Share

Cintaku Tak Lekang Oleh Waktu
Cintaku Tak Lekang Oleh Waktu
Penulis: Lia Pambudi

Bab 1 Bertemu Lagi

Arsyad terengah-engah melewati koridor kantor miliknya. Aura kemarahan terpancar diwajah pria itu. Kedua tangannya mengepal dengan kuat, giginya bergemeletuk dan rahang tegasnya mengetat. Beberapa karyawan bahkan hanya menundukkan kepalanya tak berani menyapa.

Kata-kata dari detektif dan juga sebuah foto menjadi bukti kuat bahwa istrinya selama ini tidak pernah setia. Instingnya selama ini benar terbukti bahwa Sandra memang berselingkuh. Entah sudah berapa lama hal itu terjadi.

"Nyonya Casandra sudah kembali dari New York dua bulan lalu. Dia selama ini tinggal di Bandung bersama dengan kekasihnya Gio." Kata-kata dari detektif suruhannya seperti nyanyian piringan hitam yang telah rusak, terngiang-ngiang ditelinganya. Dia marah karena harga dirinya sebagai suami telah diinjak-injak begitu saja.

Mengapa Arsyad selalu mengalami ketidak-beruntungan? Sejak kecil ia tidak pernah memiliki teman. Semua karena orang tuanya membatasi semua hal yang harusnya dilakukan anak-anak. Beranjak dewasa kedua orang tuanya menjodohkan ia dengan perempuan yang tidak dicintainya. Bahkan,untuk menentukan pilihan baju saja rasanya tidak bisa. Semua harus sesuai dengan keinginan orang tuanya.

Dia tidak bisa menghakimi perempuan itu, apalagi harus menceraikannya saat ini. Janji dengan kedua orang tuanya masih tersisa satu tahun lagi.

"Jika selama lima tahun masih tidak ada cinta diantara kalian. Ataupun Casandra diam-diam telah mengkhianati kamu. Maka, papa izinkan kamu untuk menceraikannya. Tapi, jika yang berkhianat adalah dirimu. Seumur hidup jangan pernah bercerai darinya." Ucap almarhum ayahnya kala itu.

Arsyad membanting pintu ruangannya dengan keras hingga menimbulkan bunyi yang memekakkan telinga. Ia mengambil ponsel didalam saku celananya.

Casandra. Dia harus memastikan sendiri apa yang dilakukan perempuan itu sekarang.

Dua kali ia mencoba menghubungi Casandra. Namun, baru dering ketiga perempuan itu mengangkat telepon dari Arsyad.

"Halo mas.... Tumben banget kamu telepon aku. Disini masih malam sekali ini. Tapi, enggak apa-apa, aku bisa bangun untuk mengobrol denganmu." Jawabnya disebrang. Suaranya terdengar parau khas orang bangun tidur. Tapi, Arsyad tahu bahwa perempuan itu memang pandai sekali bersandiwara.

Saat ini di kota Surabaya masih menunjukkan pukul 1 siang. Dan jika benar ia di New York maka saat ini masih pukul 1 dini hari.

Arsyad tersenyum getir mendengar ucapan dusta istrinya. Dia menekan tombol video agar bisa langsung melihat wajah perempuan itu.

"Aduh mas gak usah pindah ke video ya. Penampilanku sungguh berantakan sekali ini." Tolaknya.

Arsyad menaikkan sebelah ujung bibirnya. Selalu saja Sandra bisa memberi jawaban untuk mengelak. "Sandra, aku tahu kamu saat ini tidak berada di New York. Tapi, kamu ada di Bandung bersama Gio." Ucapnya dingin.

"Mas... Kamu jangan bicara sembarangan. Jelas-jelas aku masih ada kegiatan modeling disini. Gimana bisa kamu bilang aku berada di Bandung."

"Kamu katakan sendiri pada ayahmu bahwa kita akan bercerai. Atau aku sendiri yang menyerahkan bukti ini pada mereka." Tantang Arsyad.

Arsyad mengirim beberapa file foto yang tadi dikirim oleh detektif suruhannya.

"Mas, kamu tidak bisa memutuskan ini secara sepihak. Sampai kapanpun kamu tidak bisa menceraikan aku. Lagipula ini juga salahmu. Apa selama ini kamu pernah mencintaiku? Apa kamu pernah memberi nafkah batin untukku? Tidak pernah mas.. Kamu terlalu sibuk dengan duniamu. Kamu adalah pria dingin dan egois." Ujar Sandra.

"Lantas apa pantas seorang istri berselingkuh seperti itu. Apa orang tuamu tidak pernah mengajarimu tentang menjaga marwah suami dan juga kesetiaan?" Tanyanya penuh ejek. Meskipun, Sandra tidak bisa melihat ekspresi wajah Arsyad. Namun, ia bisa menduga dari nada suara Arsyad bahwa pria itu sedang mengejeknya. Terdengar tegas dalam setiap katanya.

"Jangan pernah menghina orang tuaku. Ingat mas Arsyad, orang tuamu sudah berjanji pada ayah ibuku untuk menjadikan kamu suamiku. Kamu harus sadar diri dan ingat. Papa kamu tidak akan mungkin hidup jika bukan karena ayah yang rela memberikan satu ginjalnya. Jadi, jangan pernah mencoba menceraikan aku! Sampai kapanpun kita tidak akan pernah bercerai!"

Tuuuttt... Telepon sudah dimatikan secara sepihak oleh Casandra.

Ucapan Sandra benar-benar seperti sebuah pukulan keras yang mampu meluluh lantahkan tubuhnya saat ini. Selama ini yang ia tahu bahwa almarhum papanya mendapatkan donor ginjal dari korban kecelakaan. Dan sungguh ia baru tahu alasan perjodohan ini. Semula ia menduga karena urusan bisnis.

Mengapa harus ada hubungan timbal balik seperti ini? Tidak bisakah seseorang itu menolong orang lain dengan ikhlas tanpa embel-embel apapun. Perjanjian sepihak seperti ini yang jelas merugikan dirinya.

"Arrrrrgghhhh. Brengsek..."

Ponsel ditangannya ia lembar begitu keras ke lantai hingga bagiannya pecah dan terpelanting.

Hidup benar-benar menyebalkan untuknya. Kapan ada masa bahagia untuknya. Satu sisi Arsyad masih ingin menemukan gadis masa kecilnya. Dia berkhayal banyak hal jika suatu saat bertemu dengan gadis itu. Mengajaknya keliling dunia, membeli vila mewah dengan latar pegunungan, menikmati pemandangan matahari terbit dan terbenam, serta pemandangan alam lainnya bersama-sama. Bahkan,memiliki banyak anak yang lucu dan menggemaskan. Membayangkannya saja sudah membuat Arsyad bahagia. Namun, semua itu sepertinya hanya impian saja. Karena sampai sekarang ia belum juga bisa menemukan keberadaan gadis itu.

Bukankah Arsyad juga layak bahagia seperti yang lain. Kemarahan kembali menyelimuti dirinya. Teringat dengan permintaan almarhum sang ayah beberapa tahun lalu.

"Papa sudah menyiapkan jodoh terbaik untukmu. Putri oom Hermawan adalah gadis yang sangat cocok untuk menjadi istrimu. Selain itu ada janji papa yang harus ditepati. Jika salah satu dari kami sudah sukses. Maka, yang lain harus membantu bisnis mereka." Kalimat itu yang dulu Arsyad anggap sebagai permohonan.

Ternyata papa sudah melakukan perjanjian konyol. Batin Arsyad, kesal.

Arsyad tak berminat melakukan pekerjaannya lagi. Dia bangkit dari kursi kerjanya dan melangkah keluar. Diluar kantor dia sudah ditunggu oleh sopirnya.

Pulang, hanya itulah tujuan Arsyad saat ini. Mobil telah melaju dengan kencang membelah kota Surabaya yang saat ini masih turun hujan deras. Beberapa tempat bahkan terlihat genangan airnya yang begitu banyak. Namun, karena hujan lalu lintas menjadi sepi dan lenggang.

Ciiiittt

Mobil yang dikendarai Arsyad hampir saja menabrak seorang perempuan. Padahal jalan menuju rumahnya selalu tenang dan tidak pernah terjadi kecelakaan. Dan lima meter lagi mobilnya sudah sampai pada gerbang rumahnya. Namun, hari ini sepertinya memang hari yang tidak menguntungkan untuk Arsyad.

"Ada apa Pras?" tanya Arsyad,bingung.

"Ada wanita mau nyebrang tiba-tiba pak bos."

Arsyad turun dari mobilnya. Dia tidak ingin menolong ataupun minta maaf. Tujuannya hanya ingin melihat idiot mana yang menyebrang sembarangan ditengah hujan begini. Amarah dihatinya masih berkobar karena Casandra. Dan sepertinya dia punya pelampiasan untuk itu. Pikirnya.

"Hei!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status