MENIKAH menjadi momok paling mengerikan untuk dia dan kakaknya. Sampai-sampai mamanya sibuk mencarikan jodoh untuk mereka. Sayangnya, dia dan si Kakak sudah membuat kesepakatan bersama.
Siapa yang menikah lebih dulu, maka dia harus membelikan mobil mewah untuk yang belum menikah.
Jadi, walau dia dilamar pria tampan dan kaya sekalipun, Syila takkan menerimanya.
Enak saja, kakaknya bisa mendapat mobil baru, lah, dia? Rugi dong. Udah menikah duluan di umur dua tiga, masih harus kasih mobil ke kakaknya pula.
Enakan kakaknya ke mana-mana.
Syila mendengkus keras. Walau jujur saja, yang kemarin malam emang ganteng pakai banget, badannya juga bagus, miliknya juga ... pipi Syila memerah saat bayangan samar saat mereka melakukannya kembali berputar.
"Syil!"
Syila menoleh. Teman barunya dari agensi permodelan, Diandra, sedang melambai-lambaikan tangan padanya dan berjalan menghampirinya.
"Kenapa, Di?"
"Lo waktu itu ke mana, sih? Kok nggak balik-balik?"
Syila nyengir kuda. "Abis ngelaksanain dare dari kalian, gue pulang, udah mabuk berat soalnya."
"Oh, kirain lo ke mana." Diandra mengangguk-angguk mengerti. "Oh iya, abis giliran gue nanti langsung giliran lo, ya? Lo mungkin belum dikasih tahu Adam, tapi lo kebagian jadwal hari ini."
Mata Syila berbinar-binar mendengarnya. "Serius lo?"
Diandra mengangguk. "Katanya, sih, ada. Pemotretan buat baju musim panas keluaran terbaru gitu."
Syila bersyukur bukan main. Akhirnya, dia mendapat giliran juga setelah satu minggu ia bergabung dengan agensi punya Adam Laksana.
Sebelum ini, Syila jadi pengangguran tetap di rumah yang setiap harinya cuma makan dan tidur nyaman di ranjang. Sampai hari di mana ia membuat kesepakatan bersama kakaknya.
Mau tidak mau, Syila harus mencari pekerjaan untuk berjaga-jaga, kalau dia sampai menikah duluan, maka dia harus membelikan mobil untuk kakaknya.
Mau beli mobil dari mana kalau dia tidak punya uang?
Orang tuanya memang kaya raya, tapi setelah lulus kuliah, mereka tidak lagi memberinya uang. Syila harus cari kerja, cari pengalaman di luar, begitu kata mamanya. Walaupun papanya selalu diam-diam memberikan Syila uang jajan, tapi kalau sampai mamanya tahu, papanya juga habis sama mamanya yang galak itu.
Dan Kakak si*lannya menyarankannya untuk jadi model di agensi Adam, salah seorang temannya. Syila berterima kasih sekali pada sifat tidak tahu malu yang papanya turunkan padanya. Walau tidak pernah berlenggak-lenggok di atas catwalk, tapi dia punya mental baja di hadapan semua orang. Eh, tapi ternyata dia salah perkiraan juga.
Awalnya, Syila pikir dia langsung jalan lenggak-lenggok begitu, tapi ternyata, tidak semudah itu. Walau kakaknya dan Adam berteman cukup baik, tapi Adam tidak lantas mengistimewakannya.
Satu sifat yang Syila nilai plus dari bosnya.
Ditambah lagi, Syila hanya akan jadi model di katalog buku atau majalah-majalah fashion keluaran terbaru. Dia tidak akan dipakai untuk acara yang lebih resmi seperti di acara fashion week dan lain-lainnya, karena Syila tidak pernah sekolah model juga sebelum ini, takutnya malah malu-maluin agensi.
Kalau kakak si*lannya, sih ....
"Semangat nanti, ya, Syil. Moga lancar jaya debut lo nanti."
"Makasih banyak, makasiiihhh!"
Syila memeluk Diandra erat, sebentar, sebelum dia lepaskan kembali, karena takut dicap norak.
"By the way, yang lainnya ke mana?"
"Ada yang cuti, banyak, sih. Besok kan hari minggu, mereka pasti udah booking tiket buat jalan-jalan begitu." Diandra mengangguk-angguk. "Ah, iya, gue lupa bilang sesuatu."
Syila mengeryitkan dahinya. "Apa?"
"Lo nanti pemotretannya sama aktor terkenal di negeri ini, temennya Adam juga. Katanya, sih, biar muka lo cepet dikenal sama orang gitu."
Syila melotot, dia tampak tidak setuju. Dia baru saja membuka mulut ingin protes saat staf agensi sudah memanggil nama Diandra agar lekas berganti pakaian.
***
"Mentang-mentang gue temen baik lo, jangan seenaknya pakai muka gue buat bisnis lo juga kali."
Jake mendengkus keras, dengan malas dia menjatuhkan tubuh ke sofa ruang tunggu di agensi teman baiknya, Adam.
Sebenarnya, dia tidak mau datang, lantaran otaknya mulai ikut bergeser sejak bertemu Arsyila kemarin malam. Bayangan bagaimana cengiran kuda Arsyila yang manis dan saat dia menggagahi perempuan itu sukses membuat Jake menggila.
Tentu saja, Jake berusaha melupakan perempuan gila itu. Namun, semua tidak semudah keinginannya. Arsyila meracuninya luar dalam. Bukan hanya otaknya yang bergeser tapi fisiknya juga kena imbas.
Semalam, Jake ingin meniduri salah satu jalang di kelab. Dia sudah turn on berat, tapi begitu dia memasukkan miliknya, bayangan Arsyila dan kenikmatan yang diberikannya sukses membuat Jake kehilangan nafsunya.
Dia bahkan mendapat umpatan dari jalang yang akan ia tiduri, karena dia tiba-tiba saja berhenti di tengah jalan. Gimana tidak berhenti, kalau dia tidak bisa merasakan nikmat sama sekali?
Bahkan miliknya yang masih menegang itu meronta-ronta, karena bukan wanita j*lang itu yang ia inginkan, tapi Arsyila Putri sialan yang sekarang entah di mana.
"Lo kelihatan jelek hari ini. Kenapa?"
"Gara-gara cewek."
Adam mendengkus geli. "Akhirnya, jatuh cinta juga lo."
Jake balas mendelik. "Enak aja! Gue nggak jatuh cinta, gue cuma kesel aja sama dia."
"Kesel, kayak gimana?" Adam mengambil tempat duduk di sebelah Jake. "Cerita sini, kali aja gue bisa bantu."
"Beberapa hari yang lalu, gue nidurin sembarang cewek di kelab."
Adam mengernyitkan dahi. "Masih suka lo kayak gitu? Kalau dia kena AIDS, nggak takut, lo?"
Jake mengacak rambutnya frustrasi. "Nggak mungkinlah dia kena AIDS, orang dia masih p*rawan waktu gue jebolin."
"Oh!" Adam mengangguk mengerti. Lucky b*stard playboy. "Masalahnya di mana?"
"Gue ngerasa bersalah sama dia, Dam. Gue nggak pernah mer*wanin cewek sebelum ini, tapi gue yakin banget, dia sengaja jaga keperawanannya buat calon suaminya nanti. Nah, gue kasih tawaran buat dia, gue bakal nikahin dia."
"Terus dia mau nikah sama lo?" Adam pikir, karena itulah Jake si playboy tampak stres. Karena dia akan menikah sebentar lagi.
"Mau?" Jake tertawa keras. "Dia nolak gue mentah-mentah dan minta dibayar seratus juta. Sumpah, gue pengin banget ngatain dia nggak waras, gila, dan sebangsanya."
Adam kini mengernyitkan dahinya curiga. Mana mungkin ada perempuan segila itu? Apa dia bercanda, yang mengajak nikah itu Jaguar Adytama?! Udah ganteng, kaya, baik hati lagi, sayangnya, dia b*rengsek dan playboy.
"Tapi, bukannya lo harusnya senang? Dia nggak minta tanggung jawab, dia nggak minta apa-apa sama lo selain duit seratus juta yang jelas-jelas nggak ada bentuknya buat lo. Terus, kenapa lo kelihatan kusut begini?"
"Gue pengin dia lagi, tapi gue nggak tahu di mana nyari dia di sekitar sini. Gue ke kelab lagi, tapi dia nggak ada, gue tidur sama j*lang biasa, tapi bukannya lega, gue malah putus asa."
Adam mengernyitkan dahi curiga. "Lo impoten mendadak?"
"Entah!" bentak Jake murka sendiri. "Lo punya model baru yang masih p*rawan, nggak? Gue mau nidurin dia. Mungkin aja, abis itu gue nggak terobsesi sama cewek gila itu lagi."
Adam berpikir sejenak. "Ada sih anak baru, tapi gue nggak tahu dia masih p*rawan atau nggak. Dan juga, gue nggak tahu dia suka cara kotor atau nggak."
"Ah, itu aja nggak masalah, umpanin dia ke gue abis pemotretan," putusnya tidak mau debat.
Salah siapa ingin menggunakan wajahnya sebagai batu loncatan. Adam harus membayar mahal kalau mau memakai wajahnya untuk membuat nama agensinya semakin terkenal.
____
Ada pilihan buat kalian.
Cerita ini akan ada adegan seks-nya atau nggak?
Ini terserah, sih, tapi jangan berharap berlebihan aja.
🤣🤣🤣
Next, gak?
Hold On - Chord OverstreetPERNIKAHAN Rein dan Irin berjalan sesuai rencana. Kedua mempelai terlihat bahagia. Tidak ada yang sadar jika mereka hanya sedang berpura-pura bahagia. Kecuali mungkin sang mempelai pria yang sejak lama telah memendam rasa, tapi tak berani mengungkapkannya.Jake mengawasi dari jauh. Mata elangnya menyelisik wilayah sekitar, mencari-cari keberadaan orang terkasih yang tak kunjung menunjukkan batang hidungnya.Jake menghela napas kasar. Dalam hati dia bertanya-tanya. Apa Syila tidak datang ke pesta pernikahan kakak kandungnya?Laki-laki itu menggelengkan kepala. Itu tidak mungkin, kan?Rein su
"GIMANA kabar?""Baik."Laki-laki yang mengenakan hoodie merah yang menutupi kepalanya itu mengernyitkan dahi. Tatapan sinis ia lemparkan pada perempuan yang wajahnya terlihat semakin tembam dengan aksen tambahan mata merah, kelopak mata menghitam, tak lupa suaranya yang serak-serak menggelikan."Yakin?" Laki-laki itu mendengkus keras, sembari mengaduk-aduk minumannya.Bibir perempuan di hadapannya maju beberapa senti. "Udah tahu, jangan nanya mulu kenapa. Lo mau lihat gue nangis di depan muka lo emangnya?""Idih, galak!" Laki-laki itu tersenyum tipis. "Lo nggak banyak berubah ternyata.""Emang, lo bakal ngarep gue berubah kayak gimana?""Jadi lebih kalem dan manisan dikit, mungkin." Laki-laki itu tertawa pelan, tapi cukup untuk membuat Syila melemparinya dengan tisu bekasnya tadi. Tiba-tiba saja laki-laki itu berdeham. "Irina mau nikah?"
JAKE terbebas dari tuduhan, karena ternyata video yang beredar hanyalah editan yang berusaha merusak nama baiknya. Ahli IT dan forensik sudah membenarkan, bahwa Jake tidak bersalah dan dia akan dilepaskan.Yang menjadi pertanyaannya sekarang, siapa yang menyebarluaskan video tersebut?Setelah dilacak, ponsel pertama yang menyebarluaskan ternyata sudah dibuang, tidak ada pemiliknya. Nomor yang ada di ponsel ternyata tidak didaftarkan secara lengkap dan hal itu menyulitkan penyelidikan.Jake hanya berpesan, jika pelaku tertangkap, dia akan balik menuntut dengan pasal "pencemaran nama baik".Jake kembali ke apartemennya setelah memastikan Dio berada di sana. Temannya itu akhirnya bisa bernapas lega setelah mendengar penjelasan Jake mengenai video yang sempat viral di dunia maya beberapa jam yang lalu."Bukan Rein pelakunya," kata Dio, setelah memastikan Jake menyelesaikan penjelas
DARI mana aja lo?" Dio langsung melempar soal begitu Jake masuk ke apartemennya.Jake terkejut, walau hanya sekilas, sebelum ia tertawa terbahak-bahak. "Lo nanya kayak emak-emak yang nanyain anak perawannya pulang kemaleman aja, Yo."Jake mendekati teman baik, sekaligus kaki tangannya itu duduk di sofa setelah meletakkan tas serta gitarnya di atas meja.Dio mengernyitkan dahinya curiga. "Gitar?"Jake mengangguk. "Barusan gue beli di tempatnya Sera.""Ngapain lo ke sana lagi, ha?""Beli gitarlah, mau ngapain lagi?" Jake mendengkus geli. "Jangan mikir gue balikan sama dia, ya, nggak mungkin ada sejarahnya yang kayak gitu.""Terus, kenapa ponsel lo bisa mati?""Emang iya?" Jake merogoh saku di balik jasnya dan mengeluarkan ponsel yang tidak lagi bernyawa. "Nggak tahu kenapa mati sendiri, nih!" Jake menunjukkan ponselnya pada Dio yang
TIDAK ada drama apa pun yang terjadi saat ia melamar Syila. Semuanya setuju, kecuali Rein yang mengumpat berulang kali, karena hal itu berarti kalau tanggal pernikahannya pun ikut ditetapkan.Benar, mereka akan menikah secara bersamaan dengan Rein serta Irin. Konsep sudah diatur, tempat sudah dipesan, undangan sedang dibuat dan siap disebar. Dua bulan lagi, mereka benar-benar resmi menjadi suami istri.Setiap malam, Jake ke apartemen Syila, karena Syila lelah naik-turun lift setiap harinya. Dia bahkan diberikan akses masuk ke apartemen oleh Syila.Sedangkan Rein pulang ke rumah, dia menetap di rumah sampai hari pernikahannya tiba. Entah apa yang mau direncanakan calon kakak iparnya itu. Jake tidak peduli, yang jelas dia bebas bermesraan dengan Syila tanpa takut ada yang mengganggunya di sana."Sayang, sini, deh!"Jake tersenyum manis. Tangannya melambai-lambai, meminta Syila ya
PERCINTAAN panas itu berakhir dengan Jake yang tidak mau melepaskan Syila. Sebulan tidak menyentuh kekasihnya ditambah rindu akibat belum bertemu selama seminggu membuat ia tidak bisa berlaku biasa saja. Senyuman yang sejak tadi terpatri di bibirnya kian melebar saat ia menarik kekasihnya ke dalam dekapan."Kangen banget," gumamnya di atas telinga Syila yang sedang berusaha menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka."Kangen, sih, kangen. Biarin gue pakai baju dulu, bisa kali, Bang?"Jake mengeratkan pelukannya. "Coba abis ini 'lo-gue'nya diganti jadi 'aku-kamu', gimana? Udah lama pacaran, masih aja 'lo-gue'an.""Idih, kayak anak alay lu, Bang."Jake mengeratkan pelukannya. "Biarin," balasnya cuek."Bang?""Hm," tanggapnya sambil menyorokkan kepalanya ke leher Syila."Yang tahu sandi apartemen lo siapa aja?" tanya Syila t