Jam 11.30 di ruang BK SMA Bakti Jaya.
“Maaf membuat kalian menunggu terlalu lama” ujar Silvianita dengan suara menggelegar.
Naga bergumam tidak jelas, “Kemana aja ini orang..”
“Saudara Naga?”
Naga terlonjak, “Ya?!”
“Saya tahu apa yang Anda pikirkan dan apa yang Anda katakan barusan.”
Silvianita menantang, “Mau Saya jawab?”
Naga terdiam berusaha semaksimal mungkin mempertahankan gaya cueknya yang kali ini terlihat dipaksakan, sementara yang lainnya melihat ke satu arah, yaitu wajah Naga.
“Saya anggap itu jawaban iya dari Anda. Baiklah, akan Saya jawab. Pertama, Saya ada urusan ke luar kota karena harus melayat saudara Saya yang meninggal dunia. Kemudian Saya pergi kaitannya dengan hukuman yang akan Saya berikan kepada kalian....”
Silvianita menyeringai lebar sambil memandangi wajah pasrah dari kelima terpidana kasus keterlambatan itu.
“Saya merasakan ada rasa penasaran yang besar dari kalian tentang hukuman ini. Benar begitu?” Silvianita seperti sedang memancing salah satu diantara mereka berlima untuk berbicara.
Kelimanya masih terdiam sambil melihat ke arah Silvianita dengan seksama.
Silvianita tersenyum aneh, “Tak usah kawatir, ini hukuman yang menyenangkan untuk kalian. Saya yakin, justru nantinya kalian akan berterimakasih kepada Saya karena telah memberikan hukuman yang cukup spesial ini.”
Fafa menggerak-gerakkan bibirnya, Silvianita menangkap dengan pandangannya.
“Langsung pada point-nya, begitu kan yang Anda mau saudari Refa Natasha?”
Silvianita seperti dapat membaca pikiran seseorang
Fafa menelan ludahnya dengan memasang wajah bodoh, selanjutnya Ia segera berkonsentrasi tanpa memikirkan hal negatif apapun.
“Hukuman yang akan Saya berikan kepada kalian adalah....”
Silvianita berhenti sejenak kemudian meneruskan kalimatnya, “Mengunjungi sebuah gua yang telah Saya tentukan tempatnya. Gua itu bernama gua Crystal, kalian harus meneliti apa saja yang ada di gua tersebut dan sejarah terbentuknya gua itu. Setelah semuanya selesai, laporkan kepada Saya hasil dari penelitian kalian itu.”
Silvianita segera beranjak dari tempat duduknya, kemudian Ia pergi tanpa permisi sementara mereka berlima yang masih tidak percaya dengan hukuman aneh yang baru saja diberikan itu.
Lagi-lagi, Silvianita menyunggingkan senyuman aneh ketika melihat ekspresi kelima bocah yang sedang dalam kondisi tidak karuan itu, sebelum akhirnya menghilang dari balik pintu.
❖ ❖ ❖
Usai mendengarkan pengumuman tentang hukuman aneh itu, mereka berlima pulang ke rumah masing-masing dengan bentuk perasaan yang sama tetapi sisi pemikiran yang berbeda-beda.
Fafa berpikir, Silvianita sudah gila dan kehilangan akalnya.
Menurut Ome, Silvianita sudah kehilangan logika dalam berpikir sebagai seorang guru BK yang mempunyai prestasi bagus selama tujuh tahun belakangan.
Ocha berpendapat, Silvianita kehilangan taste-nya sebagai guru BK yang seharusnya memberikan hukuman wajar tentang satu hal yang disebut terlambat.
Tetapi lain halnya dengan Naga, Ia tidak sepenuhnya memikirkan hukuman itu, yang Ia pikirkan justru adalah bagaimana Silvianita mengetahui apa yang ada di pikiran dan apa yang Ia gumamkannya saat itu. Naga menebak-nebak sambil berguling-guling di atas tempat tidurnya, bahkan Ia berani menyimpulkan bahwa Silvianita memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh orang lain, setuju?.
Lain lagi dengan Atha, Ia justru memikirkan efek dari hukuman itu yang akan menyita waktu sekolahnya.
1 message received.
Tak perlu memikirkan hal rumit tentang hukuman yang Saya berikan. Nikmati saja, anggap sebagai liburan untuk merefresh pikiran kalian. Saya akan mengijinkan kalian untuk tidak masuk sekolah selama satu minggu, atau lebih dari waktu yang Saya tentukan.
Satu pesan tersebut masuk di masing-masing ponsel Fafa, Ome, Atha, Ocha dan Naga.
“Ini pasti Bu Silvianita!” kelimanya kompak di tempat yang berlainan.
Yang lain merespon dengan ekspresi suram membayangkan apa yang akan mereka hadapi, sementara Naga bersorak sorai dan berteriak kencang-kencang menunjukkan kegembiraannya. Jelas karena selama satu minggu atau lebih Ia tidak akan bertemu dengan pelajaran-pelajaran yang membuat otaknya bebal serta tugas-tugas dengan deadline dan ‘porsi’ yang amit-amit.
1 message received.
Siapkan dari sekarang! Apa yang perlu dibawa dan dibutuhkan dalam perjalanan menuju kesana. Saya hanya berusaha mengingatkan kalian.Saya terlalu baik, kan?
Sebuah pesan muncul lagi di masing-masing ponsel mereka.
Naga melupakan luapan kegembiraannya beberapa detik yang lalu begitu membaca pesan itu. Mau tak mau, pesan kedua dari Silvianita itu membuat mereka semakin gelisah. Mereka bingung sendiri menyiapkan peralatan apa saja harus dibawa dan apa saja yang dibutuhkan.
Setelah Fafa, Naga, Ome, Atha dan Ocha selesai makan, Doffies wanita segera membereskan meja makan. Gerakan mereka sangat cepat dan lincah meskipun ukuran tubuh mereka kecil sehingga dalam hitungan beberapa menit, meja makan sudah rapi dan bersih seperti sedia kala.“Kenyaaaaanggg..” Naga berteriak senang“Setelah ini kita kemana Doff?” Atha membersihkan sisa saus di bajunya menggunakan tisu.“Doff antar kalian ke Crystalville, mari!” Doff melangkah mendahului mereka, kemudian berjalan keluar dari bangunan tempat tinggal para Doffies itu untuk segera menuju Crystalville.“Apa lagi ini?” Fafa terkejut melihat sesuatu di depan matanya.Lazulite. Para Doffies menggunakan kendaraan itu untuk mengantarkan surat, pergi ke ladang, serta pergi ke Kementerian Bahan Pangan Crystalville. Kendaraan ini diberikan secara cuma-cuma bagi setiap Doff untuk menjalankan pekerjaannya. Lazulite yang terlihat unik itu memiliki panjang sepuluh meter dan lebar hampir tiga meter, warnanya hijau pucat dan te
Entah berapa lama Doff menghilang untuk membujuk teman-temannya, hingga Fafa dan yang lainnya duduk kelelahan setelah puas berkeliling ruangan yang sangat besar ini. Kini, mereka duduk bersandar pada meja besar seperti bagian resepsionis di hotel-hotel mewah. Terdapat lambang huruf DF ditengah meja besar itu, huruf itu dikelilingi untaian daun-daun kecil berwarna hijau. Mungkin itu lambang milik sekumpulan Doff disini.Tiba-tiba terdengar suara berisik dari dalam ruangan, Doff muncul dari balik pintu besar itu, kemudian diikuti dua sosok yang sangat mirip dengan Doff. Muncul 3, 4, 5, 6, 10, 14 dan banyaaaaak makhluk yang sama persis dengan Doff yang kini berjalan beriringan menuju tempat mereka berlima duduk melepas lelah.Melihat serombongan besar berjumlah lebih dari tiga ratusan itu memenuhi ruangan aula besar, kelimanya segera berdiri menyambut dengan senyum mengembang di wajah masing-masing. Ocha sempat bergidik merinding melihat serombongan makhluk ya
Makhluk kecil itu bernama Doff, memiliki tinggi tak lebih dari satu meter. Kulitnya berwarna putih, telinganya panjang seperti telinga kelinci, tubuhnya ditumbuhi rambut-rambut halus, bersih dan putih, seperti bulu hamster. Hidung kecil menonjol di wajahnya yang berbentuk bulat. Matanya bulat penuh dan terlihat lucu karena bulu mata yang lentik, bola matanya berwarna kemerahan.Pintu gerbang itu menutup dengan sendirinya, begitu mereka berjalan semakin menjauh mengikuti langkah kecil Doff yang lumayan cepat. Doff seperti boneka!Jika sekilas dilihat, tentu saja dapat disimpulkan bahwa Doff seekor hewan. Tetapi yang membuat ragu, Doff memakai pakaian berwarna abu-abu gelap dengan penutup bagian luarnya seperti bentuk rompi abu-abu cerah serta celana tanggung dengan warna yang sama seperti bajunya. Ditambah satu hal yang mencengangkan, Doff dapat berbicara, walaupun suaranya terdengar lucu. Jadi kesimpulan sementara adalah seperti ini, bahwa Doff bukanlah hewan biasa, te
Esok paginya, Fafa, Ome, Naga dan Atha masih tertidur pulas, sedangkan Ocha sudah siuman sejak lima belas menit yang lalu. Ocha masih merasakan tubuhnya sedikit pegal, tetapi Ia tak berani membangunkan keempat temannya itu, karena mereka terlihat kelelahan.Tiba-tiba Ome terbangun dengan sendirinya begitu merasakan tangan Ocha yang berusaha lepas dari genggaman tangan Ome.“Ocha?” sapa Ome dengan wajah berseri-seri.Ocha terlihat sedikit terkejut.“Kamu udah nggak papa kan? Kamu lapar? Kamu haus? Atau kamu mau sesuatu?” Ome tidak bisa menyembunyikan rasa senang.Ome senang tidak hanya lantaran Ocha siuman, tetapi juga dikarenakan ramuan yang dulu sempat dicancel olehnya untuk mengikuti lomba karya ilmiah menjadi terbukti saat ini.“Gue mau beef burger sama spageti!”Ome ternganga begitu mendengar jawaban dari Ocha yang terdengar sangat serius.Gue becandaaa hahaha..” Ocha tertawa lepas.❖ ❖
Ocha dibaringkan di sebuah gubuk reot, sampai saat ini Ia masih belum siuman. Fafa membuka sepatu dan kaos kaki Ocha, kemudian memijit-mijit kecil jempol kaki Ocha. Sementara Atha menumpuk dua tas miliknya dan Fafa untuk dijadikan alas untuk kepala Ocha. Naga melihat ke atas langit, cuaca pada saat itu berawan, lama-kelamaan awan itu makin banyak berkumpul sehingga membuat langit tampak gelap.Naga menghampiri Atha dan Fafa, “Sepertinya mau hujan.”“Dan dengan sangat terpaksa kita harus menunda perjalanan menuju gua Crystal” Fafa menunjuk ke arah barat daya, tempat dimana gua Crystal berada.Atha merespon dengan sedikit gemetar, “Itu artinya kita tidak mengikuti instruksi Bu Silvianita?”“Nggak apa-apa. Mana mungkin kita meninggalkan Ocha sendirian, Ocha jauh lebih penting dari gua kristal itu, kan?” Fafa mencoba menenangkan.“Betul!” seru Naga, kemudian memegangi
Fafa mengamati peta tua lusuh berwarna coklat itu dengan seksama, Ia mengamati tiap detil gambar, tulisan, serta kode yang tertera di dalamnya. Bagian awal dari peta itu adalah tempat dimana mereka duduk saat itu. Hal itu diperkuat dengan deretan pohon yang membentuk bujur sangkar disekeliling mereka serta sebuah tugu yang bertuliskan tulisan kuno yang sama persis seperti yang tertera pada peta. Finish line dari peta lusuh itu tentu saja suatu tempat bertuliskan gua crystal.Ome, Ocha, Atha dan Naga secara bergantian juga ikut melihat peta lusuh nan tua tersebut. Untuk menyingkat waktu, Fafa sedikit memberi penjelasan pada mereka berempat tentang apa yang bisa Ia tangkap dari peta tua tersebut, tetapi Ocha nampak terlihat tidak antusias dibanding teman-temannya yang lain.“Bagaimana menurut kalian?” tanya Fafa kepada yang lain.Usai mendengarkan sedikit penjelasan tentang rute yang akan dilewati, mereka memutus