Share

Bab 97

Author: Merspenstory
last update Huling Na-update: 2025-07-03 12:57:35
Thomas menatap Sienna dengan alis terangkat, menunggu jawaban, tapi Sienna tidak memberikannya. Wanita itu masih berdiri diam, tak bergerak, seperti otaknya butuh waktu untuk mengejar napasnya yang tercecer sejak tadi.

“Aku… aku tidak tahu,” gumamnya akhirnya. Ia menghindari tatapan Thomas dan buru-buru masuk ke dalam galeri.

Thomas menyusul di belakang, langkahnya lebih lambat namun mantap. “Kau baik-baik saja?” tanyanya perlahan.

Sienna tidak menjawab. Ia hanya mengangguk kecil sambil berjalan lurus menuju ruang kerjanya. Jantungnya masih berdetak terlalu cepat, bibirnya masih terasa panas, dan pikiran-pikiran di kepalanya saling bertabrakan tanpa arah.

Setibanya di dalam, Sienna langsung menutup pintu, menyandarkan tubuh ke baliknya, dan memejamkan mata.

Ciuman itu masih membekas. Lebih dari yang ia harapkan. Lebih dari yang ia izinkan.

“Bodoh,” bisiknya pada dirinya sendiri. Ia menekuk tubuhnya sedikit, mengusap wajah dengan kedua tangan. “Kau seharusnya mendorongnya lebih ce
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Lari dari Perjodohan, Jatuh ke Pelukan CEO Dingin   Bab 115

    Pagi itu, galeri masih sepi saat Sienna membuka pintu utama dan menggantungkan kunci di tempat biasa. Ia baru saja menyalakan lampu utama ketika bayangan seseorang di luar membuatnya menoleh.Arel berdiri di depan pintu kaca, membawa sebuket bunga lili putih yang terikat rapi dengan pita satin abu-abu.Sienna mengerjapkan mata, setengah tak percaya. Pagi ini terlalu dini untuk nostalgia.Jantungnya berdetak tak nyaman. Ia tidak siap menghadapi siapa pun dari masa lalu hari ini, apalagi Arel.Pintu terbuka dan Arel masuk.“Kau datang pagi sekali,” sapa Sienna kaku.Arel tersenyum kecil. Senyum yang pernah mengisi masa mudanya. “Aku hanya ingin memberikan ini sebelum kau sibuk,” ujarnya, lalu menyodorkan buket bunga ke Sienna.“Lili?” gumam Sienna, tak langsung mengambil. “Kau ingat.”“Tentu. Mereka selalu jadi bunga favoritmu,” kata Arel. “Dan... aku tidak datang untuk mengganggu. Hanya ingin mengucapkan selamat atas galerimu.”Sienna mengambil buket itu dengan gerakan hati-hati. “Teri

  • Lari dari Perjodohan, Jatuh ke Pelukan CEO Dingin   Bab 114

    Sebastian melangkah keluar dari galeri dengan langkah panjang dan tanpa suara. Udara sore terasa semakin dingin, tapi bukan itu yang membuat bahunya menegang.Mobil hitamnya sudah terparkir lima menit lalu di depan halaman studio. Brandon membuka pintu belakang tanpa banyak bicara. Sebastian masuk dan menutup pintu dengan satu dorongan tenang.Begitu mobil mulai bergerak, ia menyandarkan tubuhnya ke jok kulit, lalu melepaskan dasi dari lehernya dengan kasar.Desahan berat lolos dari bibirnya. “Cari tahu siapa Arel yang berhubungan dengan Sienna,” ucapnya pendek.Malam harinya, Sebastian duduk di ruang kerjanya. Di hadapannya, layar tablet menampilkan laporan singkat yang dikirimkan oleh Brandon.Sebastian menatapnya tanpa suara. Matanya membaca tiap baris kalimat yang tertuang dengan kecepatan lambat.[Arel Hartman memiliki hubungan sangat dekat dengan Sienna Hart sejak kecil. Ia bersikap sangat protektif dan hangat terhadap Sienna, terutama selama masa remaja mereka. Kedekatan person

  • Lari dari Perjodohan, Jatuh ke Pelukan CEO Dingin   Bab 113

    Sienna menatap pria itu, dan untuk sesaat, dunia seperti berhenti berputar. Jantungnya seolah terjatuh ke perut. Butuh waktu beberapa detik baginya untuk benar-benar yakin bahwa penglihatannya tidak menipunya.“Arel?” gumamnya serak.Pria itu tersenyum lebar, dan entah bagaimana, senyumnya masih sama—ramah, hangat, dan mengusik masa lalu yang telah ia kubur rapat-rapat.“Masih mengingatku rupanya,” ucap Arel pelan.Sienna membeku di tempat.Sebastian tak berkata apa-apa, hanya membiarkan pandangannya berpindah dari satu wajah ke wajah lain. Diamnya cukup bicara.“Kau... sejak kapan kau di New York?” tanya Sienna, terdengar ragu.“Baru sore ini. Dan kau orang pertama yang ingin kutemui.” Arel melirik sekilas ke arah Sebastian, lalu kembali fokus pada Sienna. “Boleh kita bicara sebentar?” tanyanya tenang. “Berdua saja.”Sienna sempat melirik Sebastian sejenak, seperti menimbang. Tapi lalu ia mengangguk. “Ikut aku,” katanya, lalu berbalik dan melangkah menuju ruangannya.Arel mengikutiny

  • Lari dari Perjodohan, Jatuh ke Pelukan CEO Dingin   Bab 112

    Dua hari kemudian.Udara sore berembus lembap. Sienna berdiri di dekat rak pajang yang baru dipasang, tangannya menopang punggung bawah sambil menghela napas panjang. Panel-panel kayu untuk pameran minggu depan akhirnya tersusun rapi, tapi tubuhnya mulai menuntut jeda.Hari itu nyaris selesai. Atau begitulah yang ia kira.Lalu terdengar suara.Mesin mobil.Sienna menoleh sekilas ke arah pintu kaca. Bukan suara truk pengantar lukisan atau mobil staf.Sebuah sedan hitam berkilau berhenti tepat di depan galerinya. Elegan dan mahal. Sangat tidak cocok dengan barisan mobil tua di sekitarnya.Pintu mobil itu terbuka, dan Sebastian turun dari balik kemudi.Sienna mengerjapkan mata, lalu buru-buru keluar. “Apa yang kau lakukan di sini?”Sebastian menutup pintu dengan tenang dan menghampirinya. “Kau sibuk?”Sienna melirik jam tangannya sekilas. “Sedikit. Tapi bukan berarti kau boleh parkir sembarangan seperti orang penting.”Sebastian menyeringai kecil. “Kalau aku orang penting, itu karena gal

  • Lari dari Perjodohan, Jatuh ke Pelukan CEO Dingin   Bab 111

    Malam merambat pelan di luar jendela. Di atas ranjang kecil itu, Sienna tertidur pulas, masih mengenakan kemeja Sebastian yang dipinjamnya. Sejak sore tadi, ia memutuskan untuk tidur di samping Joseph.Kelopak matanya mulai bergerak pelan. Tubuhnya menggeliat ringan sebelum akhirnya benar-benar terbangun. Ia membuka mata perlahan, membiarkan pandangannya menyesuaikan diri dengan cahaya temaram dari lampu tidur di samping ranjang.Sienna menoleh ke samping.Kosong.Tempat tidur di sebelahnya sudah dingin. Selimut tersibak rapi, seolah Joseph meninggalkannya tanpa berniat membangunkannya. Rasa panik kecil merambat di dadanya.Ia duduk tegak, lalu segera bangkit dan keluar dari kamar. Lorong mansion menyambutnya dengan keheningan. Sienna melangkah pelan, telinganya menajam, matanya menyapu tiap sudut yang dilewatinya. Tak ada tanda Joseph. Tak ada suara Sebastian. Hanya detik jam dan bisik hujan di luar mansion.Hingga langkah kaki lain terdengar dari arah dapur.Ruth muncul membawa nam

  • Lari dari Perjodohan, Jatuh ke Pelukan CEO Dingin   Bab 110

    Sienna menyentuh bibirnya yang masih mengulas senyum kecil. Jari-jarinya merapikan bagian bawah kemeja Sebastian yang sedikit kusut, lalu menyibakkan rambutnya ke satu sisi bahu. Ia tahu ia sedang bermain api, dan bagian dari dirinya sangat menikmati itu.Beberapa menit kemudian, setelah sempat mengeringkan rambutnya sebisanya, Sienna akhirnya melangkah keluar kamar.Tangga utama membentang di hadapannya. Dengan santai, ia menuruni anak tangga perlahan.Di ruang tengah, Sebastian duduk di sofa dengan kaki menyilang dan secangkir teh di tangannya. Ia sudah berganti pakaian—sweater tipis warna charcoal dan celana panjang kasual, rambutnya sedikit acak, tapi tetap tampak seperti pria dari halaman majalah mode, tampan paripurna.Pria itu menoleh saat mendengar langkah Sienna.Dan matanya nyaris tak berkedip.Sienna berjalan ke arah Sebastian dengan kaki telanjang dan lengan kemeja yang masih tergulung. Cahaya lampu memantulkan bayangan samar dari lekuk tubuhnya di balik kain putih itu. Ia

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status