Share

59. Titik Balik

Tubuh hangus Sanggageni mulai runtuh ke tanah bagian demi bagiannya. Kini hanya pedang miliknya yang tertancap di tanah dengan pegangan yang juga terbakar. Namun Cundhamani tak mampu membakar bilahnya. Arya masih mengunuskan anak panahnya pada Patih Waradhana sambil menahan tangis.

Hati pemuda itu bergemuruh. Ayahandanya tak berbentuk lagi. Musnah oleh kekuatan yang begitu ia banggakan. Secara harfiah dendamnya sudah tersalurkan. Pasukan Baka Nirdaya bahkan beberapa kali ia bunuh dengan Sasra Sayaka-Cundhamani. Tersisa pamannya yang kini menghilang, namun kalimat ayahandanya menjelang ajal begitu mengganggu hatinya.

“Kau mau menangis, Arya? Menangis lah bocah!” Patih Waradhana tertawa panjang. Ujung mata panah yang membara sama sekali tak membuat keberaniannya menyusut. Arya yang semula membidik, kini mengendurkan tali busur. Ia tak mengerti apa maksud dari tawa pria sombong di hadapannya.

“Apa maksudmu, Waradhana?”

“Terima kasih, Arya. Berkat kau pimpinan pemberontak Baka Nirdaya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status