Hotel itu dipesan oleh Carlos sendiri, jadi jelas levelnya tidak rendah. Sistem pengawasannya pun lengkap dan kualitas gambarnya sangat jernih.Yang diambil adalah rekaman dari lorong. Karena alasan privasi, ruang VIP tidak dipasangi kamera, jadi Carlos hanya bisa melihat rekaman dari sudut belakang Tamara.Dalam rekaman itu, terlihat Tamara menyerahkan termos kepada Verona. Keduanya tidak tampak berselisih atau bertengkar. Namun setelah itu, termos tersebut jatuh ke lantai.Carlos memutar ulang bagian itu berulang kali, bahkan dengan kecepatan yang diperlambat belasan kali lipat.Namun karena sudut kamera, tidak terlihat jelas apakah Verona sengaja melakukan sesuatu. Semuanya terlihat seperti dia tidak sempat memegang dengan baik.Kalau memang Verona tidak sengaja menjatuhkannya dan Carlos juga melihat tutup termos masih utuh saat itu, berarti ....Apakah Tamara memang membuka tutupnya lebih dulu?Namun, kalau benar begitu, kenapa cedera yang diderita Tamara jauh lebih parah dibanding
Meskipun sebelumnya kedua kakak beradik itu sempat berbohong padanya, mengatakan bahwa Zayn menjalin hubungan dengan Tamara, Carlos tetap tidak percaya.Kalau mereka benar-benar pacaran, mengapa setelah itu mereka tidak pernah muncul bersamaan di tempat yang sama?Apalagi soal pegangan tangan dan kencan. Kali ini saja Zayn bahkan tidak turun dari mobil, hanya mengantar, lalu langsung pergi.Pelat nomor sudah cocok dengan identitas orangnya dan Carlos awalnya tidak berniat menyelidiki lebih lanjut, tetapi ....Beberapa saat kemudian, dia tetap menghubungi pemilik restoran tempat mereka makan siang. Secara umum, informasi pelanggan selalu dijaga kerahasiaannya. Namun, tidak ada yang bisa menolak Carlos, Presdir Grup Suratman.Bahkan pemilik restoran paling mewah pun tetap harus bersikap hormat dan mengambil hatinya, karena itu bisa menjadi keuntungan untuk mereka di masa depan."Sisa tagihan makan siang itu memang dibayar oleh Pak Zayn," jawab pemilik restoran.Nama sudah cocok. Carlos b
"Ya," jawab pihak di seberang dengan suara pelan melalui penyuara telinga.Carlos berpikir, 'Sepertinya kencan buta itu gagal? Tamara nggak tertarik sama pria itu? Kalau nggak, pasti mereka sudah kencan sekarang.'Memikirkan hal ini, sudut bibirnya pun terangkat.Bagus, dia bahkan tidak perlu turun tangan untuk menyingkirkan pesaing ini. Mungkin, tampangnya saja tidak sesuai dengan standar Tamara.Lagi pula, Tamara sudah menikah dengannya selama dua tahun. Wanita itu pasti sudah terbiasa dengan wajahnya.Carlos yakin penampilannya tidak kalah dari aktor terkenal, ditambah dengan hobi olahraga yang rutin, bentuk tubuhnya pun sangat atletis.Jadi, wajar saja kalau nilai estetika Tamara terhadap pria meningkat karena sering melihat dirinya. Buktinya, bahkan Jacob pun belum berhasil merebut hati Tamara, 'kan?"Maaf, Pak Carlos. Kami nggak berhasil mendapat foto wajah pria itu dengan jelas. Karena selama mengantar mereka ke mal, dia nggak pernah keluar dari mobil," lanjut pihak penguntit di
"Kalau kamu nekat beliin untukku, aku akan langsung kirim balik ke rumahmu lewat ekspedisi," ujar Tamara lagi.Zoya sungguh pasrah. "Ya, ya, ya. Aku nyerah deh."Zoya menghela napas panjang, wajahnya menunjukkan ekspresi frustrasi dan tak berdaya.Tamara pun merasa puas.Mereka berdua masuk ke mal. Ketika berkeliling, Tamara akhirnya tak tahan lagi dan menanyakan pertanyaan yang sudah lama mengganggu pikirannya."Kenapa kakakmu tiba-tiba ingin beliin aku barang? Dia juga nggak gangguin aku lagi. Nggak perlu ganti rugi, 'kan?"Zoya yang sedang melihat-lihat tas pun menjawab dengan santai, "Siapa bilang dia nggak gangguin kamu? Pagi tadi kamu berdiri di bawah terik matahari sambil digodain, 'kan?""Terus di ruang VIP juga dia sengaja tanya sesuatu yang bikin kamu bingung mau jawab gimana. Itu jelas-jelas gangguin.""Itu nggak termasuk. Dia nggak ganggu aku di depan umum," kata Tamara.Di Rich Tech, dia dipermalukan di hadapan semua petinggi perusahaan sebelum rapat besar dimulai.Karena
Di seberang sana, Zayn tidak menyangkal kalimat tadi. Namun, kalimat berikutnya justru sepenuhnya mengguncang dugaan dalam hati Tamara."Mungkin karena aku ada di sana, jadi dia agak sungkan. Kalian belanja saja. Kalau ada yang dia suka, kamu bayarin dulu, nanti aku ganti."Zoya langsung tersenyum geli. Dia pun mengedipkan mata penuh makna ke arah Tamara yang ada di sampingnya.Tamara yang tadi masih menggeleng panik dengan mulut ditutup oleh Zoya, sekarang malah terdiam. Dia agak linglung dan kaget, lalu merasa bingung.Kalau kalimat Zayn itu hanya untuk menggoda dirinya, untuk apa dia menyuruh Zoya membayar dulu dan mengatakan akan menggantinya nanti?Selain itu, nada bicaranya sangat tenang, datar. Sama sekali tidak terdengar seperti sedang bercanda. Jadi ....Zayn serius ingin membelikannya sesuatu? Namun, kenapa? Bukankah urusan antara mereka sudah selesai sejak lama? Bahkan sekarang Tamara berutang masakan satu tahun penuh yang belum mulai dijalankan."Eh, terus aku gimana? Belan
"Nggak ada hubungannya sama sekali. Kamu ini cuma paksa nyambungin saja."Zoya kembali mengeluarkan bukti. "Waktu aku minta kamu beli baju tadi, selama kita ngobrol, Kak Zayn diam saja nunggu di mobil. Itu jelas-jelas karena dia nunggu jawabanmu!""Kita lagi ngobrol, wajar dong Pak Zayn nggak pergi. Kalau dia langsung pergi, malah nggak sopan."Zoya tidak sependapat. "Kalau dia benaran niat bayarin aku, waktu aku bilang mau di awal tadi, dia seharusnya langsung turun dari mobil, bukannya nunggu. Itu tandanya, dia nungguin kamu!""Kamu benar-benar salah paham. Dia itu nggak nunggu. Lagi pula, tadi kita ngobrol cuma beberapa menit."Melihat sahabatnya terus saja membantah, Zoya tetap teguh pada keyakinannya. Dia pun berkacak pinggang dan berkata, "Waktu pertama Kak Zayn bicara begitu, dia itu ngomongnya ke kamu. Aku duduk di kursi depan, di sisi sebelah mobil. Kalau dia ngomong ke aku, dia pasti noleh ke arahku!""Kamu 'kan memang lagi jalan ke arahku. Ngomong dari arah jendela bisa buat