Share

58. Pembuktian

Sanggageni perlahan menjatuhkan kedua lututnya ke bumi. Anak panah api menancap di dadanya. Ia ia meringis dengan mulut penuh dengan cairan merah. Tangan kanannya hendak mencabut pedang andalannya, namun rasa sakit dan panas yang mendera membuat tangannya amat sulit digerakkan.

“Kakanda!” Pranawa berbalik dan hendak menyangga tubuh Sanggageni yang mulai limbung.

“Jangan, Pranawa! Ini Cundhamani, pergi lah! Atau kau akan ikut terbakar!” lirih Sanggageni dengan mata tertutup.

“Tapi, Kakanda!”

“Cepat, Pranawa! Jangan khawatirkan aku, aku pasti akan hidup lagi!” bentak Sanggageni. Ia memaksakan tangannya untuk mencabut pedang dan mengayunkannya. Gelombang api kembali muncul dan menghempaskan puluhan musuh dengan radius yang cukup untuk membantu Pranawa menyelamatkan diri.

Pranawa sudah paham dengan hal itu. Ia bergegas pergi dengan menunggang kuda tak bertuan milik prajurit Astagina yang telah gugur. Sesekali ia menoleh ke belakang. Sanggageni kini bersimpuh dan bertumpu pada pedangn
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status