“Bagaimana kondisinya?”
“Masih cantik luar biasa.”
“Noe, aku tidak bercanda!”
“Cih… dasar sepupu tidak punya selera humor.”
“Tinggal kau jawab saja apa yang aku tanyakan. Tidak perlu membahas ke mana-mana!”
“Baiklah, Tuan Mendez, maafkan atas kelancangan sepupumu ini. Kondisinya baik, hanya demam biasa. Sepertinya gadis cantik yang imut ini kelelahan. Kau, habis menyiksanya ya? Kau pasti membuatnya bekerja tiada henti.”
“Jangan bicara sembar4ngan! Aku bahkan belum memerintahnya satu kalipun!” desis Jerrald tak terima saat sepupunya dari pihak sang ibu menuduhnya seperti itu.
Jerrald mengalihkan pandangan ke arah gadis cantik yang saat ini terbaring lemah dengan mata tertutup sempurna di atas ranjang salah satu kamar tamu di apartemen ini. Kamar yang seharusnya ditempati maid barunya itu, kalau saja Jerrald tidak menjalankan rencana liciknya.
Tangan Jerrald bersedekap. Ia menatap maidnya dengan ekspresi datar dan dingin khas pria itu. Pikirannya melayang saat mengingat kejadian hampir satu jam yang lalu.
Jerrald menemukan maid barunya jatuh tergeletak di atas lantai di ruang televisi di apartemen ini saat Jerrald turun hendak mengambil minum. Maid baru yang terluka akibat kecerobohannya sendiri beberapa jam yang lalu.
“Aku sudah meminta asistenku untuk membawakan obat yang akan dibutuhkan gadis ini. Mungkin sekitar satu jam lagi asistenku akan datang.”
Jerrald hanya membalas dengan gumaman saat sepupunya yang berprofesi sebagai dokter itu kembali berbicara padanya.
Terdengar decakan kesal yang keluar dari mulut sang sepupu.
Pandangan Jerrald kembali beralih ke arah sepupunya itu. Ia menaikkan sebelah alis seolah bertanya.
“Kau itu masih saja irit bicara. Padahal Tuhan memberikan kita suara untuk digunakan, bukan untuk disimp—”
“Diamlah, Noe, kau itu cerewet sekali melebihi Nenek.”
“Ck! Berengs3k kau! Tidak perlu menyamakanku dengan Nenek!” ucap sang sepupu menggebu saat Jerrald menyamakannya dengan nenek mereka yang terkenal super cerewet.
Jerrald hanya membalas dengan tatapan datar dan tanpa dosa, yang kembali menimbulkan decakan kesal sepupunya.
“Mengapa aku bisa punya sepupu sepertimu?”
“Kalau boleh memilih, aku pun tidak ingin punya sepupu sepertimu,” balas Jerrald enteng.
“Sepupu si4lan!” desis Noe. Ia mendengus kesal. Noe sadar jika ia tak akan pernah bisa menang melawan Jerrald.
“Ngomong-ngomong, dapat di mana kau maid seperti itu?” Noe mengarahkan dagunya ke arah Feli. “Sepertinya aku butuh yang seperti itu di apartemenku.”
Tatapan Jerrald langsung tajam menusuk sang sapupu. “Butuh maid?” sangsi Jerrald. “Jangan bercanda. Daripada butuh maid, kau lebih butuh ‘teman tidur’ kan?”
Noe tertawa lepas saat mendengar ucapan Jerrald. Sepupunya itu sangat mengenalnya, sampai tahu kebiasaannya selalu tidur ditemani wanita yang berbeda setiap harinya. “Tentu saja, Sepupu. Aku ini pria dewasa, tentu saja aku butuh teman tidur.”
“Dia bukan wanita seperti teman-teman tidurmu, Noe! Jadi hentikan pikiran liarmu padanya!”
“Woah! Santai, Sepupu, aku bukan memintanya darimu, tapi aku bertanya, kau dapat dari mana maid yang seperti itu. Dia cantik dan mengg0da luar biasa. Tubuhnya sepertinya indah. Mungkin saja aku bisa menemukan maid seperti milikmu. Tapi… kalau kau ingin menyerahkan maid-mu itu padaku juga boleh. Aku tentu tidak akan menolak—”
“Pergilah! Cari saja di jalan!”
“Jadi kau menemukannya di jalan? Wah ini menarik—”
“Mah-dreh yang membawanya!” potong Jerrald akhirnya.
“Wah, jadi Bibi yang membawa gadis super cantik itu? Baiklah, terima kasih info-nya, Sepupu. Aku akan menghubungi Bibi setelah ini. Mungkin saja Bibi bisa merelakan gadis cantik itu untuk teman tidurk—”
“Kau bicara lagi, aku akan melemparmu dari jendela kamarku, Noe.”
Noe langsung terdiam melihat kemarahan yang diperihatkan sepupunya itu. Walaupun suara Jerrald terlihat tenang saat mengucapkan itu, tapi rahangnya yang mengeras tak bisa berbohong.
Sepupunya… sedang cemburu?
Wah… sepertinya ini sangat menarik. Pria yang tak pernah tertarik pada wanita manapun selama ini setelah ‘kejadian itu’, kembali memperlihatkan ketertarikan pada wanita?
Hmm… berita bagus!
“Kau… terlalu serius, Sepupu.”
“Dan kau terlalu menjijikkan dengan otak m3summu itu!”
“M3sum di usia yang sudah dewasa itu wajar, Sepu—”
“Kau benar-benar cerewet seperti Nenek. Jangan sampai aku menghubungi Nenek sekarang, supaya kau dipaksa menikah saat ini juga, Sepupu.”
Wajah Noe langsung terlihat pucat. Pria ini membereskan alat kedokterannya untuk kembali dia masukkan ke dalam tas yang dibawanya. “B3rengsek kau, Mendez!” desis Noe.
Jerrald tersenyum miring. Ia tahu kelemahan sang sepupu adalah nenek mereka. Neneknya adalah orang yang taat beragama. Jika sang nenek tahu Noe ahli ranjang sebelum menikah, sudah bisa dipastikan sang nenek yang tinggal di Desa Albarracin akan menyeret Noe ke depan altar untuk menikahi salah satu wanita baik-baik dan polos yang nenek mereka kenal.
“Jangan coba-coba kau menghubungi Nenek, kalau tidak ingin maid-mu aku ambil!” ancam Noe.
“Mengambil maid-ku? Seolah kau bisa,” ejek Jerrald tanpa sadar.
“Apa yang aku tidak bisa, Mendez? Jangan ragukan keahlianku merayu maid-mu.”“Kau—”
“Kau jatuh cinta pada maid-mu?” potong Noe saat kembali melihat kemarahan Jerrald.
Jerrald langsung terdiam. Ia sanggup membalas pertanyaan mendadak yang dilayangkan sepupunya itu.
Jatuh cinta?
Terdengar kekehan geli Noe. “Aku tidak akan merayu maid-mu, asal kau tidak menghubungi Nenek untuk mempengaruhi Nenek kita tercinta, Sepupu. Aku tidak sangka kau bisa kembali jatuh cinta,” ucap Noe kembali. Nada suaranya kali ini menggoda. Pria itu langsung saja berlalu dari kamar ini, meninggalkan Jerrald yang saat ini kembali mengeraskan rahangnya.
“Aku tidak jatuh cinta!” seru Jerrald setengah berteriak, yang hanya dibalas tawa renyah sepupu sial4nnya itu yang masih terdengar olehnya.
Jerrald mengalihkan pandangan ke arah sang maid yang terlihat pucat saat ini. Namun, tak membuat wajah cantiknya memudar.
“Kau merepotkanku di hari pertamamu bekerja, Nona Floy! Dan si4lnya, kau membuat si Ber3ngsek itu salah paham padaku!”
Jatuh cinta? Pada maid ceroboh ini?
Hey! Mereka baru bertemu hari ini. Apa-apaan sepupu lakn4tnya itu!“Sialan kau, Noe Hugo!” geram Jerrald. Kedua tangannya terkepal kuat.
‘Aku tidak jatuh cinta! Aku tidak jatuh cinta!’ mantra Jerrald di dalam hati, meyakinkan diri jika apa yang disangka sepupunya itu adalah kesalahan besar.
Jerrald bukan jatuh cinta pada gadis yang belum sadar dari pingsannya itu, tapi Jerrald hanya takut jika maid barunya menjadi mainan baru sang sepupu yang terkenal playboy.Walaupun Jerrald baru mengenal maidnya itu, entah mengapa Jerrald sangat yakin, sang maid adalah gadis polos yang menggemaskan. Gadis di depannya itu terlihat jauh lebih menggemaskan saat menangis tadi.
Jerrald masih ingat bagaimana lucunya wajah sang maid tadi saat menangis karena jarinya yang terluka. Jerrald tersenyum amat sangat tipis, nyaris tak terlihat.
“Engh…”
Jerrald tersadar dari lamunan, saat mendengar lenguhan sang maid.
Mata sang maid terbuka perlahan. Membuat Jerrald siaga, dan segera menghampiri sang maid. Pria ini duduk di ranjang di samping maidnya itu.“Kepalaku… pusing…” bisik sang maid terbata sambil memegangi kepalanya dengan kedua tangan. Matanya kembali menutup, seolah sangat berat untuk terbuka.
“Sebaiknya kau istirahat, Nona Floy. Jangan paksakan dirimu untuk bangun.”
Sang maid hanya membalas dengan gumaman tak berdaya.
Jerrald memperhatikan dalam diam beberapa saat.
“Kau ingin minum?” tanya Jerrald.
Hening. Tak ada jawaban dari mulut sang maid. Napas maid-nya teratur, menandakan gadis itu kembali tertidur.
“Nona Floy, kau… tidur?” tanya Jerrald seperti orang bod0h.
Tetap tak ada jawaban dari sang maid, yang membuat Jerrald tertawa kaku. “Otakmu sepertinya tertinggal di kamar, Jerrald. Lihatlah napas teraturnya, gadis ini sudah pasti tertidur, bod0h!” monolog Jerrald, memaki dirinya sendiri.
Pria ini membenahi selimut yang sejak tadi mengubur tubuh sang maid. Lalu berlama-lama menatap wajah maidnya itu.
Detak jantung Jerrald yang tenang, perlahan berubah semakin kencang. Semakin ditatap, maid-nya ini terlihat semakin menarik.
Menarik?
Si4l! Jangan bilang dia mulai tertarik pada gadis yang tadi melawannya di dapur apartemennya sendiri?
Tidak! Dia tidak tertarik!
Apa menariknya gadis itu?!
Gadis itu pembangkang dan cerob0h. Tidak ada yang baik tentang maid baru itu sejak pertemuan pertama mereka.
Hal yang baik hanya wajahnya yang terlihat amat sangat cantik dan menggemask—
M****a!
Apa yang dia pikirkan?!
Jerrald segera mengalihkan pandangan ke arah lain sebelum akal sehatnya menghilang. Ia beranjak dari duduknya. Sebelah tangannya berkacak pinggang, sementara sebelah tangan lagi memijat pangkal hidungnya sendiri frustrasi. “Ada apa denganku? Apa aku gil4?!”
“Mommy~”
Jerrald kembali mendengar suara dari mulut sang maid. Ia kembali memfokuskan pandangan ke arah maidnya yang terlihat masih memejamkan mata.
“Mommy~ hiks… Daddy~”
Jerrald kembali mendudukkan diri di sisi ranjang, lalu mengusap lembut rambut indah sang maid. “Hey… tenanglah,” bisik Jerrald menenangkan.
“Mommy~, Daddy~… jangan tinggalkan aku. Aku… hiks… aku takut sendiri~” rengek sang maid yang masih setia menutup matanya. Sepertinya sang maid mengigau. Wajah maid barunya ini terlihat cemas dan panik.
“Aku… takut…” bisik sang maid kembali.
“Ssstt… kau tidak perlu takut, Dulce niña, kau tidak sendirian. Tidurlah… ada aku yang menjagamu,” bisik Jerrald kembali. Tangannya masih setia mengusap rambut sang maid yang terasa halus. Sepertinya maidnya ini merawat rambutnya dengan baik. Membuat Jerrald perlahan merasa nyaman mengusap rambut cokelat terang ini.
“Daddy~”
“Ssstt… tidurlah, Dulce niña …”
Tak berapa lama, sang maid kembali tenang. “Jangan pergi, Daddy~” ucap sang maid untuk terakhir kalinya sebelum napasnya mulai kembali teratur.
“Kau sepertinya sangat manja pada mommy dan daddy-mu, Nona Floy,” bisik Jerrald dengan amat sangat pelan, takut jika suaranya akan mengganggu tidur sang maid.
“Tidurlah dengan tenang… Aku akan membuatkan sup,” bisik Jerrald kembali sambil menjauhkan tangannya dari rambut sang maid. Sebenarnya, ada perasaan tak rela saat tangannya meninggalkan surai halus itu.
Namun Jerrald segera menggeleng kencang. Hari ini ia merasa jika dirinya aneh.
Pria ini beranjak dari duduknya, lalu mulai melangkah ke luar kamar. Sebelum benar-benar keluar, Jerrald kembali menatap maid-nya itu.
“Kau… benar-benar merepotkan, Nona Floy, dan membuatku bingung!” desis Jerrald tajam.
Bingung? Karena apa? Ah... entahlah! Bahkan Jerrald tidak tahu mengapa dia tiba-tiba bingung.
***
Holaa~ buat pecinta belut listrik & lumpur hidup :*Bonus part terakhir ya untuk versi aplik4si.Buat yang mau komen paragraf, caranya bisa tekan agak lama paragraf mana yang mau dikomentari sampai muncul tulisan komentar. Udah deh kalian bisa ketik komentar kalian ^_^Dahlah… Happy reading <3***“Apakah istrimu sengaja?!”“Apa yang kau katakan? Kau mendapatkannya dua kali berturut-turut tanpa istriku melihat ke arahmu, itu berarti kau memang diharuskan mencari pasangan hidup, Sepupu.”Noe mendengus kesal. Ia kembali memandang buket bunga yang berada di tangannya. Bagaimana bisa ini terjadi? Meng
Jerrald beberapa kali membenahi letak dasinya. Sebenarnya, letak dasi pria ini tidak bermasalah sedikitpun. Hanya saja, pakaian yang dia kenakan yang menjadi masalah, dan itu membuat Jerrald tak nyaman. Ia melirik sepatu yang ia pakai. Sepatu itu berwarna merah muda terang bermotif bunga-bunga kecil. Persis seperti warna pakaian formal yang saat ini ia pakai.Di sampingnya, berdiri sang istri yang saat ini memakai gaun berwarna senada dengan panjang gaun bagian depan hanya sampai atas lutut. Sementara bagian belakang gaun panjang menjuntai. Sejak tadi senyum kebahagiaan tak pernah luntur dari bibir sang istri. Tidak seperti dirinya yang hanya mampu berwajah datar. Kalaupun tersenyum, Jerrald tak sanggup tersenyum lepas.Sumpah demi apa pun, hari ini kali pertama ia menggunakan pakaian berwarna cerah seperti ini. Ini membuatnya sangat canggung. Jerrald menyugar rambut gugup. Tadi pagi, ia memakai pakaian berwarna kuning cerah. Malam harinya,
“Kau ingin menggantinya lagi??” >> ”Kenapa memang? Apa kau akan marah padaku?! Ini keinginan Telur Belutmu!” “Baiklah-baiklah, Sayang… Kau jangan marah-marah seperti itu.” >> ”Kau yang membuatku marah-marah, Tuan Mendez!” “Maafkan aku, Nyonya Mendez.” Jerrald terkekeh geli. Ia menatap layar ponselnya dengan penuh rasa cinta. Wajah sang istri masih saja memerah setiap kali Jerrald memanggilnya dengan sebutan baru itu. Mereka melakukan pemberkatan pernikahan tiga minggu yang lalu. Tepat tiga hari setelah Jerrald meminta mereka segera menikah di depan Charlotte dan Leonel. Persiapan pemberkatan pernikahan mereka tidak ada kendala yang berarti. Semua dokumen kedua orang itu sudah sejak lama dipersiapkan Leonel dan Niguel, sehingga semua berjalan dengan sangat cepat. Acara itu
“Kenapa Dad tidak mengatakan yang sebenarnya?” Feli menatap tajam sang daddy.Wajah Leonel saat ini terlihat seperti pencuri yang tertangkap basah. Tak ada bedanya dengan Charlotte. Wanita itu menyenggol lengan sang suami.“Jangan diam saja, Leon! Kau harus menjelaskan semuanya pada Putri kecil kita!” bisik Charlotte tajam. “Oh… aku sudah menduga jika Feli pasti akan marah seperti ini,” bisik Charlotte kembali. Kali ini terdengar putus asa.“Cia, sudahlah. Ini semua sudah terjad—”“Kau tidak aku perbolehkan untuk bersuara, Tuan Mendez!”Jerrald langsung mengatupkan mulut. Lebih baik ia mengikuti keinginan ibu hamil satu ini. Hubungan mereka sudah membaik beberapa jam sebelumnya dan ia tidak ingin lagi diabaikan.“Dad—”“Maafkan daddy, Baby Gir
Feli mengusap lengannya dengan air bergantian. Entah sudah berapa lama ia merendam diri di dalam bathtub kamar mandinya. Ia menatap kosong dinding. Ekspresi terkejut Jerrald tadi masih terbayang.Makhluk kaku itu ingin mencoba mengelabuinya? Apakah pria itu bercanda?Feli tidak akan semudah itu dibohongi. Walaupun kebersamaan mereka tergolong singkat, tapi Feli sangat menghapal segala sesuatu tentang pria itu.Memang awalnya Feli sempat terkecoh saat pertama kali melihat penampilan berbeda Jerrald yang berdiri di bawah balkon kamarnya. Namun ketika ia melewati pria itu saat dirinya dan sang mommy selesai berjalan-jalan di taman mansion, Feli langsung menyadari jika pria itu adalah pria yang telah memasukkan telur belut ke dalam kandungannya. Aroma dan bentuk tubuh pria itu amat sangat Feli kenal.Untuk meyakinkan dugaannya, Feli sengaja meminta makanan yang sering dibuatkan Jerrald saat ia berada di
“Ha-hai, Fel.”Feli menghentikan langkah saat Andrew menyapanya. Ia menyunggingkan senyum kecil. Setelah lima hari berada di rumah, Feli merasa b0san dan memutuskan mulai kembali mengikuti pelajaran.“Oh, hai Andrew.”“Kau masuk?”“Tidak. Aku masih berada di rumah,” seru Feli jahil, lalu tertawa. “Kalau kau melihat aku ada di sini, itu berarti aku masuk, Andrew.”Andrew terlihat salah tingkah. Membuat tawa Feli semakin menjadi.Namun, berbanding terbalik dengan pria yang berada tak jauh di belakang wanita itu.“Siapa dia?” bisik pria itu tajam pada seorang pria di sebelahnya.“Teman Nona Feli, Tuan Mendez.”Pria yang tak lain adalah Jerrald, menggeram kesal. Ia menatap bodyguard kekasih hatinya itu. “Apakah m