Share

Episode 4 Undine

Penulis: Rai Seika
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-28 16:04:31

Seperti biasanya Yuan membaca buku sambil berjalan. Rainsword yang melihat adiknya membaca buku sambil berjalan segera memeluknya karena di depan adiknya ada tangga dan dia bisa terjatuh karena tidak melihat. 

“Kebiasaan, bagaimana kalau kakak tidak ada?” 

“Bukankah kakak akan selalu ada untuk Yuan,” jawab Yuan yang tersenyum dan berterimakasih telah diselamatkan. 

“Tidak selamanya kakak akan selalu ada, dengar Yuan minggu ini kakak akan berangkat ke akademi, jadi kakak akan berada jauh dari Yuan,” kata Rainsword. 

Yuan menatap kakaknya lekat-lekat. “Kakak bohong ah.” 

“Aku tidak berbohong.” Ekspresi serius di wajah kakaknya menjawab semuanya. Kali ini kakaknya serius, dia akan pergi. 

“Kenapa baru bilang sekarang?” Yuan merajuk. Membayangkan tanpa kakaknya di Istana, sendirian tanpa ada seseorang yang akan menemani kesehariannya, yang melindunginya membuatnya sangat sedih. Tanpa sadar air mata mengalir dan segera diseka dengan tangannya. 

“Maaf.” Rainsword memeluk adik satu-satunya yang sangat dia sayangi. Berat baginya meninggal Yuan. Dia tahu kali ini posisi Yuan sedang dalam keadaan yang tidak baik. Ayahnya menjauhi adiknya tanpa sebab yang jelas. Sementara keberadaan Yuan sendiri dirahasiakan. Seolah tidak boleh ada yang tahu siapa pangeran kedua. Kemanapun Yuan pergi dia selalu dikawal beberapa penjaga. Sudah seperti tahanan. Hanya paman Archilles yang bersikap baik kepada Yuan, dan mengajarinya beberapa seni beladiri. Archilles adalah pelatih beladiri Rainsword sekaligus melatih Yuan. 

“Buku apa yang kamu baca?” Rainsword berusaha mengalikan pembicaraan. 

“Buku tentang roh alam, Paman Archi memintaku membacanya,” jawab Yuan. Tidak seperti biasanya  Yuan tidak ceria membicarakan buku yang dia baca. 

“Apa ada sesuatu yang terjadi?” tanya Rainsword. 

“Beberapa hari yang lalu, cermin di kamarku memperlihatkan bayangan aneh, bukan bayanganku yang terpantul tapi orang lain,” jawab Yuan. 

Rainsword mencoba berpikir, tidak ada yang terpikir olehnya kecuali hantu. “Apa mungkin hantu?” 

“Kurasa bukan, itu bukan hantu. Perasaanku mengatakan itu bukan hantu.” Yuan duduk memandang langit. 

Rainsword ingin bertanya lebih lanjut namun ayahnya memanggilnya. 

“Rain, kemarilah!” kata ayah Rainsword. Dia berdiri menunggu Rainsword mendatanginya. 

“Pergilah kak, jangan membuat ayah marah,” kata Yuan. Yuan hanya bisa melihat kakaknya dan ayahnya berlalu dari hadapannya. 

“Siapa gadis itu, dia bukan hantu,” ucapnya pelan. 

Tak terasa seminggu adalah waktu yang cepat, Rainsword sudah berkemas untuk berangkat ke akademi. 

“Yuan, jaga dirimu baik-baik, jangan membaca sambil berjalan ya dan berlatihlah dengan giat. Kakak sayang padamu,” kata Rainsword memeluk adiknya sebelum berangkat. 

“Hati-hati kak,” jawab Yuan melepas pelukan Rainsword dan melambaikan tangan. 

Archilles menepuk pundak Yuan dari belakang. “Masih ada Paman, Pangeran tidak perlu khawatir,”ucapnya. 

Yuan menoleh dan tersenyum kepada Archilles. 

Hari berikutnya, Archilles meminta Yuan mempraktikkan apa yang telah dia baca. Di dalam Istana Timur, Yuan berlatih bersama Archilles. 

Yuan berdiri di dekat kolam, memusatkan pikirannya dengan memejamkan mata berusaha mencari dan merasakan roh alam. Suara air perlahan-lahan terdengar, saat berada dalam keadaan pencarian itu bayangan gadis dalam cermin itu muncul. Kali ini dia bisa melihatnya seutuhnya. Mereka bertemu dalam dimensi yang berbeda. “Siapa kamu?” tanya Yuan. 

“Namaku Yui,” jawab gadis itu. 

Mereka sama-sama mengulurkan tangan dan saling menyentuh. 

“Namaku Yuan,” kata Yuan. 

Saat tangan mereka sudah saling bertemu, sesuatu yang kuat menarik mereka berdua menjauh hingga pegangan tangan mereka terlepas. 

“Yui!” teriak Yuan. 

“Yuan!” teriak Yui. 

Yuan kembali membuka matanya. Energi yang kuat tiba-tiba menyelimutinya bayangan sosok roh air terlihat jelas. Yuan segera bersiap untuk mengikat kontrak. Dia memegang tangan kirinya dengan tangan kanannya. Gelang penyimpanan bersinar terang. 

“Wahai roh alam, dengarkan permintaanku. Patuhilah diriku sebagai majikan barumu. Undine Marina!” 

Sebuah sosok berwarna biru seperti air masuk ke dalam kristal yang ada di gelangnya. Yuan berusaha menahan kekuatan yang begitu besar, hingga sosok itu sepenuhnya masuk dan energinya menghilang. Yuan yang baru pertama kali mengikat kontrak merasa lelah dan terduduk di tempatnya. Keringat bercucuran, dan napasnya memburu dengan cepat. Dia melihat warna salah satu kristal di gelangnya menjadi biru. 

Archilles segera menanyakan keadaannnya. 

“Pangeran Yuan, apa Anda baik-baik saja?” 

“Ya, tidak apa-apa,” jawab Yuan. 

Yuan berdiri dan mengucapkan mantra, “Wahai roh air dari roh alam yang terikat denganku, aku memanggilmu sebagai majikan barumu datanglah Marina!” 

Sebuah lingkaran sihir muncul di depan tangan kanannya yang terulur ke depan. Lalu cahaya biru terang terlihat dan sekumpulan air mulai membentuk sebuah wujud. Sosok kecil seperti putri duyung, dengan sayap transparan biru dan wajah yang cantik. Ukurannya sebesar Tinkerbell, seukuran telapak tangan. 

“Apa kamu Marina, Roh Air?” tanya Yuan melihat makhluk kecil yang sangat imut dan manis menurutnya. 

"Ya, namaku Marina" 

Suara Marina terdengar dalam kepala Yuan namun tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. 

"Saya menggunakan telepati, jadi cukup pikirkan saja apa yang Anda inginkan dan akan saya lakukan." 

"Rupanya begitu, baiklah apa yang bisa kau lakukan?" ucapnya dalam hati. 

"Tentu saja banyak, Saya bisa mengendalikan air, semua yang memiliki air dan terhubung dengan alam termasuk menyembuhkan dengan air," ucap Marina. 

"Apa aku bisa meminjam kekuatanmu?" 

"Tentu, sekarang ini Anda adalah majikan saya," ucap Marina di dalam benak Yuan. 

Yuan mencoba kemampuan Marina, dia mencoba menaikkan air di dalam kolam dan mengendalikannya ke kanan dan ke kiri. Cukup mudah pikirnya. Lalu membagi air tersebut menjadi dua bagian. Saat mulai terbelah pengendalian air mulai melemah dan air kembali masuk ke kolam. Ternyata memang belum bisa stabil, harus banyak berlatih. 

“Cukup, kita lanjutkan besok lagi,” kata Archilles. 

Yuan mengembalikan Marina ke dalam gelangnya. 

Yuan masih memikirkan gadis yang bernama Yui, siapa dia kenapa wajahnya sama denganku. Dia nyata dan bisa disentuh. Yuan melihat tangannya, masih terasa kehangatan tangan manusia dalam sentuhan. "Aku harus mencari tahu siapa dia sebenarnya," batinnya.  

Setiap hari Yuan berlatih mengendalikan air, perlahan-lahan Yuan akhirnya mampu mengendalikan air, mengarahkannya ke kanan, ke kiri lalu ke atas dan ke bawah. Serta memerintah air untuk berputar serta menyerang. Tak terasa sudah hampir satu bulan berlatih mengendalikan air. Kali ini Yuan ingin mencoba menaiki air. Dia mengangkat air di bawah kakinya, perlahan-lahan air mulai naik dan Yuan berada di atasnya. Ketinggian air kini mencapai tiga meter, merasa puas dengan ketinggiannya, Yuan memerintahkan air untuk maju. Air setinggi tiga meter bergerak sesuai keinginan Yuan. “Berhasil,” ucapnya. Seketika itu juga pijakannya hilang dan dia terjatuh. 

“Pangeran Yuan!” teriak Archilles yang tidak menyangka Yuan akan tergelincir dari ketinggian itu. “anda tidak apa-apa?” 

“Tidak apa-apa,” kata Yuan yang kemudian berdiri. 

Krak! 

Yuan jatuh tersungkur dan menahan sakit di kakinya. Archilles dengan cepat memeriksanya. 

“Kaki Anda patah,” kata Archilles. 

Yuan hanya bisa tersenyum kecut, bagaimana bisa dia begitu ceroboh saat mengendalikan air hingga kaki patah. 

Archilles mengikat kaki Yuasa dengan papan kemudian mengangkatnya, membawanya ke tempat pengobatan. Setelah dilakukan tindakan kaki Yuan diperban hingga lutut. Dia tidak diperbolehkan bergerak dengan kakinya hingga proses penyembuhannya selesai. Butuh waktu tiga bulan untuk bisa beraktivitas lagi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Enicha Shaoran
koq Yuasa yg diikat kaki ny ?? ... kalo g salah Marina roh air pny kemampuan penyembuhan kan ?? ... AP pemilik tdk termasuk yg bisa d sembuhkan ?? ...
goodnovel comment avatar
Syafridawati
semangat ceritanya bagus
goodnovel comment avatar
Biru Tosca
Semangat terus Kak nulisnya...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Crystal of Soul : Twins   Episode 141 Damai

    Satu minggu setelah kejadian peperangan itu, dengan itikad baik Rafael meminta diizinkan masuk ke ruang kristal. Leiz tidak mempersulit dan membiarkan saja mereka masuk. Yuan dan Yui membawa kedua orang kakek dan neneknya untuk dimakamkan. Mereka memenuhi keinginan terakhir kedua orang itu. “Ayah dan ibu tidak berubah sama sekali, apa kejadian itu terjadi saat aku masih kecil,” lirih Raja Yuichi yang mengenang masa lalu setelah melihat kedua jasad orang tuanya. “Tidak ada yang tahu, tanyakan pada ayah atau ibu tapi kurasa mereka juga tidak tahu,” jawab Rafael. “Bagaimana dengan Yuan? Kapan dia akan dinobatkan?” tanya Raja Yuichi. “Entahlah, kami belum membicarakannya, Kerajaan Kegelapan sedang berbenah sementara Yui dan Yuan juga sedang berusaha mengembalikan dunia i

  • Crystal of Soul : Twins   Episode 140 Perang Telah Usai

    Lenora Isolde menaikkan tongkatnya dan rantai entah dari mana mulai mengikat tubuh Nacht.“Apa-apaan ini!” teriak Nacht yang mendapatkan serangan bertubi-tubi tanpa bisa membalas.Di belakang Nacht muncul sebuah pintu besar seperti pintu dimensi pada umumnya, perlahan pintu itu terbuka dan saat pintu itu terbuka lebar, semua aura hitam yang membumbung ke langit diserapnya.“Rosaline, buat barrier,” perintah Rafael yang langsung dilaksanakan dengan cepat.“Razen, ikat kaki kita semua dengan tanah, gerbang itu akan menyerap semua yang ada di sekitarnya,” ucap Rafael.Razen segera mengikat kaki semua orang dengan tanaman, Yui juga melakukan hal yang sama dengan kekuatan Seiryu, rum

  • Crystal of Soul : Twins   Episode 139 Hati Nacht

    Elemen petir dari ketujuh orang itu membentuk seekor naga petir yang besar. Lebih besar dari naga hitam Nacht.“Sialan, kenapa tidak kuperhitungkan itu yang mereka panggil, tujuh elemen petir,” batin Nacht. Dia teringat terakhir kali hidupnya berakhir karena jurus yang sama. Naga petir yang dibuat oleh tujuh orang berelemen petir yang dikirim Raja Cahaya waktu itu, saat pertarungan terakhirnya.Naga petir itu menghancurkan naga hitam Nacht dengan cepat naga itu menghilang. Lalu Naga itu juga mengelilingi Nacht hingga di sekitarnya teraliri petir yang kuat. Nacht merasakan getaran dalam tubuhnya dan apa yang telah dia serap mulai keluar satu persatu.“Yuan sekarang!” teriak Raja Yuichi.“Baik,” jawab Yuan.

  • Crystal of Soul : Twins   Episode 138 Elemen Petir

    Cahaya itu mulai menghilang, bayangan seseorang yang berada di tengah ledakan terlihat. Dia masih hidup meskipun penuh dengan luka.“Yui, dia masih hidup. Aku sudah tidak punya tenaga lagi.” Yuan terduduk di tempatnya sekarang. Energinya telah habis tak tersisa, begitu pula dengan kembarannya.“Kita hanya bisa pasrah sekarang,” balas Yui yang tak tahu lagi harus berbuat apa. Dari tempatnya dia melihat tubuh Rafael di kejauhan, dia merasa sebentar lagi akan menyusulnya menemaninya di alam lain.Bukan hanya si kembar yang pasrah, yang lain juga hanya bisa menelan ludah, bagaimana mereka menghadapi satu orang saja masih belum bisa.“Bagaimana? siapa yang akan menolong kalian?”Nach

  • Crystal of Soul : Twins   Episode 137 Menghancurkan Nacht

    Yuan yang merasakan tubuhnya seharusnya terjatuh ke tanah tapi ada seseorang yang menahannya. Dia pun segera menoleh ke arah orang yang menahan tubuhnya itu.“Kak Razen!” seru Yuan melihat orang yang dikenalnya itu.Bukan hanya dia tapi ada Xavier dan Ernest yang datang ke tempatnya.“Jadi kita apakan orang ini?” tanya Xavier yang sudah ingin menguliti makhluk yang dia bangkitkan dengan darah Yuasa.“Tidak ada,” jawab Yuan, dia duduk dan dibantu Ernest untuk memulihkan diri. Pria itu memberikan ramuan kepada Yuan, dan dengan menurut dia meminumnya hingga habis.“Apa yang kau lakukan padaku! Lihat saja kalau aku terlepas kau akan menyesal,” ancam Nacht yang masih berusaha melepas

  • Crystal of Soul : Twins   Episode 136 Mencari Kelemaan Nacht

    Rafael tersenyum masam, takdir benar-benar mempermainkannya. Dia bahkan belum jatuh cinta dan hidupnya sudah harus berakhir. Dia juga belum sempat melihat dunianya kembali. Tapi tidak masalah, setidaknya gadis di depannya tidak mengalami rasa sakit yang kini dialami saat ini.“Bukankah seharusnya aku hidup denganmu, Yui,” lirih Rafael yang membuat Yui berhenti terisak.“Paman,”“Aku belum mau mati, jadi tenanglah, aku tidak mudah mati, benarkan,” lirih Rafael yang terus memandang gadis yang selalu menyusahkannya sekaligus mengisi hari-harinya selama ini.“Kenapa baru kusadari, berat rasanya melepaskan gadis ini,” batin Rafael.“Yui, boleh paman memelukmu?&rdquo

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status