganmu dengan Selina. Dan sekarang kamu langsung main tangan padaku demi dia ...."

Suaraku bergetar hebat. Perutku kembali kram, bahkan wajahku pucat seperti kertas.

Revano sempat terdiam, lalu perawat tiba-tiba masuk. "Bu Selina stres lagi. Kamu harus cepat lihat dia!"

Begitu mendengar terjadi sesuatu pada Selina, wajah Revano langsung berubah panik dan khawatir. Dia memegang dinding, melangkah cepat ke arah pintu, tetapi mendadak berhenti dan menoleh padaku.

"Kalau nanti setelah aku selidiki ternyata benar kamu yang melakukannya, kita putus. Aku nggak bisa bersama wanita sekejam itu."

Setelah itu, dia pergi. Saat bayangannya benar-benar hilang, kakiku lemas dan aku terjatuh ke lantai.

Saat kakakku kembali, kotak makan di tangannya jatuh ke lantai. "Kairen!"

Setelah aku dipindahkan ke ranjang, kakakku mencengkeram kerah baju perawat. "Apa yang terjadi? Tadi saat aku pergi, dia masih baik-baik saja!"

Perawat itu terbata-bata. "Aku ... aku nggak tahu. Aku hanya tahu Pak Revano baru saja datang dan katanya mau putus dengan Bu Kairen ... lalu dia pingsan ...."

"Putus?" Kakakku membeku. Pada detik berikutnya, dia berlari gila-gilaan ke lantai atas.

Saat pintu ditendang hingga terbuka, Revano sedang duduk di samping ranjang Selina, menyuapinya sup.

"Lioran? Kenapa kamu ...."

Brak! Lioran menendang mangkuk sup itu.

"Putus? Jadi bajingan yang bikin Kairen hamil itu kamu?"

"Ha ... hamil ...?"

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Cintaku Adalah Cinta Pertama Kakakku   Bab 16

    Aku berbaring di atas ranjang. Darian berjalan ke sisi tempat tidur dan mengangkat bajuku dengan alami.Aku langsung merasa tegang, tetapi dia malah tersenyum. "Apa yang sedang kamu pikirkan?"Tangannya menyusuri bekas luka itu, lalu dia mulai menggambar sesuatu di atas kertas desain."Kamu adalah karya baruku. Dan juga akan menjadi karya favoritku."Ujung jarinya menyapu lembut perutku, menimbulkan rasa geli dan hangat yang membuat tubuhku gemetar. Hatiku ikut terusik, aku tidak tahan lagi. Aku menahan jarinya, lalu menarik kerah bajunya dan menariknya mendekat."Darian, apa sebenarnya hubungan kita sekarang?"Dia menatap langsung ke mataku dan menjawab dengan sangat serius, "Kalau kamu mau, satu detik dari sekarang kita bisa jadi pasangan. Setahun setelah itu, kita bisa menjadi suami-istri."Aku tertawa kecil, memeluk lehernya dan mencium bibirnya.Melihat aku mengambil inisiatif, Darian jelas menjadi bersemangat. Dia menahan kepalaku dan mencium semakin dalam. Caranya mencium sama s

  • Cintaku Adalah Cinta Pertama Kakakku   Bab 15

    Sejak aku dan Darian melewati keraguan terakhir itu, hidupku tidak lagi setenang dulu. Dia semakin sering datang dan juga semakin terus terang terhadapku.Pendekatan Darian berbeda dengan Revano. Revano menghabiskan uang untukku, mengatakan kata-kata manis padaku. Darian malah bergadang beberapa malam berturut-turut demi membantuku memperbaiki konsep desain, bahkan menuliskan pengalaman profesionalnya menjadi sebuah buku yang hanya diberikan kepadaku seorang.Dia juga memasang kamera pengawas di pintu vila milikku, menempatkan banyak penjaga di sana, berjaga-jaga agar orang gila itu tidak mencelakakanku.Namun, sehebat apa pun penjagaan itu, tetap tidak bisa menahan tekad Revano.Hari itu aku keluar rumah untuk menghadiri sebuah pesta, tiba-tiba sebuah mobil berhenti mendadak di depanku. Beberapa pria berjas hitam melompat turun, menutup mulut dan hidungku, lalu melemparkanku dengan kasar ke dalam mobil.Saat aku kembali sadar, aku berada di sebuah rumah yang tampak familier bagiku."S

  • Cintaku Adalah Cinta Pertama Kakakku   Bab 14

    Setelah pesanku terkirim, Revano tidak pernah membalas lagi. Aku kembali membuka akun sosialku dan mengirim satu postingan yang bisa dilihat semua orang.[ Semua hal yang berhubungan dengan Revano tidak perlu diberitahukan padaku lagi. Kami sudah putus. ]Lucu juga jika dipikir-pikir. Aku dan Revano bahkan tidak pernah mengumumkan hubungan kami, tetapi pertama kali diumumkan justru saat berpisah.Tak lama setelah postingan itu terkirim, banyak orang langsung memberi like, termasuk satu akun asing.Itu Darian. Dia baru mendaftar tiga menit yang lalu.Sekejap, perhatian semua orang langsung tertuju padanya. Bagaimanapun, dia terkenal misterius dan tidak pernah punya akun sosial apa pun.[ Ternyata ini akun sang dewa seni! Jangan bilang dia dan Kairen .... ][ Apa cuma aku yang merasa mereka cocok banget? ]....Saat aku sedang membaca komentar, tiba-tiba ponselku berbunyi. Itu telepon dari kakakku. Dia bilang Revano semalam minum sampai masuk ruang gawat darurat dan sekarang sedang dalam

  • Cintaku Adalah Cinta Pertama Kakakku   Bab 13

    Waktu berlalu begitu cepat. Besok, Revano dan Selina akan menikah.Awalnya aku sama sekali tidak tahu, tetapi Selina datang ke rumahku dan langsung melemparkan undangan itu ke wajahku.Begitu berbalik, dia menabrak Darian. Empat mata itu saling bertemu, lalu dia mendengus dingin."Kairen, apa kamu punya kecenderungan aneh? Suka menggoda sahabat kakak laki-lakimu?" Sambil berkata begitu, dia melirik Darian dengan provokatif."Pak Darian, aku sarankan kamu sadar sedikit, jangan sampai tertipu oleh perempuan ini. Mantan pacarnya adalah tunanganku. Waktu putus itu heboh sekali. Bahkan dia bohong bilang dirinya hamil pun tetap nggak bisa mempertahankan hubungan mereka."Selina sengaja menekankan kata "hamil", tetapi aku sama sekali tidak peduli. Karena itu memang kenyataan. Lagi pula, hamil bukan hal memalukan.Wajah Darian menjadi murung. Dia tersenyum sinis. "Terus? Kamu sendiri bangga banget karena ambil sampah yang ditinggalkan orang lain ya?""Kamu ...!" Wajah Selina memerah, tetapi di

  • Cintaku Adalah Cinta Pertama Kakakku   Bab 12

    Aku menyetujui undangannya.Melihat gaun pesta indah yang dia kirimkan, aku merasa seperti sedang bermimpi. Situasi seperti ini benar-benar di luar dugaanku.Hanya saja, aku tidak menyangka kejutan yang lebih besar masih menunggu di belakang.Di pesta itu, aku bertemu Selina dan Revano. Saat melihatku lagi, Revano jelas terpaku sesaat.Hanya beberapa hari tidak bertemu, dia tampak jauh lebih kurus. Mata yang belum pulih itu kini ditutupi penutup mata hitam. Anehnya, hal itu justru membuatnya terlihat berbeda.Harus kuakui, tidak peduli berdiri di mana pun, Revano selalu menjadi pusat perhatian. Namun, saat Darian melangkah masuk, dia bukan lagi pusat perhatian itu.Hari ini Darian memakai setelan ungu dengan manset emas, tampak sangat berkelas. Ungu juga merupakan warna favoritku.Aku tak kuasa memandangnya lama. Saat menoleh kembali, aku justru berpapasan dengan tatapan Revano.Dia tertegun sesaat, lalu langsung memalingkan wajah seperti tersengat listrik dan tidak melihatku lagi.Aku

  • Cintaku Adalah Cinta Pertama Kakakku   Bab 11

    Sudut Pandang Kairen:Ajang kompetisi ini membuat seluruh dunia desain geger. Bukan hanya karena nilainya sangat tinggi, tetapi juga karena Diske akhirnya menampakkan wajahnya.Itu adalah wajah yang luar biasa tampan ....Sebelumnya, karena karya-karya Diske menyapu bersih semua penghargaan, semua orang mengira dia pasti adalah seorang pria tua yang sangat berpengalaman.Tak disangka, orangnya justru masih sangat muda. Kesan pertamaku tentang dia adalah dia tidak terlihat seperti seorang seniman, melainkan seperti seorang pemilik perusahaan.Setelannya rapi, tubuhnya tegap, bibirnya terkatup rapat, tatapannya dingin. Dia terlihat agak galak.Tanpa sadar, aku menjadi sedikit gugup. Peserta di depanku satu per satu selesai memperkenalkan karya dan turun. Saat giliranku naik, telapak tanganku sedikit berkeringat.Sorotan lampu menyinari tubuhku. Aku mendorong sebuah cincin ke hadapan para juri. Semua orang langsung tertegun. Karena itu adalah cincin yang sangat amat sederhana.Di bagian t

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status