Keheningan melingkupi ruangan yang berisi dua manusia dengan perasaan yang berbeda. "Aku gapapa," ujar sang lelaki dengan malas. Ia hanya jatuh dari motor dan masih selamat.
Ria tidak mengeluarkan satu kata pun sedari tiba di kamar sang adik. Ia masih memandang Reynal dengan perasaan berkecamuk. "Mau sampai kapan sih diem-dieman? Aku gapapa, Kak. Aku gak mati, masih hidup dan lagi diliatin terus dari tadi." Rey muak lama-lama melihat kakaknya yang hanya diam saja.
"Ikut Kakak pulang yuk," ujar Ria yang membuat Rey mengernyitkan dahi. Kan' mereka sudah di rumah.
"Ke Rajawali." Rey menggelengkan kepala, ia tidak mau ke sana. Dari dulu ia memang tidak suka apartemen. Ria menghela napas, ia sudah tahu adiknya pasti akan menolak.
“Siapa tadi yang antar
“Sarapan dulu Reynal!” perintah Ria pada adiknya yang sedang tidak mau makan. Tiga hari sudah mereka bersama dan kondisi Reynal semakin membaik. Hanya saja lengannya belum sembuh, karena penyembuhannya cukup lama.“Gak mau,” balas Reynal keras kepala.Ria menghela napas. “Cepat, mau disuapin gak? Aku mau ke kantor sekarang. Udah ditungguin,” ujar Ria seraya menyodorkan sesuap nasi ke depan mulut Reynal. Ia tahu, Reynal berulah karena tak ingin Ria pergi ke kantor.“Terserah lah.” Meletakkan piring di meja nakas dan bergegas keluar kamar. Ria tidak bisa meliburkan diri lagi karena banyak pekerjaannya yang tidak bisa ditinggal.Reynal terheran dengan kepergian Ria. Ternyata dirinya tak lebih penting da
“Ria, bisa gantiin gue ke Monokrom gak? Mereka mau pemotretan untuk photo card,” ujar Candra di jam 3 sore. Tidak ada tanggapan yang berarti dari Ria, ia tetap fokus mengerjakan berkas di hadapannya.Candra mencoba berbicara lagi. “Ria, how?”Meletakkan berkasnya dan melihat ke arah Candra dengan tatapan malas. “Iya.”“Thank you banget, Ri. Gue kabarin ke orang Monokromnya ya kalau lo yang datang,” ujar Candra dengan semangat. Ia harus menyelesaikan pekerjaan yang sudah ditagih, maka dari itu Candra meminta Ria untuk menggantikannya ke Monokrom.Ria baru keluar dari gedung Intrafood tepat pukul empat sore. Pekerjaannya baru selesai dan ia tak melakukan konfirmasi apapun dengan Monokrom. Biarlah, ia sedang
Ria masuk ke studio pemotretan yang sangat luas. Tata ruangnya tidak jauh berbeda dengan tempat shoot iklan yang terakhir kali Ria datangi. Ruangan tersebut kosong. Tidak ada aktivitas pemotretan. Hanya ada beberapa staf yang sedang mengecek peralatan.“Mbak Ria? Cari GMC ya? Mereka di ruangan ujung sana, Mbak,” ujar seorang staf yang mengenali Ria. Ria berjalan ke ruangan yang ditunjuk staf tersebut tanpa suara. Staf tersebut sangat terkejut melihat Ria yang berlalu begitu saja. Padahal pertemuan terakhir mereka penuh suka cita.“Maafkan Nona saya ya, Pak. Nona sedang sakit,” ujar Anton meminta maaf atas nama Ria. Anton juga tidak habis pikir Ria benar-benar tidak menerapkan basic manner. Sepertinya ia harus menanyakan ini pada Ardi, apakah Ria memang bisa berubah seperti itu jika sedang sakit?
Aku menyandarkan punggung di kepala sofa. Hari ini fluktuasi emosiku luar biasa sekali. Entah mengapa aku mengambil keputusan impulsif untuk menggunakan free pass card. Aku tidak tahu konsekuensi yang akan muncul di kemudian hari. "Permisi, Nona. Silakan diminum," ujar seseorang yang sepertinya staf di hadapanku. Pasti dia mau meracuniku, karena dia tahu identitas asliku. Aku memandang dengan tajam orang tersebut yang tak kunjung pergi. "Silakan diminum, Nona." Ia memaksa diriku untuk meminum. Aku meraih gagang gelas yang barusan dibawanya kemudian kulempar tepat ke hadapan kakinya. "Kamu mau meracuni saya, kan?" tanyaku telak padanya. Apa lagi coba motif dia? Kul
"Kita off berapa lama?" tanya Tian di tengah break syuting GMC."Lima hari. Lo udah ada rencana, Yan?" tanya Jimmy di hadapannya.Tian kembali membalas pesan di ponselnya dan berujar, "Iya. Opung gue minta quality time bareng.""Lo gak pulang ke Ibu?" tanya Tian balik, karena biasanya sedikit apapun waktu libur mereka, pasti akan dihabiskan bersama keluarga.Jimmy menjawab dengan gelengan kepala. "Enggak. Ibu gue udah datang beberapa hari yang lalu dan sekarang tinggal di apartemen gue. Makanya gue pulang terus kan, gak tidur di dorm.""Btw, Yan. Kek nya kita belum pernah kenalan sama Opung lo, deh," ujar Elang begitu teringat ia belum pernah berjumpa dengan Hartanto.
Brakk…"Bapak Hartanto yang terhormat!" ujar Ria begitu tiba di meja makan yang berisi Hartanto. Hartanto tidak bergeming sedikitpun, ia berusaha menjaga keterkejutannya melihat Ria berada di hadapannya saat ini."Lihat nih, kelakuan si Botak gak ada adab!" ujar Ria dan menunjukkan lebam di wajah bagian kiri. Hartanto tetap bertahan pada keterdiamannya."Opah gak sedih atau marah atau gimana kek melihat aku luka kek gini?" Ria tak habis dengan respon Hartanto."Opah!!!" Ria meneriaki Hartanto yang masih bergeming.Hartanto menghela napas dan menghubungi seseorang melalui ponselnya. "Bawa kotak P3K dan si Mamat ke sini!" titah Hartanto.
“Ria, I’m so sorry,” ujar Tian di belakang Ria. Ia berdiri tepat di belakang Ria yang tengah duduk di sebuah ayunan yang menghadap ke arah laut.Tak ada tanggapan yang berarti dari Ria. Ia tetap bungkam. Tian memutuskan melangkah ke depan dan berdiri di hadapan Ria. Tatapan Ria kosong seolah tak menyadari kehadirannya di sini.Bersimpuh di hadapannya dan membuat wajahnya sejajar dengan Ria. Menyingkap surai yang menutup wajah Ria. Tian memang tidak senang jika ada sesuatu yang menghalangi wajah cantik Ria.Begitu tangan Tian menyentuh wajah Ria, gadis tersebut seolah kembali menginjak bumi dan matanya langsung terkunci dengan iris Tian yang hitam pekat. Air mata tak terbendung dan jatuh begitu saja. Dirinya sangat kecewa dengan tindakan Tian barusan. Entah apapun alasannya, Ria be
"Hallo, Ri. Aku di lobby, mau ajak kamu lunch," ujar Tian begitu tiba di lobby Intrafood dan masih berada di dalam mobil."Siapa yang mau makan siang sama kamu?" tanya Ria dengan sinis. Ia masih marah dengan Tian akibat kejadian seminggu lalu di villa opung."Kamu.""Aku gak mau. Pulang sana!" sentak Ria dan memutuskan sambungan begitu saja.Tian terkejut melihat respon Ria. Ia tak menyangka gadis tersebut masih sangat marah. Tian mencoba menghubungi Ria kembali. "Ria-""Enggak." Sambungan kembali diputus. Ia tak kehabisan akal, ia mengirim pesan dan mencoba menelepon kembali."Ayo, Ria. Nanti aku turun ke resepsionis nih dan minta panggilin kamu lewat mereka," ujar Tian dengan sedikit ancaman."Coba aja. Paling besok beredar di berita, Christian Hartanto tertangkap kamera menghampiri seorang perempuan di Intrafood."Balasan Ria membuatnya kalah telak. Ia tak bisa bicara lebih jau