JAGUAR Adytama mengusap wajah kasar, lalu menyugar rambutnya, sebelum memegangi kening yang mulai terasa pusing bukan main.
"Gue bakal nikahin lo," putusnya, setelah menimang-nimang perbuatannya semalam dengan perempuan yang kini duduk di sebelahnya.
Terbangun dalam keadaan telanjang bersama wanita memang bukan hal yang baru untuknya. Yang membuat semuanya merumit, karena perempuan yang kini memalingkan muka itu ternyata masih perawan dan Jake telah menidurinya semalam.
Jake mencuri pengalaman pertama perempuan itu.
Memang, Jake tidak memaksa, tapi dia tetap sepenuhnya salah di sana. Perempuan itu sedang mabuk, dia tidak sadar, tapi Jake membawa perempuan itu ke atas ranjang lalu menidurinya, setelah ia goda habis-habisan dengan sentuhannya.
Gue emang bajingan, batinnya.
Jake bisa saja berhenti semalam, tapi karena nafsunya lebih mendominasi, dia pun menuntaskannya tanpa berpikir dua kali.
"Nggak perlu." Perempuan itu bangkit dari ranjang hotel dan mulai mencari-cari di mana pakaiannya semalam. "Gue nggak mau nikah sama lo."
Jake dibuat melotot. Tidak mau menikah dengannya? Apa perempuan itu sudah gila?
Jake itu aktor yang namanya sedang naik daun, dia ganteng, banyak yang mengakuinya, dia juga kaya, mapan, dan dia bahkan punya hotel, rumah, vila, sendiri, dan masih banyak aset kekayaan lain yang bisa ia banggakan agar wanita-wanita mana pun yang jadi istrinya kelak bangga dengannya.
Namun perempuan ini ... menolaknya mentah-mentah.
"Kenapa?"
"Iya, pikir aja kenapa gue nggak mau nikah sama lo." Perempuan itu mendengkus keras seraya memakai bra dan celana dalamnya sambil memunggungi Jake. "Yang jelas, gue nggak kenal sama lo. Kedua, cuma ngeseks doang lo mau tanggung jawab ke gue? Nggak salah, tuh!"
Jake mengernyitkan dahi. "Lo udah gue perawanin semalam dan juga, masa lo nggak kenal sama gue?" tanyanya, bahkan terdengar sekali kalau dia tidak percaya.
Ayolah, dia sering muncul di layar televisi, masa perempuan ini sama sekali tak mengenalinya? Dia aktor terkenal, lho?!
"Alah, banyak tuh cewek diperawanin sama pacarnya tapi akhir-akhirnya ditinggalin juga." Perempuan itu mendengkus keras, dia sudah mengenakan pakaiannya secara lengkap. "Anggap aja yang semalam kita sama-sama khilaf. Nggak usah mikirin tanggung jawab, deh, kayak apaan aja.
"Lagian, bajingan kayak lo mau tanggung jawab? Heh, jangan bikin gue ngakak, dong. Paling-paling lo cuma mau tubuh gue doang, abis lo bosan, juga lo cerein."
Perempuan itu berbalik dan menatap Jake dengan berani. Jake menggeram, tangannya mengepal di balik selimut.
Perempuan itu benar. Kalaupun mereka menikah, Jake mungkin hanya menginginkan tubuhnya. Lambat laun, ketika dia bosan, dia akan kembali ke tabiatnya yang lama. Bayang-bayang perceraian jelas-jelas menanti pernikahannya.
"Kalau lo emang merasa bersalah, mending bayar gue, deh."
Jake melotot. Perempuan ini aneh, tidak beres, otaknya di dengkul apa di mana, sih? Hah?!
Ditawari pernikahan yang jelas-jelas akan sangat menguntungkan dari segi finansial, eh, dia tolak mentah-mentah, tapi dia malah minta dibayar.
Jake semakin geram.
"Minta berapa?"
"Seratus juta." Perempuan itu nyengir kuda, jujur saja, senyumannya manis, tapi sayang isi otaknya nggak ada.
"Oke."
"Oke? Lo nggak mau debat." Perempuan itu terkejut sendiri.
"Nggak, seratus juta nggak ada apa-apanya buat gue."
Jake mendengkus geli. Seratus juta? Dia minta seratus milyar saja, Jake sanggup memberikannya, asal Jake tidak dituntut atau namanya diperburuk di publik.
"Wah, bagus dong kalau gitu. Kapan mau transfer? Atau lo mau ngasih dalam bentuk fisik?"
Jake memejamkan mata. Dia sudah mau berteriak dan mengatakan perempuan ini stres, gila, dan masih banyak lagi makian yang dia siapkan.
Namun, dia menahannya. Dia tetap publik figur.
Kalau perempuan itu sampai tahu siapa dia, mungkin dia akan kembali padanya dan bertekuk lutut di bawah kakinya untuk dia nikahi bulan depan.
Kalau hal itu sampai terjadi, Jake benar-benar akan mengurungnya selama dia menjadi istrinya.
"Sebutin nomor rekening lo, gue transfer sekarang," katanya seraya mengambil ponselnya dari atas nakas.
Perempuan itu menyebutkan beberapa angka dan dengan ponselnya, Jake mengirim seratus juta ke rekening atas nama Arsyila Putri G.
Namanya Arsyila, bagus juga.
"Wah, udah masuk. Makasih, ya? Babay!"
Perempuan itu berlalu dengan santai, benar-benar pergi meninggalkannya tanpa beban, dan hal itu membuat Jake semakin geram.
Setidaknya kasih ciuman perpisahan dulu atau gimana, kek?!
____
Ngarep banget si Syila bakal balik ke lo.
Hold On - Chord OverstreetPERNIKAHAN Rein dan Irin berjalan sesuai rencana. Kedua mempelai terlihat bahagia. Tidak ada yang sadar jika mereka hanya sedang berpura-pura bahagia. Kecuali mungkin sang mempelai pria yang sejak lama telah memendam rasa, tapi tak berani mengungkapkannya.Jake mengawasi dari jauh. Mata elangnya menyelisik wilayah sekitar, mencari-cari keberadaan orang terkasih yang tak kunjung menunjukkan batang hidungnya.Jake menghela napas kasar. Dalam hati dia bertanya-tanya. Apa Syila tidak datang ke pesta pernikahan kakak kandungnya?Laki-laki itu menggelengkan kepala. Itu tidak mungkin, kan?Rein su
"GIMANA kabar?""Baik."Laki-laki yang mengenakan hoodie merah yang menutupi kepalanya itu mengernyitkan dahi. Tatapan sinis ia lemparkan pada perempuan yang wajahnya terlihat semakin tembam dengan aksen tambahan mata merah, kelopak mata menghitam, tak lupa suaranya yang serak-serak menggelikan."Yakin?" Laki-laki itu mendengkus keras, sembari mengaduk-aduk minumannya.Bibir perempuan di hadapannya maju beberapa senti. "Udah tahu, jangan nanya mulu kenapa. Lo mau lihat gue nangis di depan muka lo emangnya?""Idih, galak!" Laki-laki itu tersenyum tipis. "Lo nggak banyak berubah ternyata.""Emang, lo bakal ngarep gue berubah kayak gimana?""Jadi lebih kalem dan manisan dikit, mungkin." Laki-laki itu tertawa pelan, tapi cukup untuk membuat Syila melemparinya dengan tisu bekasnya tadi. Tiba-tiba saja laki-laki itu berdeham. "Irina mau nikah?"
JAKE terbebas dari tuduhan, karena ternyata video yang beredar hanyalah editan yang berusaha merusak nama baiknya. Ahli IT dan forensik sudah membenarkan, bahwa Jake tidak bersalah dan dia akan dilepaskan.Yang menjadi pertanyaannya sekarang, siapa yang menyebarluaskan video tersebut?Setelah dilacak, ponsel pertama yang menyebarluaskan ternyata sudah dibuang, tidak ada pemiliknya. Nomor yang ada di ponsel ternyata tidak didaftarkan secara lengkap dan hal itu menyulitkan penyelidikan.Jake hanya berpesan, jika pelaku tertangkap, dia akan balik menuntut dengan pasal "pencemaran nama baik".Jake kembali ke apartemennya setelah memastikan Dio berada di sana. Temannya itu akhirnya bisa bernapas lega setelah mendengar penjelasan Jake mengenai video yang sempat viral di dunia maya beberapa jam yang lalu."Bukan Rein pelakunya," kata Dio, setelah memastikan Jake menyelesaikan penjelas
DARI mana aja lo?" Dio langsung melempar soal begitu Jake masuk ke apartemennya.Jake terkejut, walau hanya sekilas, sebelum ia tertawa terbahak-bahak. "Lo nanya kayak emak-emak yang nanyain anak perawannya pulang kemaleman aja, Yo."Jake mendekati teman baik, sekaligus kaki tangannya itu duduk di sofa setelah meletakkan tas serta gitarnya di atas meja.Dio mengernyitkan dahinya curiga. "Gitar?"Jake mengangguk. "Barusan gue beli di tempatnya Sera.""Ngapain lo ke sana lagi, ha?""Beli gitarlah, mau ngapain lagi?" Jake mendengkus geli. "Jangan mikir gue balikan sama dia, ya, nggak mungkin ada sejarahnya yang kayak gitu.""Terus, kenapa ponsel lo bisa mati?""Emang iya?" Jake merogoh saku di balik jasnya dan mengeluarkan ponsel yang tidak lagi bernyawa. "Nggak tahu kenapa mati sendiri, nih!" Jake menunjukkan ponselnya pada Dio yang
TIDAK ada drama apa pun yang terjadi saat ia melamar Syila. Semuanya setuju, kecuali Rein yang mengumpat berulang kali, karena hal itu berarti kalau tanggal pernikahannya pun ikut ditetapkan.Benar, mereka akan menikah secara bersamaan dengan Rein serta Irin. Konsep sudah diatur, tempat sudah dipesan, undangan sedang dibuat dan siap disebar. Dua bulan lagi, mereka benar-benar resmi menjadi suami istri.Setiap malam, Jake ke apartemen Syila, karena Syila lelah naik-turun lift setiap harinya. Dia bahkan diberikan akses masuk ke apartemen oleh Syila.Sedangkan Rein pulang ke rumah, dia menetap di rumah sampai hari pernikahannya tiba. Entah apa yang mau direncanakan calon kakak iparnya itu. Jake tidak peduli, yang jelas dia bebas bermesraan dengan Syila tanpa takut ada yang mengganggunya di sana."Sayang, sini, deh!"Jake tersenyum manis. Tangannya melambai-lambai, meminta Syila ya
PERCINTAAN panas itu berakhir dengan Jake yang tidak mau melepaskan Syila. Sebulan tidak menyentuh kekasihnya ditambah rindu akibat belum bertemu selama seminggu membuat ia tidak bisa berlaku biasa saja. Senyuman yang sejak tadi terpatri di bibirnya kian melebar saat ia menarik kekasihnya ke dalam dekapan."Kangen banget," gumamnya di atas telinga Syila yang sedang berusaha menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka."Kangen, sih, kangen. Biarin gue pakai baju dulu, bisa kali, Bang?"Jake mengeratkan pelukannya. "Coba abis ini 'lo-gue'nya diganti jadi 'aku-kamu', gimana? Udah lama pacaran, masih aja 'lo-gue'an.""Idih, kayak anak alay lu, Bang."Jake mengeratkan pelukannya. "Biarin," balasnya cuek."Bang?""Hm," tanggapnya sambil menyorokkan kepalanya ke leher Syila."Yang tahu sandi apartemen lo siapa aja?" tanya Syila t