"Ehm ... Ya jelaslah kita nggak akan terus di sini! Memang kamu pikir aku nggak butuh makan, nggak butuh minum, nggak butuh tidur?" Reynald mencoba untuk biasa dan menutupi semua perasaan di dalam hatinya.
"Hehehe!" Dan Lola pun terkekeh melakukan hal yang sama sebenarnya di hatinya mencoba menghilangkan semua perasaan ini pada Reynald mencoba mengerti apa arti permainan mereka.
"Bangun Lola! Ayo kita makan dulu!"
"Ehm ... Jadi aku nggak bisa meluk bang Rey lebih lama lagi?"
Reynald menggelengkan kepalanya.
"Karena aku udah laper banget! Sebelum aku makan kamu!"
"Ish, takut dong! Aku nggak mau dimakan!" celetuk Lola dengan matanya yang membulat dan Reynald tertawa kecil lalu mengangkat tubuh Lola di atas kedua tangannya.
"Bang Rey!" Lola mengerjapkan matanya ketika Reynald turun dari tempat duduk mereka.
"Hmm?" jawab Reynald dari panggilan Lola tapi dia tidak menghentikan langkah kakinya.
"Kita nggak pakai baju loh bang
"Hah! A-apa kamu bilang Lola?" Reynald mengerlingkan matanya saat mendengar jawaban dari Lola. Sungguh sesuatu yang tidak bisa dipercaya olehnya."Ya itu tadi aku udah bilang! Aku mau cari Sugar Daddy yang baru," jawab Lola singkat. Dia tersenyum pada Reynald, lalu memalingkan wajahnya pada lemari pakaiannya membuat Reynald tidak bisa terima setelah menghembuskan napas kasar, dia kembali menarik tangan Lola."Bukannya kamu bilang kalau kamu nggak akan pernah mencari Sugar Daddy lagi? Kamu nggak akan mau lagi berhubungan seperti ini? Kamu mau fokus sama pendidikan kamu?" Reynald bicara sangat menggebu-gebu kepada Lola, entah kenapa Reynald tak dapat menahan perasaannya, tiba-tiba dirinya kesal.Dan wanita di hadapan Reynald pun menganggukkan kepalanya."Iya bener! Emang rencana aku gitu!" Lola menjawab jujur."Lalu kenapa kamu mau hubungi mami Ajeng lagi?" Lagi Reynald semakin ingin tahu."Soalnya aku masih mau diperhatiin! Dan rasanya
(Beberapa detik setelah Lola keluar dari kamar tadi malam)Klek'Ssshh ... Anak itu! Benar-benar! Aku bilang tidak mau makan dia benar-benar meninggalkanku dan pergi ke ruang makan sendirian! Kenapa dia tidak membujukku, membangunkan aku dan mengajakku ke ruang makan? Kau ini Lola!' Reynald memposisikan tubuhnya duduk dan gemas sekali karena Lola tetap saja melangkah pergi bahkan meninggalkannya sendiri di kamar, "Apa dia nggak tahu kalau aku juga lapar? Aku udah muasin dia, aku udah kehilangan banyak tenaga aku dan seenaknya aja dia pergi begitu?" oceh Reynald kesal sekali sambil bersungut dan melempar bantalnya ke samping tempat tidurnya, lalu merebahkan lagi tubuhnya tanpa menggunakan bantal. Tangan Reynald kembali mengambil bantal yang tadi dilemparnya untuk menutup wajahnya."Sssh! Apa aku keluar aja ya bicara sama dia? Tapi nanti dulu! Apa mungkin dia sedang membuatkan makanan untukku? Dia memasakan makanannya dulu dan setelah itu baru dia membangunkan aku?" Reynald sudah berpik
"Ssshh! Kenapa bisa kayak gini sih!"Reynald mengomel lalu dia membuka jasnya menempelnya sembarangan dan mengangkat tubuh Lola di atas kedua tangannya"Ssssshhh ... hhh ...,"Lola kembali bergetar karena kedinginan"Kamu demam Lola! Kenapa bisa kayak gini sih! Kenapa kamu nggak bilang aku kalau kamu sakit!" Sudah lupalah Reynald kalau tadi dia berniat untuk mengusir Lola, justru saat ini dia membawa Lola kembali ke tempat tidur Reynald, membaringkannya dan menyelimutinya."Sssh! Panas banget badanmu!" Reynald agak panik dia segera berdiri keluar mencari kotak P3K dan mengambil termometer lalu kembali mengukur suhu badan Lola."Ya Tuhan demam empat puluh satu derajat!" Reynald melotot melihatnya. "Huuh, ada apa dengannya? Kenapa dia nggak bilang sih ke aku kalau sakit! Jadi ngerepotin kayak gini!" keluh Reynald sambil melepaskan dasinya juga membuangnya sembarangan menggulung lengan bajunya dan mengeluarkan es, untuk mengompres, lalu segera kembali ke dalam kamar mencoba menurunkan d
Reynald: Kenapa kau memaksaku seperti ini!David: Kau akan tahu suatu saat nanti kenapa aku begini! Bawa wanita itu ke tempatku besok malam! Atau jangan salahkan aku jika aku memaksamu lebih! Kau tahu apa yang bisa aku lakukan bukan? Klik"Fuuuh!" Reynald menghela napasnya dan memejamkan mata sambil kedua tangannya mencengkram meja yang ada di depannya."Anda tidak apa-apa Tuan?"Reynald menggelengkan kepalanya, "Maaf aku melempar handphone-mu! Kalau itu rusak belilah yang baru!" Reynald menjawab sambil membawa dua mangkuk makanan masuk ke dalam kamarnya tidak mempedulikan Ferry yang sempat panik tadi ketika Reynald sudah melempar handphone-nya. 'Huh, untung saja tidak kenapa-napa! Dan untung aku masih bisa menangkapnya! Kesal sama kakeknya, handphoneku yang kena! Ada apa dengannya?' bisik hati Ferry merasa lega ketika Reynald sudah masuk kedalam kamarnya, walaupun dirinya merasa bingung dengan sikap Reynald yang tumben tempramen."Lola!" Reynald yang sudah ada di dalam kamar mengel
"Senang bisa menyentuh dan mengamati wajahku?""Hpppph! Bang Rey ternyata enggak tidur, bukan?"Reynald membuka matanya dan mengamati Lola"Aku tidur Lola! Tapi gerakan tanganmu yang menyentuh wajahku membuat aku sadar kembali!"Lola pun meringis, "Maaf bang Rey bukan maksudnya aku ingin mengganggu tidur bang Rey.""Gimana, masih pusing, masih meriang?" Reynald tidak menjawab pertanyaan Lola, justru dia menaruh tangannya di kening Lola dan satu tangannya lagi di kening dirinya sendiri untuk membandingkan suhu."Panasnya udah gak terlalu tinggi ya!" jawab Reynald sendiri, lalu dia membuka laci, mengambil termometer, memasangkannya pada Lola, seakan sedang main dokter-dokteran dan Lola adalah pasiennya."Syukurlah suhunya sudah tiga puluh delapan derajat, sudah enggak setinggi tadi!" Ada senyum di wajah Reynald, lalu dia melihat jam tangannya"Sudah empat jam! Sudah waktunya minum obat!" Reynald kembali membuka lacinya mengambil sanmol. dia segera memberikannya kepada Lola, "buka mulutm
"Eeeh ... Bang Rey beneran mau ngasih aku?"Rey mengangguk. "Kau tidak percaya padaku Lola?" tanya Reynald lagi."Eeeh ... percaya sih bang Rey! Cuma aku kaget, hihi ...," ucap Lola sambil senyum malu-malu dan menundukkan kepalanya."Jadi kau mau melepaskan pakaianku?"Aduuuh! Udah sering sih lihat tubuhnya tapi kalau tanganku digerakkan begini dan dia membawanya menyentuh kancing bajunya kenapa aku jadi grogi gini apalagi tangannya terasa dingin dan badanku yang hangat terasa nyaman berada di dekatnya! Aduh kok jadi kayak gini ya? Lola lola sadar!Lola mau mencoba membuat dirinya tak lagi terbawa perasaan tapi tetap sulit. Bagaimanapun bayangan Reynald yang ada di pikirannya saat ini adalah Reynald yang tanpa pakaian sehingga ini menggerakan tangan Lola mengikut imajinasinya. Inginnya sih terlihat jaim di hadapan Reynald tapi bagaimana lagi. Lola masih berusia tujuh belas tahun dan untuk hal seperti ini masih belum bisa menguasai dirinya."Jangan gemetaran dong bukanya. Sini aku bant
"Hmmm!"Jawaban Reynald hanya sesederhana itu"Maksud bang Rey, jadinya aku selama tiga tahun akan sama-sama bang Rey terus gitu?"Lola meminta penjelasan lebih dan Lola sudah antusias, dia memalingkan tubuhnya miring dengan matanya menatap Reynald ga sabaran."hmm ... akaahhhaaaachiiim!" Reynald belum bicara sudah memalingkan wajahnya supaya dia tidak bersih di hadapan Lola."uuh, bang Rey, pasti bersin-bersin ketularan sama aku ya? Hehehe!" celetuk Lola sambil terkekeh lucu melihat Reynald."Ssssh!" Reynald mematap kesal di tertawai oleh Lola, "kenapa kau sakit tidak menggunakan masker? Ujung-ujungnya kau lihat aku jadi ikutan jadi bersin dan pilek!""Aaaww sakit, hidungku jangan di pencet!" Protes lola karena jari tangan Reynald menjepit hidung bangir miliknya"Awas saja kalau berlanjut demam! Kau harus tanggungjawab!" Reynald menggerutu lalu dia mengambil obat di samping tempat tidurnya dan meminumnya "Hatchiim! Hatchiiim!""Hihihi!" Dan Reynald yang terus bersin berhasil membuat
"Cucu?"Lola mengulang kalimat pria yang ditatapnya di saat yang bersamaan Reynald yang tadi menuruni tangga, dia juga tentu saja mendengar suara pintu yang terbuka. Bersama dengan asistennya, Ferry, Reynald segera menuju ke tempat dimana Lola berdiri"Siapa dia Reynald?"Sebelum Reynald mengeluarkan sepatah kata pria itu sudah lebih dulu bertanya padanya. wajahnya tegas dan terlihat penuh selidik, meski Reynald tahu pria itu mungkin saja memang sudah tahu dari anak buahnya. tapi, dia bertanya bukan? "Siapapun dia, aku rasa dia aku tak harus melaporkannya, kan?" Reynald mendekat dan berdiri di samping Lola."Kakek kau mengundang ku untuk datang ke rumahmu besok malam! Kenapa kau yang datang ke sini? Sudah tak sabaran?" Sindir Reynald yang tak memberikan jawabanDua-duanya, baik kakeknya maupun cucunya sama-sama keras. Sekarang kedua-duanya tidak ada yang menjawab pertanyaan satu sama lain malah saling melempar pertanyaan."Aku maish menunggu, atau kau ingin aku mencari tahu sendiri R