Share

05. Sebuah takdir?

Julian dan Jinny berlari kecil begitu turun dari bus. Angin bulan desember yang dingin menerpa wajah keduanya, membuat Jinny harus berjalan dengan kepala ditundukkan, begitu juga dengan Julian. Ia mengeratkan pegangannya pada kantong belanjaan yang ia bawa. Julian menjejalkan kedua tangan ke saku jaket tebalnya dan mereka berjalan cepat di sepanjang trotoar ke arah toko La Vien Cake.

Lonceng kecil yang tergantung di atas pintu depan berdenting nyaring ketika Julian mendorong pintu dan masuk ke toko kecil yang klasik dengan mengusung gaya vintage. Mereka mengembuskan napas lega ketika rasa hangat di dalam toko mulai menjalari tubuh keduanya.

"Selamat datang di La Vien Cake" sapa Clara salah satu karyawan toko kue itu dengan tersenyum ramah menyambut Julian dan Jinny.

"Hai, Clara, apa kabar?" balas Julian

Clara menatap Julian lalu beralih memandang Jinny yang berada di belakang laki-laki itu. Jinny tersenyum membalas tatapan Clara. Dan gadis itupun menyapa hangat "Selamat datang, Wilson"

Julian mengangkat alis mendengar Clara menyapa dengan menyebut nama Jinny. Padahal ia belum mengenalkan gadis itu padanya, apakah mereka sudah saling kenal sebelumnya? Dan ia tidak tahu akan hal itu?

"Wilson adalah pelanggan tetap toko ini, dan ia selalu berkunjung di akhir pekan untuk membeli Batter Tart" seolah tahu tatapan Julian yang bingung ketika tahu nama gadis yang sedang bersamanya, Clara dengan cepat menjelaskan kebingungan laki-laki itu.

"Hai, Clara, apakah pesananku sudah siap?" tanya Jinny yang sekarang sudah berdiri di samping Julian.

"Tentu saja, kami sudah menyiapkannya untukmu"

Baru saja Clara memutar tubuhnya untuk mengambil pesanan kue milik Jinny di dalam etalase kaca di belakangnya, Nancy muncul dari balik dapur yang ada berada di belakang counter.

"Hai, sayang..." Nancy menyambut kehadiran Julian, setelah mendengar percakapan ketiganya dari dalam dapur "Oh, hai Wilson, senang melihatmu lagi" sapa Nancy ramah seraya meletakkan sarung tangan di atas meja.

Julianpun menatap Jinny dan ibunya bergantian, ternyata hanya ia saja yang belum baru mengenal Jinny malam ini? Oh, tetntu saja karen ia hanya mengunjungi toko kue ibunya sebulan dua kali selebihnya ia sibuk dengan part timenya.

"Baiklah, mungkin hanya aku di sini yang baru saja berkenalan denganmu" ucap Julian, mengangkat bahunya sambil lalu.

Jinny terkekeh melihat ekspresi polos Julian.

"Bagiaman bisa kau baru mengenal gadis secantik ini, Julian" gurau Nancy, "Aku harap kalian bisa menjadi teman baik setelah ini"

Nancy menerima kue yang di berikan Clara setelah mengambilnya dari etalase kaca yang ada di belakang mereka.

Julian menatap gadis yang berdiri disampingnya sekilas sambil berkata "Yep, tentu saja kami akan menjadi teman baik, mom"

Jinny menoleh menatap Julian dan tertegun ketika Julian berkata seperti itu sambil tersenyum padanya. Selama ini ia hanya berteman dekat dengan Joe, dan hanya Joe yang selalu tersenyum tulus padanya.

"Sebenarnya aku ingin menanyakan ini padamu" Clara menyela dan bertanya pada Jinny.

Gadis itu terkesiap dan tersadar dari pikirannya. Ia dengan cepat mengalihkan pandangannya pada Clara yang menunggu jawaban.

"Eh, ya?"

"Kue cantik ini akan kau berikan untuk ibumu?"

"Eh, ini, ini untuk temanku, maksudku aku berencana memberikan kejutan untuknya karena besok adalah ulang tahunnya"

"Aku harap temanku akan suka dengan kue ini"

Nancy menyodorkan kue yang sudah di masukkan ke dalam kotak dengan motif garis biru muda yang sangat manis. Jinny dengan senang hati menerimanya, ia yakin Joe pasti akan menyukai kue ini. Karena gadis itu sudah percaya dengan kualitas toko kue itu.

Julian memperhatikan Jinny yang tampak kesusahan dengan bawaan di tangan gadis itu. Ia berinisiatif mengambil kantong belanjaan yang ada di tangan kiri Jinny.

Gadis itu mengangkat alis terkejut ketika kantong belanjaannya kini beralih ke tangan Julian. Ia tidak sempat membuka mulut ketika Julian lebih dulu berucap.

"Mom, aku akan balik lagi ke sini setelah mengantar Jinny ke halte"

"Aku bahkan tidak keberatan kau mengantarnya sampai rumah sekalipun" gurau Nancy dan tertawa geli melihat wajah putranya yang melongo. Sementara Clara juga ikut menggoda laki-laki itu.

"Aku seperti melihat adikku sudah mulai beranjak dewasa"

Mata Julian menyipit menatap Clara yang sedang menertawakannya.

Jinny merasa canggung mendengar gurauan Nancy dan Clara. Ia buru-buru mengucap salam dan keluar dari toko, yang di ikuti oleh Julian di belakangnya.

"Maafkan ibuku dan Clara, mereka selalu menggodaku jika melihat aku bersama seorang wanita" ucap Julian ketika mereka sudah berada di halte dan menunggu kedatangan bus.

"Tidak apa-apa, aku senang melihat kehangatan mereka padamu" nada bisacara Jinny terdengar lirih.

"Dan, waw! aku sangat terkejut begitu tahu jika Nancy dalah ibumu, dan toko kue itu juga ternyata milik keluargamu" lanjut Jinny dengan nada yang berubah antusias saat menyampaikan keterkejutannya dengan kenyataan bahwa toko kue yang selama ini menjadi favoratenya adalah milik Julian dan juga Nancy yang selalu ramah padanya adalah ibu laki-laki yang baru saja menyelamatkannya dari terkaman buas para pemabuk tadi. Sungguh sebuah kebetulan yang sangat luar biasa.

Julian tertawa kecil dan mengangangkat bahu "Dan aku baru tahu kalau kau adalah pelanggan tetap La Vien Cake" Julian menimpali.

Saat keduanya menertawakan kebetulan yang sangat luar biasa itu, suara laki-laki yang tak asing di kuping Jinny memanggilnya dari trotoar tak jauh dari halte tempatnya berada.

"Jinny"

Gadis itu merasa terpanggil dan memutar kepalanya ke arah sumber suara. Matanya membelalak ketika seorang laki-laki yang sangat ia kenal sekarang sudah berada tepat di hadapannya.

***

"Oh, Hai Joe" Sapa Jinny dengan semangat "Kebetulan sekali kita bertemu di sini. Dan, oh, kenapa kau bisa ada disini?"

Joe menjejalkan tangannya ke dalam saku jaket, ia mengangkat bahu sambil lalu.

"Aku baru saja dari rumah Clay, mengambil data untuk keperluan bazzar"

Joe memperhatikan Jinny yang sedang membawa sebuah kantong belanjaan dan disana terdapat tulisan La Vien Cake. Sadar jika Joe memandangi bungkusan yang ia bawa, Jinny sedikit menyembunyikannya ke belakang. Kalau laki-laki itu tahu bisa gagal kejutan yang ia rencanakan.

Dan, oh, ia hampir saja lupa akan keberadaan Julian di belakangnya. Ia menoleh ke kebelakang dan melihat Julian hanya diam dan tak berkomentar atau menyela pembiacaraan mereka berdua.

"Oh, aku hampir lupa! Joe, perkenalkan ini Julian Wheeler, dan Julian ini Joe Fernandez teman sekelasku"

Julian menatap Jinny lalu beralih menatap Joe. Ia tersenyum dan mengulurkan tangan pada Joe. "Senang berkenalan denganmu"

Joe berpikir sejenak lalu menjabat uluran tangan Julian "Sama-sama," balas Joe sopan.

Kening Joe berkerut samar dan ia berkata "Sepertinya aku pernah melihatmu"

Julian diam tidak menjawab, karena ia juga tidak ingat pernah bertemu dengan Joe. Tapi sekilas ia ingat tentang seorang laki-laki yang memanggil Jinny Wilson di danau belakang kampus. Sepertinya, Joe pernah melihatnya di sana.

"Julian satu kampus dengan kita, tapi beda fakultas. Oleh karena itu kau mungkin pernah melihatnya" sela Jinny.

Julian mengangguk menyetujui ucapaan Jinny, mungkin karena mereka satu kampus maka Joe pernah berpapasan dengannya.

"Oh ya, kalian sejak kapan saling mengenal?"

Baru saja Julian dan Jinny membuka mulut menjelaskan awal mula pertemuan mereka dan bagaimana mereka bisa berkenalan, bus sudah datang dan pintu bus terbuka mempersilahkan penumpang untuk segera naik.

"Aku akan menceritakannya padamu nanti"

Jinny berjalan memasuki bus, namun sebelum itu ia menoleh ke arah Julian dan berkata "Sampai jumpa. Julian, aku harap kita bisa mengobrol lebih banyak jika bertemu di kampus"

Julian menyerahkan kantong belanjaan milik gadis itu dan Jinny menerimanya. "Hm-mm, sampai jumpa, hati-hati" balas Julian, melambaikan tangan pada Jinny.

Joe yang mengekor di belakang Jinny juga tak lupa mengucapkan salam pada Julian sebelum menaiki bus "Aku harap kita bisa berteman baik, Julian Wheeler" laki-laki itu tersenyum dan melambaikan tangan pada Julian.

Julian beranjak dari halte setelah bus sudah menghilang di kejauhan. Hari ini penuh dengan kejutan. Apakah ini bisa di bilang kebetulan? Ataukah sebuah takdir?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status